10

9.9K 864 234
                                    


MOHON PERHATIANNYA! ADEGAN DALAM CERITA INI TIDAK UNTUK DITIRU YA. INI HANYA CERITA FIKTIF SEBAIKNYA JANGAN DICONTOH!

•••

Selamat membaca.

Liam menghela napas dalam, memandang kota yang terbentang di hadapannya dari lantai teratas gedung pencakar langit tempat ia menginap. Tiga hari ini, ia habiskan bersama kolega-kolega lamanya, membicarakan proyek kerja sama yang tidak hanya membutuhkan waktu, tetapi juga perhatian penuh.

Diskusi panjang dan berbagai proposal yang diajukan membuatnya sedikit kelelahan. Namun, sebagai CEO Liam paham betul bahwa tanggung jawabnya bukan hanya pada dirinya, melainkan pada perusahaan yang telah dibangun oleh Liam dulu dengan susah payah. Setiap keputusan, sekecil apapun, bisa mempengaruhi ratusan--bahkan ribuan--orang dibawahnya.

Ia melirik jam tangannya, pertemuan berikutnya tinggal setengah jam lagi. Bersama kolega lamanya, mereka akan menyempurnakan kesepakatan akhir yang bisa membawa perusahaan lebih maju dalam kompetisi pasar global.

"Tuan, apakah anda sudah siap?" Luke bertanya dengan pakaian yang sudah rapi. Memandangi Liam yang masih duduk dengan laptop di depannya itu.

Dengan menggunakan jas berwarna abu-abu gelap yang memberikan kesan anggun dan cerdas. Jasnya memiliki potongan klasik dengan garis-garis halus yang memberikan sedikit karakter tanpa menghilangkan kesan formal.

Dasi yang dipilih Luke adalah berwarna biru navy dengan pola geometris sederhana, memberikan sentuhan modern yang tidak berlebihan. Untuk menyempurnakan penampilan Luke membawa tas dokumen kulit yang berwarna hitam yang terlihat stylish dimana ia menyimpan catatan dan dokumen penting untuk mendukung tugasnya sebagai asisten Liam.

"Pastikan semua dokumen untuk pertemuan sudah siap. Kita tidak bisa tampil mengecewakan" balas Liam tanpa mengalihkan pandangannya dari luar ruangan. Setelah beberapa detik, dia menatap kembali layar laptop di depannya, memfokuskan diri untuk pertemuan yang mendesak.

Luke mengangguk, kemudian meraih map berkas penting, "Semua sudah saya persiapkan dengan rapi."

"Baiklah, lima menit lagi," jawab Liam sambil kembali fokus pada layar di depannya dengan ekspresi serius.

Liam menatap grafik dan statistik yang terpampang di depannya, mengingatkannya kembali pada masalalu saat-saat dirinya disibukkan dengan rapat penting namun berisi kehampaan berbeda dengan dirinya sekarang yang seperti memiliki harapan kecil untuk keluarga barunya dan ketiga anaknya itu.

Setelah beberapa menit berlalu, Liam menatap laptopnya dengan mantap, "Luke, pastikan untuk mempersiapkan presentasi yang sempurna. Setiap detailnya dan jangan sampai terlewat," perintah Liam dengan nada suaranya mengandung ketegasan yang khas.

"Saya sudah siap. Tuan, dan saya usahakan presentasinya akan memuaskan," jawab Luke sambil mengecek berkas-berkas dalam mapnya.

Liam mengangguk, tidak merasa perlu berbicara lebih banyak. Ia menggunakan setelan jas berwarna navy yang dipadukan dengan kemeja putih bersih, jasnya dirancang dengan potongan slim fit yang memberikan kesan tajam dan modern.

Ia memakai dasi hitam matte yang simpel, tanpa pola, menonjolkan aura misterius dan dingin. Untuk sepatu, ia menggunakan sepatu kulit hitam yang dipoles sempurna, menambahkan kesan elegan namun tetap fungsional untuk kesibukannya sebagai CEO.

Dengan gaya berpakaian ini, Liam memiliki persamaan antara dirinya dan Liam yang asli. Terlihat stylish dan tidak hanya terlihat profesional, tetapi juga tidak menampilkan citra yang bisa dianggap remeh, ditambah dengan wajah karismatik yang bisa memikat banyak orang membuatnya terlihat mengesankan.

Becoming PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang