9

9.4K 908 98
                                    

Typo bertebaran!

Stevan menggeram marah saat dirinya malah diusir oleh sang kakak, "Kak dapet pesan dari ayah, katanya bulan depan kakak akan dinikahin!" ucap Stevan dengan seringai nakal. Menekankan kata terakhir sebelum benar-benar keluar dari mansion Liam dengan perasaan dongkol. Namun, ada sedikit kepuasan melihat ekspresi anak-anak kakaknya yang seketika berubah gelap.

Liam terperangah mendengar ucapan itu, membuatnya segera menggelengkan kepalanya geli melihat tingkah kekanakan Stevan. Baginya itu cukup menghibur.

Leo, yang tadinya masih duduk di kursi seketika berdiri menatap sang Papa, "Pamit dulu, Pa. Leo nggak bisa ikut, masih ada tugas kuliah yang belum Leo selesaikan," ucapnya sebelum beranjak pergi. Dengan raut datar dan sedikit kemarahan ia bahkan tak menunggu jawaban dari Liam, dan langsung pergi melengos begitu saja.

Disusul oleh Ace yang mengangkat alisnya dengan tatapan datar dan penuh arti, "Gue juga." Ace langsung menaiki lift menuju kamarnya meninggalkan Liam yang membisu melihat kedua putranya pergi dengan wajah yang terlihat marah? Lantas ia mengernyit heran ada apa dengan mereka?.

Ting

Ponsel di meja milik Liam berbunyi, dan mendapati pesan masuk dari Luke.

"Enzo, kamu bisa istirahat. Papa akan pergi sebentar," ucap Liam dengan tersenyum sedikit, lebih tepatnya tersenyum paksa. Sepertinya, ini waktu yang kurang tepat untuk lebih dekat dengan anak-anaknya.

Sebelum benar-benar pergi Liam mendekatkan dirinya ke depan Victor dengan menundukkan kepalanya sedikit. Dengan cepat, ia mengecup singkat pipi Victor.

Victor tersentak, tubuhnya kaku dan wajahnya memerah. Seolah tak tahu harus bereaksi bagaimana.

"Jaga kesehatanmu, jangan sering-sering meminum bir. Lebih baik jangan meminumnya," ucap Liam dengan suara lembut, tapi mengandung sedikit ancaman disana. Membuat dada Victor terasa sesak karena perasaan yang sulit dijelaskan.

Liam kemudian berdiri tegak kembali, menepuk kepala Victor pelan sebelum melangkah pergi meninggalkan ruang makan. Victor hanya bisa mematung, tatapannya mengikuti punggung Liam yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Pikirannya berkecamuk--antara rasa terkejut dan harapan kecil yang muncul dalam hatinya.

Tapi ia mengingat kembali ucapan Stevan tadi, dadanya terasa nyeri saat pikiran acak mulai memenuhinya. Apakah Papanya berubah karena akan menikah? Jadi prasangka gue tadi benar? Kalau perubahahan ini ada hubungannya sama pernikahan, lebih baik jangan berharap lebih!

Victor buru-buru berjalan menuju kamarnya. Mengambil kunci motor, lebih baik ia pergi ke markas daripada tinggal di mansion yang terasa hampa tanpa tanda-tanda kehidupan.

**

Ace menaiki lift dengan langkah tenang, namun pikirannya tak berhenti berputar sejak ia meninggalkan ruang makan. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, melihat bagaimana tadi, mereka melakukan makan bersama tanpa ada dirinya seorang, membuatnya mengepalkan jari-jarinya hingga memutih.

"Menikah?" gumam Ace pelan sambil mengingat ucapan Stevan tadi. Kata itu berputar di kepalanya, menyisakan pertanyaan besar.

Ketika pintu lift terbuka di lantai kamarnya, ia mengambil kunci motornya yang digunakan saat-saat tertentu. Tetapi ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berangkat agar terlihat lebih segar.

Setelah mandi dengan cepat, ia keluar menggunakan kaos dan celana jeans dengan robekan di bagian lututnya.

Ace kemudian mengambil kunci motornya yang terletak di meja, meskipun ada banyak yang mengganjal dalam pikirannya. Ia tetap memilih mengikuti Stevan dan teman-temannya yang sudah membuat janji malam ini.

Becoming PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang