Bab 50

1.4K 198 22
                                    

Dalam keadaan sadar, Gita melihat sekelilingnya. Ia juga sadar bahwa sekarang kain yang tadinya menutupi mulutnya kini sudah di lepaskan.

Ia dapat melihat dengan jelas sosok pria yang kini berada di depannya. Dengan wajah yang khawatir, pria itu menatap wajahnya yang baru saja sadar.

Gita menyerngit, tapi tak lama saat ia menyadari siapa pria yang kini berada di depannya. "Dheo.. " Dengan suara bergetar Gita menatap laki-laki itu.

"Kamu mau apa! Aku mohon jangan ganggu keluargaku! Kalau memang kalian punya dendam, kalian bisa melampiaskan nya kepadaku! Jangan keluargaku!" Bentak Gita.

Dengan sigap, dheo segera mendekatkan tubuhnya dengan Gita, lalu membungkam mulut gadis itu. "Stt diam. Bang Farish masi di luar, jangan teriak-teriak" Ujarnya.

Gita panik, dadanya turun naik sesuai gerakan nafasnya yang tidak teratur. Dheo melihat sekeliling, memastikan kalau kakaknya tidak mendengar teriakan Gita barusan.

"Tenang git, aku sama sekali ga ada niatan jahat sama kamu. Kamu dengerin aku dulu okey" Ujar dheo seraya menatap dalam wajah gadis itu.

Gita yang tadinya menatap tajam ke arah dheo, perlahan mulai tenang. Nafasnya juga sudah mulai teratur.

Setelah merasa Gita tak lagi memberontak, dheo segera melepaskan tangannya dari mulut Gita.

"Kamu ga usah bohong deh yo. Aku tau kamu adik dari penjahat itu kan!" Tekan Gita, namun volumenya sudah tak lagi keras.

"Iya git, iya. Aku adiknya Farish. Tapi aku sama sekali ga pernah Ikut-ikutan rencana dia. Aku aja baru tau kalau ternyata kamu itu keluarga Adhitama. " Jelas Dheo.

"Tap-"

"Aku berani sumpah. Aku ga tau apa-apa git." Potong Dheo.

Gita masih diam. Ia bingung, haruskah ia mempercayai lelaki ini. Tapi disisi lain, ia masih ragu. Semua yang ia dengar dari Farish tadi masih terngiang-terngiang di fikirannya.

"Kamu mungkin ga percaya sama aku, tapi aku bisa kasih bukti ke kamu kalau aku emang bener-bener ga terlibat dalam urusan kalian."Ujar Dheo seraya menatap dalam gadis yang ada di depannya itu.

Gita terdiam, jujur  ia masih bingung. Tapi tak lama, saat Dheo tiba-tiba saja menarik tangannya untuk menjauh dari area mereka sekarang.

****

Disisi lain, Shani beserta saudaranya sudah panik karena tak menemukan keberadaan Gita. Shani terbangun sekitar 1 jam yang lalu. Entah mengapa ia tiba-tiba saja mendapat firasat buruk mengenai adik bungsunya itu. Karena hal itulah, Shani akhirnya memutuskan untuk memeriksa keadaan sang adik.

Namun, alangkah terkejutnya dia saat tak mendampati adiknya itu dikamarnya, ia hanya melihat Shanju dan Nabilah yang masih terlelap dalam tidurnya. Dan karena tak mau mengusik kedua manusia itu, Shani akhirnya memutuskan untuk mencari keberadaan sang adik seorang diri.

Dari dapur, ruang tamu, kamar mandi, bahkan sampai balkon dan kamar suadara-saudaranya pun ia cari. Namun, hasilnya nihil. Keberadaan sang adik pun tak kunjung ia temukan. Alhasil, ia akhirnya mau tak mau harus membangunkan semua penghuni rumah itu.

"Ci, cici tenang dulu. Fikir positif aja" Ujar Gracia seraya mengelus bahu sang kakak.

"Gimana mau tenang ge. Kamu gak inget, kejadian waktu di puncak kemarin. Kita ada dirumah aja Gita masih bisa diculik. Apalagi kita dalam keaadan tidur." Cecar Shani dengan wajah khawatirnya.

"Tenang dulu Shan. Aku rasa ini bukan penculikan, disini kan ada CCTV nya, kita cek dulu aja gimana?" Tanya Melody. Dan Shani pun akhirnya mengangguk.

Sekitar 15 menit, jinan pun kembali seraya membawa sebuah flashdisk di tangannya. "Coba buka dulu ci" Ujar Jinan seraya menyerahkan flashdisk itu kepada Shani.

