Dua

84 10 0
                                    

"Secara singkat aku melihatmu dan secara singkat pula aku mengenalmu."

-Galang Anggara Putra


🦕🦕🦕

"Lang, nomor tiga apaan?" Bisik Guntur berusaha memanggil Galang yang berada di bangku depannya.

Hari ini adalah ulangan harian matematika. Satu pelajaran dengan soal singkat namun menguras otak dan tenaga dengan cepat.

Galang menghela nafasnya, ulangan kali ini benar-benar membutuhkan ketajaman otak yang sangat besar.

"Bentar," ucapnya setelah itu kembali membaca soal terakhirnya.

"Jika persamaan kuadrat px² + 30x + 25 = 0 mempunyai akar-akar sama. Maka, nilai p adalah ... "

Helaan nafas terdengar kembali namun, kali ini lebih berat.

Tangannya kembali menulis jawaban setelah otaknya merekam dengan jelas soal yang dimaksud, "Jika akarnya sama maka D = 0, b² - 4ac = 0, 30² - 4(p)(25) = 0, 900 - 100p = 0, 100p = 900 dan p adalah 9. Oke selesai," ucapnya lega setelah hitungannya berjalan dengan lancar.

"Lang, buruan," bisik Guntur lagi setelah manusia yang diharapkannya tidak kunjung memberikan jawaban.

Galang menuliskan jawaban di kertas yang sudah disediakan untuk coret-coretan jawaban. Setelah selesai menuliskan jawaban dengan segera dilemparkan kearah meja Guntur.

"Oke, thank's," Ucap Guntur. Meskipun caranya salah namun, tetap saja didikan orang tuanya untuk berterimakasih kepada seseorang yang telah membantunya tidak terlupakan.

"Waktu telah selesai. Silahkan bisa dikumpulkan dimeja saya." Bu Marni selaku guru matematika memberi intruksi. Guru yang dikenal dengan satu persen kebaikan dan sembilan puluh sembilan persen kejahatan yang sangat tidak disukai anak dididiknya.

Satu persatu murid kelas XII IPA 1 mengantri untuk mengumpulkan jawabannya termasuk dengan Rio, Guntur dan Galang.

"Silahkan kalian boleh beristirahat," ucap Bu Marni kemudian melangkah keluar dari kelas dengan beban banyak di kedua tangannya.

"Sialan tuh guru! Nggak mikir banget ngasih soalnya!" Umpat Guntur kesal dengan badan yang disandarkan ke tembok.

"Bilang aja lo bego jadi nggak bisa mikir!" Balas Rio juga ikut kesal.

"Gue pintar sebenarnya. Cuman nggak mau nyaingin Galang aja," Sombong Guntur yang dibalas tamparan pelan dari Galang.

"Kantin nggak, nih?" Tanya Rio yang mulai merasakan perutnya mulai lapar.

"Mau bayarin?" Guntur bersuara.

"Kan ada bos Galang. Iya, Kan?" Ucap Rio seraya menyenggol lengan Galang yang tengah memutar bolpoint yang berada ditangannya.

Galang hanya menanggapinya dengan tatapan tajam. Sepertinya sudah biasa dengan kelakuan kedua temannya ini.

🦕🦕🦕

"Gue kemarin lihat Thea," ucap Galang memecah keheningan.

Rio yang tengah meminum soda pun menghentikan aktivitasnya. Kali ini ia sama sekali tidak terkejut dengan ucapan Galang.

GALANG ANGGARA PUTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang