Langit, dengan penampilan yang tampak rapi dan menawan, berdiri di depan gerbang kampus tempat Abimanyu mengajar. Hari ini, ia memutuskan untuk menjalani misinya: menyamar sebagai mahasiswa di kelas Abimanyu. Dengan berkas-berkas palsu yang telah disiapkan dengan teliti oleh Bayu, ia sudah terdaftar sebagai mahasiswa baru transferan di fakultas sejarah.
Langit melangkah memasuki gedung perkuliahan dengan santai, namun setiap langkahnya penuh perhitungan. Dia tahu ini adalah misi yang penting. Dia harus bisa mendekati Abimanyu dan menemukan informasi mengenai Cupu Manik Puspadenta, yang konon tersimpan di kediaman dosen sejarah tersebut.
Ketika sampai di kelas Abimanyu, Langit menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk. Dia melihat sosok Abimanyu yang sedang berdiri di depan papan tulis, menjelaskan materi sejarah dengan penuh wibawa. Setiap kata yang keluar dari mulut Abimanyu terdengar tegas dan berwawasan, membuat para mahasiswa terpesona.
Abimanyu menoleh ke arah pintu dan melihat Langit dengan mata yang sedikit menyipit,
"Kamu mahasiswa baru?" Tanya Abimanyu sambil mengamati dari atas sampai bawah.
"Iya pak, nama saya Langit Pramudya. Saya mahasiswa transferan dari universitas lain. Baru hari ini saya masuk, mohon bimbingannya, pak." Kata Langit sambil tersenyum ramah.
Abimanyu mengangguk singkat.
"Baik, Langit, silakan duduk. Kita sedang membahasa Dinasti Syailendra dan pengaruhnya terhadap budaya Jawa Kuno. Saya harap kamu bisa mengikutinya."
Langit mengangguk patuh, dan duduk di bangku yang tersedia. Sambil mencatat, Langit tak henti-hentinya memperhatikan gerak gerik sang dosen. Ia tahu ia tak bisa ceroboh, Abimanyu bukan orang biasa, latar belakang keluarga bangsawan dan pengetahuan yang luas membuat Langit harus extra hati-hati.
Setelah kuliah berakhir, Langit memutuskan untuk mendekati Abimanyu.
"Pak Abimanyu," panggil Langit.
Abimanyu menoleh,
"Ya, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya tertarik dengan pembahasan tentang artefak yang tadi Bapak singgung. Apakah ada referensi tambahan yang bisa saya pelajari untuk lebih memahami pengaruh artefak terhadap sejarah Jawa?" tanya Langit dengan nada penuh antusiasme.
Abimanyu tersenyum tipis,
"Tertarik pada artefak, ya? Tidak banyak mahasiswa yang memiliki minat khusus seperti itu."
"Saya percaya bahwa artefak menyimpan banyak rahasia sejarah, Pak. Terkadang, benda mati bisa lebih jujur dalam bercerita dibandingkan teks-teks sejarah," jawab Langit dengan nada penuh keyakinan.
Abimanyu menatapnya sejenak, seolah mencoba membaca isi hati Langit.
"Baiklah, nanti saya kirimkan beberapa referensi padamu. Tapi ingat, memahami sejarah bukan hanya tentang mengumpulkan informasi. Ini tentang merasakan dan memahami jiwa dari masa lalu itu sendiri."
YOU ARE READING
Sasmitaning Wektu
Historical FictionAbimanyu Nareswara, putra pertama Raden Mas Bumi Anjasmara, sudah beranjak dewasa, menjadi seorang pria yang tampan, bijaksana dan pintar. Namun di umurnya yang sudah matang, ia belum punya seorang calon istri bahkan kekasih sekalipun dan membuat Ka...