"Tolak ukur bahagia bukan tentang apa yang ingin kamu miliki. Namun, bahagia diukur dengan seberapa besar rasa syukur atas apa yang telah kamu miliki "
Galang Anggara Putra
🦕🦕🦕
"Permisi, Mas. Ini pesanannya," ucap waitres seraya meletakan beberapa makanan bertema jepang dijejeran meja nomor dua puluh satu.
Meja yang berisi tiga lelaki tampan yang terbilang kaya sibuk menata pesanannya yang lumayan banyak.
"Lang, ini sushi lo," ucap Rio seraya mengulurkan tangannya yang memegang satu porsi sushi.
Galang menerimanya kemudian langsung menyantapnya dengan tenang.
"Yo, ini punya gue! Lo pesannya ramen bukan dorayaki!" Kesal Guntur tak terima makanan kesayangannya langsung direbut oleh Rio.
Tak mau mengalah, Rio justru menarik kembali dorayaki yang diambil oleh Guntur.
"Heh buaya, salah sendiri lo mainan handphone mulu! Ini tetep milik gue!" Sarkas Rio tak terima.
"Lang, ini Rio ambil makanan bang Guntur yang kaya raya," adunya pada Galang yang masih menikmati makanannya dengan tenang.
Satu suapan terakhir masuk kedalam mulut Galang sebelum akhirnya berbicara.
"Kalian berdua coba merem lima menit," suruh Galang
Rio dan Guntur pun menurut saja ucapan Galang yang dirasa mengandung pencerahan untuk mereka berdua.
Dengan cepat Galang langsung membagi-bagikan makanan yang telah dipesannya kepada pengunjung sekitar. Mulai dari dorayaki, ramen, sashimi, onigiri dan udon.
Setelah itu Galang lebih memilih meninggalkan mereka berdua.
Guntur dan Rio masih diposisinya menutup mata tanpa ada keniatan untuk membuka ataupun melirik keadaan sekitar.
Sudah enam menit mereka menutup kedua matanya dengan rapat.
"Lang, masih lama?" Tanya Rio yang mulai was-was.
Guntur menghela nafasnya, "Bisa sabar nggak!? Kalo nggak bisa mending pulang aja daripada berisik!"
"Bukan gitu buaya! Cuma antisipasi aja soalnya ini lama bener," keluh Rio.
Guntur yang mulai menyadari mengangguk kecil meskipun dengan mata yang masih tertutup.
"Gimana kalo kita buka mata aja, Yo?" Usul Guntur.
"Bener juga. Oke gue hitung mulai dari satu.."
"Dua.."
"Ti....ga," ucap mereka bersamaan seraya membuka matanya.
Degh! Mata mereka terbelalak kaget meja yang dihadapannya telah kosong hanya tersedia tempat bekas sushi saja.
"GALANGGG!!!!!"
🦕🦕🦕
Galang menghentikan mobilnya pada saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.
Sembari menunggu hijau ia meraih vape yang berada di depannya. Menghisapnya dan mengeluarkan asap dengan tenang.
Lampu lalu lintas kembali hijau dengan segera Galang menarik kopling dan menekan gas mobilnya. Namun, sial! Mobil memilih mogok disaat yang tidak tepat.
Helaan nafas terdengar terasa berat.
"Sial! Padahal bentar lagi nyampe rumah!" Umpatnya kesal.
Galang keluar dari mobilnya dan memilih untuk mampir terlebih dahulu diwarung yang berada disebrang jalan.
Beruntung mobilnya berada dibahu jalan jadi tidak mengganggu jalannya lalu lintas yang ada.Langkahnya dengan tenang menghampiri warung kopi yang tak jauh dari tempatnya. Namun, Galang menghentikan langkahnya.
Pandangannya melihat gadis dengan rambut panjang terurai tengah bermain ayunan dengan santainya dan tangannya sibuk mencoret-coret sesuatu dipangkuannya.Tanpa menunggu lama, Galang memilih menghampirinya.
"Ngapain lo?" Tanyanya singkat tanpa melirik kearah gadis tersebut.
Gadis blonde melirik kearah sumber suara.
"Hah?" Ucapnya bingung seraya menyeritkan keningnya.
Galang menyeringai tajam, "Althea Fansisca Dirgantara, Kan?"
Gadis itu semakin bingung mengapa lelaki ini mengetahui namanya? Sedangkan dia sangat asing dengan wajahnya.
"Gue yakin suatu saat lo kenal gue," Ucap Galang lagi hingga akhirnya ia memilih berbalik meninggalkan gadis itu.
🦕🦕🦕
#BerbagiRasa
Kembali lagi dengan akuu kawan🤗
Gimana ini baru permulaan, yaa🤗Jangan lupa vote-nyaa🤗
Follow juga jangan lupa🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG ANGGARA PUTRA
Teen FictionNyaman adalah satu kata yang sudah banyak orang mahir melakukannya. Namun, apakah setelah mendapatkan kenyamanan mampu melakukan sebuah keikhlasan? sepertinya mudah. Iya, mudah dilakukan bagi seseorang yang mempunyai hati dengan versi sabar terbaik...