Shani dengan segera memasukkan flashdisk itu kedalam laptopnya. Dan ya, mereka terkejut saat rekaman CCTV menunjukkan Gita yang mengendap-endap keluar seraya mendorong motornya. Shani geram, ia menggentak meja di depannya ini dengan sangat keras, sehingga membuat seisi ruangan terkejut dibuatnya.

"Buset dah, Ci Shani kalau marah serem juga yak" Celetuk Nabilah, dan berhasil membuat Shani menatap tajam dirinya. Sedangkan yang ditatap hanya menampilkan cengirannya saja.

"Jinan, cek CCTV rumah sekarang!"Titah Shani dengan nada dinginnya.

Seisi ruangan terdiam karena ulahnya. Mereka tak berani berbicara jika shani sudah seperti ini. Sedangkan Jinan, ia segera berlari umtuk mengambil rekaman CCTV  rumah mereka. Dan sekitar 10 menit, jinan akhirnya kembali dengan membawa sebuah flashdisk ditangannya.

"Ini Ci" Ujarnya seraya menyerahkan flashdisk itu ketangan Shani. Tak butuh waktu lama untuk Shani mengakses rekaman tersebut. Dan benar saja, melihat rekaman CCTV itu membuat darahnya semakin mendidih.

Ia menggertakkan giginya. Tangannya mengepal, dan dengan penuh emosi, ia meraih jas yang tergantung di ruang tamu mereka dan bergegas keluar dari rumah.

"Ci cici mau kemana!" Teriak Feni, namun tak dihiraukan oleh Shani.

"Kita harus ikutin dia, bahaya kalau malam-malam gini dia sendirian pergi. Apalagi jaraknya lumayan jauh" Usul Melody.

"Yang di ucapin kak Mel bener" Saut Gracia dan diangguki yang lainnya.

"Yaudah yuk gerak, sebelum ketinggalan jauh jejaknya" Ajak Frieska. 

"Kita pake satu mobil aja" Usul Nabilah.

"Yaudah boleh, Buruan!" Saut Gracia. Dan tak lama mereka pun akhirnya bergegas menyusul Shani.

_______

Disisi lain, Gita terkejut melihat sekelilingnya. Semua ruangan ini penuh dengan berkas-berkas yang ia pun tak tahu isi dari berkas-berkas itu. Disana juga banyak komputer-komputer yang sepertinya sudah lama tak digunakan.

"Kita dimana?" Tanya Gita seraya melihat sekelilingnya.

"Di area bawah tanah, perusahaan papaku" Jawab Dheo. Gita terdiam, ia berfikir  apa maksud Dheo membawanya kesini. Bukankah Dheo bilang ia akan memberikan bukti  padanya, tapi kenapa lelaki itu malah membawanya kesini.

"Kenap-"

Belum sempat gita menyelesaikan ucapannya, ia sudah lebih dulu dipotong oleh Dheo. "Kamu mau buktikan?" Tanya Dheo dan Gita mengangguk. Dheo akhirnya berjalan kearah meja yang terlihat sudah sangat tua itu, dengan banyak sekali dokumen-dokumen dan berkas-berkas di atasnya.

Tak lupa juga sebuah computer dan telepon kantor di atas meja itu, yang masih terpajang dengan sangat rapi.  Dheo perlahan membuka computer itu. Jari lihainya mulai mengetikkan sesuatu disana. Sedangkan Gita hanya  diam melihat apa yang dilakukan oleh pria itu.

Wajah Dheo terlihat serius, sampai akhirnya 30 menit berlalu. Dheo kembali menghampiri Gita yang sudah tertidur di sofa ruangan itu. Ia dengan perlahan mengusap pucuk kepala gadis itu lalu tersenyum.

"Andai aja git aku tau masalah ini dari awal, pasti aku akan halangin abang sama papa buat ngerusak keluarga kalian" Gumamnya masih dengan tangan yang mengelus pucuk kepla Gita.

Ia kemudia menatap sebuah flashdisk yang ada di tangannya dengan tatapan yang sayu. Lalu kemudia ia kembali tersenyum tipis. "Mungkin sekarang udah waktunya kalian bebas git" Gumamnya.









































Hai guysss, gimana kabar kalian. maap author belakangan ini jadi jarang up. dari faktor tugas juga makin banyak, kegiatan diluar sekolah juga buat author bentrok dan susah buat atur waktu. tapi insyaallah kedepannya author bakal usaha lagi buat sering sering up yaa. makasih buat kalian yang masih setia nungguin cerita ini. jangan lupa vote dan komennya bia author ada mood buat upnya makasiiii semuanyaa. maafkan juga typonya yaaa hehehehh 

















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gitss Bungsu Kesayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang