Enam

16 8 3
                                    

Ketemu lagi dengan Ichiii🙌🏻
Sehat-sehat, ya kalian❤

Selamat membaca, sayang🦕

🦕🦕🦕

"Maju, Lang! Maju!" Teriak Guntur kesal seraya bermain game pada handphonenya.

"Galang! Lo ngapain dibawah, sini gue diatas bantuin, bego!" Sambung Rio geram.

Mereka bertiga kini berada dirumah Guntur. Menghabiskan waktu liburnya untuk berkumpul bersama adalah rutinitas wajib yang harus dijalani.
Mengingat mereka sekarang duduk dibangku kelas dua belas membuat ketiganya harus menciptakan kenangan bersama sebelum akhirnya akan disibukkan dengan dunia yang sesungguhnya.

"Kalian maju aja. Gue udah hebat. Jadi, terakhiran aja datangnya," Sarkasnya dengan tenang tanpa memperdulikan kedua temannya yang teramat serius memainkan game mobile legend.

"Hero kok Nana," Ejek Rio.

Galang kali ini menggunakan hero Nana sebagai andalannya. Merasa diejek, Lelaki dingin itu masih diam ditempat sambil menyerang minion musuh.

"Lang, tolongin gue!" Guntur kembali bersuara.

"Yo, Lo tengah dulu. Gue matiin Paquito dulu!"

Double kill

Triple kill

Maniac

Savage

Wipe out

Galang tersenyum sinis menatap kedua temannya yang terdiam setelah melihat Galang telah berhasil membunuh kelima lawannya.

"Masih mau rendahin Nana?"

Rio berdecak kesal, "Sampah!"

Tiga puluh menit mereka memainkan game lamanya. Hingga pada akhirnya game dimenangkan oleh tim lawan.

"Rank gue turun," Lirih Guntur memelas.

"Galang, sih. Sampah!"

Galang menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menyeruput kopi hitam yang sudah dibuatkan Guntur. Tak lupa seraya mengambil satu batang rokok.

"Thea belum bales chat gue," Ucapnya tiba-tiba membuat Rio menoleh kearahnya.

"Udah berani buka hati lagi, Lo?" Sambung Guntur.

"Heran aja gue sama Thea. Ribuan wanita banyak yang ngejar gue, cuma dia yang bener-bener susah ditebak."

Rio mengangkat salah satu sudut bibirnya, "Belum lupa sama lukanya."

🦕🦕🦕


Didalam kamar dengan nuansa serba biru-putih terlihat gadis blonde tengah sibuk membuka buku pelajarannya.
Padahal hari ini masih siang namun, Thea lebih memilih belajar daripada harus pergi bermain bersama temannya.

"Permisi, Non. Ini es matcha-nya," Ucap wanita paruh baya seraya membawa nampan berisi satu gelas matcha dingin. Thea sebelumnya memang sudah meminta tolong kepada Bu Sri untuk membuatkan es mathca.

"Masuk aja, Bu. Thea lagi nggak sibuk juga," Ucapnya kini berbalik badan menghadap Bu Sri yang sudah meletakan minumannya pada nakas.

"Bunda belum juga pulang, Bu?"

Bu Sri tersenyum, "Belum, Non. Katanya lusa baru akan pulang."

Thea anak kedua dikeluarganya. Bunda dan Ayahnya memang tak pernah berada dirumah untuk waktu yang lama karena pekerjaan yang mengharuskan sepasang suami istri ini bolak-balik keluar kota.

Kalau orang lain melihat kehidupan Thea memang sangat asik. Berada dikeluarga yang selalu menuruti keinginannya, keluarga yang tak pernah kehabisan uang setiap harinya bahkan keluarga yang hidup dengan kemewahan.

Berbeda dengan yang dialami Thea. Ia merasa semua ini percuma. Karena, kesepian memang selalu hadir dihidupnya. Rumah mewah dan besar namun seringkali dihuni hanya dua orang saja, Thea dan Bu Sri.
Kakaknya Aldo pun jarang pula pulang kerumah karena kuliahnya yang berada di luar Kota.

"Hari ini sudah minum obat?" Tanya Bu Sri mencoba membuyarkan lamunan Thea.

Thea menggeleng, "Untuk apa? Bahkan Thea meminum pun belum ingat apa-apa."

Lagi-lagi Bu Sri tersenyum mengusap pelan rambut Thea, "Do'a yang baik saja, Non. Bu Sri nggak memaksa Non Thea untuk ingat. Tapi, meminum obat suatu keharusan untuk Non supaya sembuh."

"Thea cape, Bu."

"Cape manusiawi, Non," Ucap Bu Sri seraya mengambil beberapa obat yang tersimpan pada laci nakasnya.

"Sekarang diminum, ya. Bukan buat Bunda tenang karena Thea sudah minum obat. Namun, Buat Bu Sri biar tenang karena Non Thea udah mau minum obat."

Thea memang sudah seperti anak Bu Sri sendiri karena kedekatannya sejak kecil.
Bu Sri adalah rewangnya yang telah bekerja dikeluarga Thea sudah lama sekali bahkan sejak Aldo masih kecil.

Thea dan Aldo memang berbeda tiga tahun.

"Selain Rio, apa Thea punya teman lagi, Bu?" Tanya tiba-tiba.

Bu Sri terdiam mencoba mengingat sesuatu. Namun, urung untuk menjelaskannya pada Thea.

"Tidak ada, Non. Cuma Mas Rio saja."

Helaan nafas berat terdengar.

"Emangnya kenapa, Non?"

"Thea disekolah ada orang yang sok kenal, Bu. Dia lagi-lagi bikin Thea naik darah!" Jelas Thea menggebu-gebu.

"Oh, iya? Siapa?"

"Namanya Galang. Dia manusia aneh!"

Bu Sri terdiam sebentar, kemudian kembali tersenyum kearah Thea, "Mungkin dia suka sama Non Thea. Kan, Non sangat cantik."

"Bu Sri," Rengeknya manja.

"Hari ini mau makan apa?" Tawar Bu Sri sangat halus.

"Mau cumi saus tiram saja, Bu."

"Sudah?"

Thea mengangguk cepat.

"Bu Sri masak dulu, ya. Non Thea istirahat saja."

Thea memandangi Bu Sri yang sudah melangkah meninggalkannya. Rasanya, Thea memang lebih ingin Bu Sri menjadi Ibu kandungnya sendiri daripada mempunyai Ibu kandung yang tak pernah ada untuk menemaninya atau bahkan mendengarkan ceritanya.

Thea teringat pada pesan kemarin yang belum sempat dibalasnya. Gadis blonde ini mengambil ponsel dan membukanya.

+62858-7827-XXXX
Terakhit dilihat satu menit yang lalu

Kemarin

|P
15.00

Hari ini

Siapa?|
11.20
|

Galang
11.25

Thea menyeritkan keningnya. Galang? Manusia aneh itu? Untuk apa dia menghubunginya? Ah, sudahlah. Thea saat ini tidak mau meladeni manusia aneh itu.

Segera Thea melemparkan ponselnya asal. Memilih  keluar dari kamar untuk sekedar menghirup udara segar.

Bunda, Thea ingin cerita.

🦕🦕🦕

Hai, udah sampai part ini, ya?
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak setelah membaca ya, sayang❤

GALANG ANGGARA PUTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang