08

167 10 0
                                    









"pokoknya parah banget, badanya ancur juga semua organ tubuhnya udah kepisah"

Sena berdecak kasar saat kata kata itu terus berkeliaran dipikirannya, dia memilih menepikan mobilnya daripada terjadi hal yang tidak di inginkan.

Sena menabrakkan kepalanya pada kemudi dengan sengaja, bertujuan untuk menghilangkan kalimat tadi dari pikiranya. tanganya mengacak surai secara kasar.

drtt.. drtt...

Sena alihkan pandanganya pada ponsel miliknya yang bergetar pelan, Sena memilih abai dengan si pengirim pesan. otaknya masih sangat berantakkan membuatnya malas, walaupun hanya sekedar mengambil ponselnya.

drtt... drtt...

"akhhhh, ganggu banget sumpah"

Akhirnya Sena mengambil ponsel yang dia letakkan di dashboard, sebuah panggilan masuk tertera dilayar ponselnya, nama Jareza tertera disana.

"apa?"

Lama Sena menunggu jawaban, namun Jareza disebrang sana tidak kunjung membalas. Sena langsung memutus sambungan telefon dengan mulut yang berdecak, dilemparnya handphone dalam genggamanya ke dasbor mobil, dan langsung menyalakan mobil, pergi dari tempat itu.






"AKU PULANG"

"KAKAK NGGAK USAH TERIAK"

"ITU MAMI JUGA TERIAK KOK"

"kak Na berisik tau nggak, jadi ngga konsen nih. Mami juga ngapain ikut ikutan"
Ucapan Jackson, yang melerai teriakan keduanya.

Sena langsung alihkan tatapanya pada Jackson yang kini duduk didepan Televisi dengan banyak buku dihadapanya. Langkahnya Sena bawa mendekat kearah sang adik yang kembali fokus pada buku buku didepanya, duduk diatas sofa tepat dibelakang Jackson yang tengah belajar dilantai beralaskan karpet berbulu.

"tumben lo belajar?"
Jackson memutar bola matanya jengah.

"tumben matamu, lu nya aja yang nggak pernah dirumah"

"nyenyenyenyenye"

Sena mengabaikan ucapan Jackson, lebih memilih menghidupkan televisi besar yang ada didepanya. Mencari chanel tv yang di inginkan, namun perhatiannya teralihkan pada chanel yang kini membahas pembunuhan yang tadi banyak dibicarakan disekolah. Sena menambah volume televisi, hampir membuat Jackson protes, namun tergantikan dengan dirinya yang terdiam bahkan ikut menonton beritanya.

"Belum ada keterangan langsung dari kepolisian mengenai pembunuhan yang terjadi semalam, Beberapa potongan tubuh belum ditemukan oleh tim sar. Seperti dugaan, pelaku pembunuhan membuang sebagian tubuh milik korban ditempat terpisah. Polisi membawa potongan tubuh korban ke rumah sakit terdekat untuk divisum"

"Pihak keluarga menuntut kepolisian, guna mengusut kasus pembunuhan yang terjadi kepada putra tunggalnya. Sekian berita hari ini terimakasih"

"loh kak, bukanya itu sekolah ditempat mu ya"
Sena hampir melompat dari duduknya, kala suara sang Mami memasuki gendang telinga.

"Mami ihh, ngagetin tau nggak"

"gitu doang kaget"
Sena yang mendengar gumaman Jackson melotot tidak suka, kepalan tanganya melayang hampir mengenai kepala sang adik, namun Rhea lebih dulu memegang pergelangan tangan Sena.

"kakak, jangan kaya gitu sama adeknya"

"ya dianya ngeselin"

"dih apaan, lo nya aja yang baperan"

"YAKKKKK"

Sena berdiri dari duduknya siap menerjang Jackson dengan tubuhnya, namun sang adik lebih dulu berdiri dan berlari menjauh darinya. Sena sudah mencak mencak ditempat, diambilnya remot televisi yang tergeletak didekatnya, siap dilemparkan kearah Jackson yang kini menjulurkan lidah kearahnya dengan tampang tengil.

IT'S YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang