Markas Kala Sangkara
Bayu duduk di ruang kerjanya yang remang-remang di markas Kala Sangkara. Dinding-dinding ruang itu dipenuhi layar monitor berukuran besar, menampilkan berbagai alur data dan jaringan yang sedang ia retas. Di sudut ruangan, alat-alat canggih seperti perangkat peretasan dan server pribadi berdengung pelan, memancarkan cahaya biru.
Suara ketikan di atas keyboard komputer memecah keheningan di ruang kerjanya. Sesuai instruksi dari Rangga, ia segera mencari informasi tentang Abimanyu Nareswara. Beberapa profil wajah muncul namun dengan hanya satu nama. Ia menyingkirkan kandidat-kandidat yang sekiranya tidak sesuai dengan kemungkinan.
Bayu mulai mengakses jaringan pemerintah dan universitas, mencari informasi tentang Abimanyu Nareswara. Jari-jarinya bergerak cepat, mengetikkan kode-kode rumit yang hanya bisa dipahami oleh peretas sekelas dirinya. Satu per satu, sistem keamanan yang sulit ditembus berhasil ia lewati.
Saat data-data mulai terkumpul, Bayu mendapati berkas-berkas yang berkaitan dengan garis keturunan Abimanyu, aktivitasnya sebagai dosen sejarah, hingga risetnya tentang artefak kuno. Di antara berkas-berkas tersebut, Bayu menemukan referensi tentang "Cupu Manik Puspadenta," sebuah artefak mistis yang disebut-sebut mengandung kekuatan luar biasa.
Rasa puas terpancar dari wajah Bayu ketika ia berhasil menembus lapisan terakhir keamanan data dan menemukan catatan pribadi Abimanyu. Dengan cepat, ia mengompilasi informasi itu, mempersiapkannya untuk dilaporkan kepada Rangga. Ruang kerja yang sunyi itu terasa semakin mencekam ketika Bayu menyadari bahwa misi ini baru saja dimulai, dan ia kini memiliki informasi berharga tentang target mereka.
Bayu beranjak dari kursi kerjanya, dan menuju ke ruangan Rangga.
"Udah ketemu." Rangga memutar tubuhnya ketika ia mendengar Bayu masuk ke ruangannya.
Rangga paham, ia menekan tombol interkom.
"Semuanya berkumpul di ruang Bayu." Perintahnya.
Rangga mengikuti Bayu ke ruang kerjanya, tak lama dari itu Langit dan Gusti menyusul mereka.
Bayu mulai mengetik dan membuka file-file yang sudah ia kumpulkan. Ia berdiri di depan layar monitor besar yang memancarkan cahaya biru, menampilkan data tentang Abimanyu Nareswara. Tiga anggota lainnya—Rangga, Langit, dan Gusti—menatap layar dengan tatapan serius.
"Ini dia, informasi yang kita butuhkan. Abimanyu Nareswara, seorang dosen sejarah di universitas ternama. Dia punya garis keturunan bangsawan atau ningrat yang cukup kuat, tapi bukan itu yang menarik perhatian kita."
Bayu mengetik sesuatu, dan gambar artefak kuno muncul di layar.
"Yang menarik, dia terlibat dalam berbagai penelitian tentang artefak mistis, ia melakukan transaksi pembelian bukan dalam pembelanjaan domestik, atau sandang pangan, tapi dia lebih sering membeli barang-barang kuno, sepertinya dia juga seorang kolektor. Tapi bukan itu yang penting," ucap Bayu sambil menekan tombol next beberapa kali untuk menggeser foto-foto transaksi pembelian yang dilakukan oleh Abimanyu Nareswara.
"Yang paling penting adalah, 'Cupu Manik Puspadenta'—artefak yang kita cari. Catatan menunjukkan bahwa artefak ini ada di kediamannya, tapi dia menyembunyikannya dengan sangat baik."
"Jadi, dia tahu tentang kekuatan artefak itu?" Rangga menunjukkan suara yang khawatir
"Sepertinya belum. Aku belum menemukan beberapa pergerakan yang cukup signifikan, seperti berhubungan dengan beberapa pihak yang tertarik dengan sejarah Jawa Kuno, aku hanya menemukan dia pergi ke sebuah perpustakaan kota. Aku rasa, dia masih mencari bagaimana artefak itu bekerja, dengan mencari petunjuk disana, karena perpustakaan itu memang sangat tua."
YOU ARE READING
Sasmitaning Wektu
Historical FictionAbimanyu Nareswara, putra pertama Raden Mas Bumi Anjasmara, sudah beranjak dewasa, menjadi seorang pria yang tampan, bijaksana dan pintar. Namun di umurnya yang sudah matang, ia belum punya seorang calon istri bahkan kekasih sekalipun dan membuat Ka...