7

8.9K 868 44
                                    

"Mau kemana, boy? " tanya seorang lelaki paruh baya sambil memindah saluran televisi dengan satu tangan memegang remote.

"Ke mansion kakak," jawab remaja itu dengan seadanya, sambil mengenakan jaket dan mengikat tali sepatunya.

Jonathan Carter, nama lelaki paruh baya tersebut, ia menatap anaknya sekilas lalu mengangguk pelan.

"Hm, Hati-hati di jalan dan berikan pesan padanya jika dirinya masih tidak berubah terpaksa ayah akan mencarikan istri untuknya." ucapnya serius namun memiliki ancaman dalam kalimatnya.

Remaja yang diberi pesan oleh sang ayah hanya mengangguk saja dengan sedikit dengusan samar, ia langsung keluar dari mansion untuk mengendarai motornya menuju mansion sang kakak, seperti biasa ia akan mengajak keponakannya pergi ke suatu tempat.

Beberapa menit perjalanan ia sudah sampai di mansion besar, dan turun dari motornya segera memasuki mansion itu.

"Selamat datang, Tuan Stevan," sambut pelayan ketika melihat adik dari tuannya datang.

"Dimana kakakku?" ucap Stevan tanpa basa basi.

"Tuan sedang di kamar Tuan Muda Victor," balas pelayan itu membuat Stevan mengangkat alisnya tak percaya.

Seriously? sang kakak berada di kamar Victor? Apakah kakaknya sedang memberi hukuman lagi?

Dengan berjalan sedikit tergesa ia melangkah meninggalkan pelayan itu memasuki lift menuju kamar yang akan ia datangi dengan wajahnya yang datar tapi keningnya mengkerut seolah takut kakaknya akan kembali melukai ponakannya.

Berdiri di depan kamar Victor tanpa mengetuknya ia langsung membuka pintu tersebut sesaat ia membuka matanya lebar-lebar.

Melihat dua orang yang sedang berpelukan layaknya teletubbies itu membuatnya mematung seketika, tapi gerakannya yang sedikit kasar membuat salah satu dari mereka sepertinya terganggu buktinya mata Stevan dan Liam bertemu sejenak sebelum Liam sendiri yang memutuskan eye contact.

Stevan mendekat dengan sedikit keraguan di hatinya tapi jauh di lubuk ia senang melihat sang kakak kembali seperti dulu lagi.

"Hei kak! Apakah kamu kerasukan?" hebohnya dengan menaik turunkan alisnya walaupun ia ragu melihat perubahan sang kakak yang tiba-tiba.

"Diam Stev, Enzo sedang demam," sentak Liam sambil menatap adiknya dengan tajam, tapi tangannya masih mengelus punggung milik anaknya.

Stevan langsung terdiam, terkejut melihat sikap kakaknya yang berubah, sementara itu Victor, anak bungsu Liam hanya bisa terpaku mendengar nama 'Enzo' kembali terucap di bibir Papanya sesuatu yang jarang terjadi sejak perceraian Papa dan sang Mama.

"Hehe, I'm sorry." Stevan meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Liam hanya berdeham dan tetap memeluk erat Victor sambil mengelus punggungnya itu agar segera terlelap.

Di dalam hatinya Liam sedang bergelut dengan pikirannya, sesaat ia baru mengingat bahwa tubuh yang sekarang ia pakai memiliki tiga saudara lain dan Liam sendiri adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang berarti Stevan adalah adik bungsunya.

Untung ia sudah mengetahuinya, bagaimana jika dirinya tidak ingat? pasti ia akan dicurigai, dan pastinya ia akan dibunuh maybe?

Dan Stevan sendiri umurnya hanya beberapa bulan lebih tua dari kedua anak kembarnya, yang mana masih menduduki kelas 12 SMA.

Lamunan Liam terganggu kala Stevan sudah terbaring miring dengan memeluk Victor dari samping membuat dirinya melirik tajam adiknya itu.

"Ikutan tidur bentar kak," sela Stevan saat melihat Liam yang akan memarahinya kemudian segera memejamkan matanya sambil memeluk Victor dari samping juga.

Becoming PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang