Tiga

65 8 0
                                    

"Sekolah, Belajar dan pulanglah. Karena, tidak semua teman mampu menjalani peran teman yang sesunguhnya."

Althea Fansisca Dirgantara

***

Galang, Guntur dan Rio berjalan menyusuri koridor sekolah yang terlihat masih sepi.
Kali ini mereka sengaja berangkat lebih pagi karena kangen dengan jajanan dan cimol khas buatan mbak Tina.

"Selamat pagi, salam putus asa dari Bang Guntur yang kaya raya ini," teriak Guntur dengan seenaknya saat kakinya mulai memasuki warung mbak Tina.

Kebetulan mba Tina si janda gatel tengah merapikan dagangannya.

"Eh, calon suami-suamiku kecuali Galang datang. Silahkan mau pesan apa?" Tawar Mbak Tina dengan anggunnya.

Wanita paruhbaya yang ditinggal mati oleh suaminya ini sudah lama berdagang di SMA HAIJU. Rumonnya, suami dari Mbak Tina ini meninggal pada saat ia tengah memasang nomor togel di desa sebelah.

"Seperti biasa. Es susu cokelat dengan tambahan senyuman Mbak Tina yang sangat manis," Rayu Guntur yang dibalas tamparan pelan oleh Rio.

Si empu hanya meringis seraya memegang pipi kirinya, "Lo siapa pake nampar tanpa izin dulu?!"

Rio mengulurkan tangannya, "Kenalin gue Rio Frendiansyah anak dari Mr. Fren dan Mrs. Dian Syahfrinca."

Guntur membalas uluran tangan Rio. Mereka berdua bersalaman, "Kenalin juga gue Guntur Dewantara anak dari Ayah Rendi Kaestilo dan Bunda Sinta Kaestillo."

Setelah berkenalan mereka berdua langsung melepaskan tangannya masing-masing.
Memang seperti ini kelakuan mereka. Aneh dan menyebalkan.

Galang yang hanya diam memilih menyimak perbincangan mereka. Menurutnya, meladeni sahabat sepopoknya ini membuat kepalanya ingin pecah.

"Jadi, Den Rio mau ikut pesan apa, nih? Den Galang juga," tawar Mbak Tina dengan sabarnya. Untung saja masih pagi dan pelanggan pertama hari ini kalau tidak khodam mautnya bisa keluar sekarang juga.

Galang menaikkan kepalanya, menatap Mbak Tina dengan tenang, "Es teh."

"Masih pagi, loh Den. Pamali jutek-jutek gitu," ungkap Mbak Tina dengan ramahnya.

Galang yang menanggapi hanya merespon dengan senyuman tipisnya.

"Samaian aja seperti Galang, Mbak. Tapi, gulanya jangan kebanyakan soalnya Mbak Tina udah manis," puji Rio dengan jujur. Memang janda yang satu ini selalu membuat resah Ibu-Ibu diluar sana.

Mbak Tina tersipu malu dan segera melesat berlari kedalam menyiapkan pesanan mereka bertiga.

Hal tersebut membuat Rio dan Guntur terbahak karena tingkahnya.

Beberapa detik kemudian ketiganya sibuk dengan otaknya masing-masing.

Galang yang terlihat bingung menghela nafasnya panjang kemudian melirik kearah Rio yang berada disamping kirinya, "Bagi nomor Thea, Yo."

Guntur yang kaget dengan ucapan Galang segera meletakkan ponselnya, "Coba ulang tadi Galang ngomong apaan?"

"Bagi nomor Thea," jawab Rio menirukan perkataan Galang tadi.

Guntur membulatkan matanya sempurna kemudian bertepuk tangan, "Akhirnya! Galang Anggara Putra menyukai wanita setelah dia!" Ucap Guntur heboh sendiri.

Galang berdecih malas, "Bisa share nomor Thea sekarang?"

Rio tertawa kecil kemudian ia membuka benda pipih yang berada disakunya.

"Udah gue kirim," singkatnya.

"Thank's." Galang tak lupa berterima kasih.

"Udah mulai kepincut lo sama Thea?"

"Nggak. Cuma penasaran aja beda dari yang lain dia."

Rio menyeringai singkat, "Dia emang berbeda. Deketin biar lo tau apa saja yang berbeda dari dia."

"Gue nggak begitu ahli ngedeketin cewek."

Guntur menepuk pelan bahu Galang, "Mau kursus dengan gue? Testimoninya udah banyak."

***

Dikelas XII IPA 2 suara gaduh mendominasi ruangan tersebut. Maklum, jam kosong. Munafik bukan, kalau tidak ribut.

Gadis blonde dengan kacamata frame hitamnya tengah duduk seraya bermain handphone bersama temannya, Zera.

"The, Kantin, ayo," ajak Zera seraya mengambil kursi disamping Thea.

Thea menoleh, menatap Zera dengan bingung, "Lo, Mau temenan sama gue?"

Zera menyeritkan keningnya, "Maksud lo?"

"Zera mau temenan sama Thea?"

Zera mengangkat kedua sudut bibirnya, "Nggak usah merasa sendiri gitu. Buruk tidaknya lo, gue mau temenan sama lo, The."

Thea membalas senyuman Zera, "Makasih, Zera." Tangannya melingkar pada tubuh Zera memeluknya dengan erat sedetik kemudian Thea melepaskan tangannya, "Mulai sekarang kita temenan, Kan?"

Zera mengangguk mantap, "Oke, Zera dan Thea sekarang temenan." Zera mengacungkan jari kelingkingnya dan dibalas oleh Thea.

"Kalo lo ada masalah bisa ceritain ke gue," lanjut Zera.

Thea mengangguk seraya tersenyum.
Bahagia. Itulah yang Thea rasakan karena, selama disekolah lamanya, Thea sama sekali belum berani untuk mempunyai teman lagi.

Thea hanya takut kejadian dulu terulang kembali dihidupnya karena, tidak semua teman mampu berperan menjadi teman yang sesungguhnya.

***

#BerbagiRasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#BerbagiRasa

Selamat siang, anak ayam🐣

Gimana, nih kabarnya? Tetap semangat menjalani hidup, ya dan tetap terapkan protokol kesehatan❤️

Bukan_Salam_Dari_Binjai 🤝🏻

GALANG ANGGARA PUTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang