"Mencintainya Itu nyata,
tapi memilikimu hanya sebatas kata,
jika Antartika tepi dibumi,
maka ANTARA kita hanya sebatas MENGAGUMI"~
Typo tandain!!
..
Ace berdiri ditengah kamarnya, menghela napas panjang. Di sekelilingnya, tumpukan pakaian, buku, dan barang pribadi tersebar di lantai.
Sambil menggerutu dalam hati, Ace mengambil beberapa barang di meja belajarnya: handphone, buku sketsa, dan beberapa pena favorit.
Buku Sketsanya sudah lama tidak ia sentuh sejak dirinya kehilangan minat pada seni, namun barang itu tetap berarti baginya.
Ketika tangannya mencapai bagian belakang meja, ia menemukan sebuah foto lama yang nyaris ia lupakan---foto dirinya dan Victor saat masih kecil.
Keduanya terlihat tersenyum cerah, memegang trofi balapan sepeda yang mereka menangkan bersama. Foto itu sejenak membuat Ace terdiam, rasa nostalgia menyentuh hatinya meski ia berusaha mengabaikannya.
"Apakah dia akan menginap di mansion?" bisiknya pelan, meletakkan foto itu kembali dengan gerakan kasar, mengabaikan suasana hatinya yang rumit.
Tak lama kemudian ia mendengar ketukan pelan di pintu, Leo muncul di ambang pintu, menatap Ace yang sedang sibuk berkemas.
"Udah selesai?" tanya Leo, suaranya lembut namun terdengar canggung.
Ace menatap Leo, kakak sulungnya itu dengan datar.
"Hampir, kenapa buru-buru?"
Wajah Leo berubah menjadi datar dengan sedikit merengut "Sudah waktunya makan malam, Papa juga sudah menunggu kita di bawah," ketusnya seolah menahan sesuatu dalam nada bicaranya.
Ace menggertakkan gigi melihat kepergian kakaknya, ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Tapi memilih diam, kemudian segera membawa ransel yang sudah berisi barang dan keperluan lainnya yang akan ia bawa ke kamar Victor.
Ace membuka pintu kamar Victor dengan cepat, ruangan itu sepi dan rapi, jauh berbeda dari kamarnya yang selalu berantakan. Tanpa banyak bicara dan memikirkan terlalu jauh ia masuk ke kamar pribadi milik Victor.
"Ini cuma sementara," gumam Ace pelan, mencoba menyakinkan dirinya.
Melemparkan tas yang berisi barang-barang miliknya di atas kasur dan mulai menata di sudut kamar yang tersisa.
Saat Ace mulai menata barang-barangnya, bayangan foto lama dirinya dan Victor terus mengganggu pikirannya.
Tangan Ace berhenti sejenak saat dia memegang buku Sketsanya, teringat bagaimana dia dan Victor dulu tak terpisahkan. Namun kenyataan sekarang begitu berbeda.
"Seandainya semua bisa kembali kayak dulu," bisiknya lirih, meletakkan buku sketsa di atas meja kecil di sebelah tempat tidur.
"Ngapain juga dibawa nih buku," gerutunya kesal, merasa bodoh melihat dirinya malah membawa buku tersebut di kamar Victor, mengingat dirinya pasti hanya beberapa hari menginap di sini.
¡-¡
"Kenapa?" tanya Liam, ia meletakkan ponselnya setelah mengirim pesan pada Alaric, ia kira kakaknya tadi belum pergi dari mansionnya.
Melihat wajah anak sulungnya baru duduk di kursi meja makan, terlihat merengut dengan bibir mengerucut.
Liam mengamati anaknya dengan seksama, Leo duduk dengan wajah murung, bibirnya mengerucut, sementara matanya menatap muram ke arah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Papa
Science FictionBrothership(BROMANCE) JADI DUDA?! Damon hartman pria yang berusia 39 tahun yang hidupnya sepenuhnya di dedikasikan untuk pekerjaan atau bisa disebut workaholic meninggal dan masuk di tubuh seseorang duda yang memiliki 3 anak.