"Cendana, kamu begitu indah. Namun aku sadar bahwa aku tidak pantas untuk terus bersamamu."
Braga, laki laki yang begitu lembut dan memiliki unggah unguh yang begitu sopan. Banyak hal yang membuat beberapa perempuan sangat menyukai kepribadiannya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Cendana, ibu yakin kamu bisa. Usaha, berdoa, dan tunjukkan kepada semua orang bahwa kamu mampu dan sanggup untuk olimpiade ini." Motivasi singkat dari bu Indri karena sebentar lagi sudah waktunya untuk memasuki ruangan olimpiade.
Cendana yang mendengar itu hanya mengangguk dan tersenyum lebar, memeluk tubuh bu Indri untuk menyalurkan semangat membaranya. Sejujurnya Cendana tidak terlalu gugup, mengingat dia sudah berkali kali mengikuti olimpiade, entah itu olimpiade fisika, kimia, ataupun matematika.
Cendana memasuki ruangan olimpiade yang sudah dipenuhi oleh anak anak seusianya yang berasal dari berbagai daerah dan berbagai provinsi di Indonesia.
Namun, dari beribu siswa yang berada disana, atensinya jatuh kepada seorang laki laki yang cukup familiar baginya. Cendana hendak menyangkal, namun ternyata memang benar adanya. Arkatama, seseorang dari masalalunya. Masa lalu yang membuatnya cukup memiliki trauma akan berhubungan kembali. Lelaki itu, dalang dari semua ini.
Cendana memilih untuk diam dan duduk didepan komputernya langsung, mencoba tidak peduli dengan Arka yang sialnya duduk tak jauh darinya. Kenapa hari yang membutuhkan keberuntungan ini harus dirusuh dengan kedatangan masa lalu?
Sudah terlewat 100 menit, Cendana sebenarnya sudah sangat bosan karena dia telah selesai dari 20 menit yang lalu, memilih untuk diam dan sesekali melihat peserta lain yang masih mengerjakan. Namun lagi lagi, kata hati membuatnya harus menoleh kearah Arka dan sialnya lelaki itu juga melihat Cendana.
'Ya Tuhan, kesialan apa lagi ini?'
Tidak peduli, itulah yang Cendana lakukan.
***
Di alun alun kota, terdapat dua manusia yang sedang duduk bersandingan. Kedua manusia itu adalah Braga dan Mawar. Nama yang selalu menjadi bual bualan diisi kepala Cendana. Mereka bertemu disaat Cendana berjuang olimpiade dibelahan bumi lainnya. Sungguh ironi kan?
"Mawar, aku harus meluruskan hal ini." Mawar diam karena dia juga tidak tau apa yang salah dengan dirinya, malah yang harus disalahkan adalah Braga. Memutuskan komunikasi begitu saja, disaat mereka sudah setuju untuk berkomitmen.
"Mari kita memutuskan komitmen yang sempat kita jalani ini. Lagi pula dari awalpun aku sama sekali gak tertarik, tapi apa? Kamu yang memaksa, Mawar."
"Kamu pikir gampang? Ini udah perjanjian kita berdua. Gak ada yang akan berakhir disini, Braga." Mawar berkata sambil menatap tajam Braga. Braga tidak terganggu dengan tatapan itu, dia hanya ingin semuanya segera berakhir.
"Sejak awalpun, aku menerima juga karena aku gak mau ribut sama kamu."
"Braga, aku gak bisa nerima gitu aja. Aku memulai, aku juga yang mengakhiri." Braga menghela nafas, Mawar sangat keras kepala, berbeda dengan Cendana yang sangat menerima setiap pendapatnya.
"Tapi aku pihak yang dirugikan disini. Apapun tanggapan kamu, gak akan menutup kemungkinan kalau kita sudah selesai.
"Itu aja yang mau aku omongkan disini. Ayo pulang, aku yang antar atau kamu mau pulang pakai taksi sendiri?" Braga sudah bangkit dari duduknya, bersiap untuk pulang karena hari sudah semakin gelap.