Pratiksha

148 14 0
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

























"Menunggu" adalah kata sederhana, tapi di baliknya tersimpan perasaan yang sering kali tak diinginkan. Banyak orang merasa menunggu itu menyiksa, entah hanya sebentar atau lama. Namun, bagi seseorang yang sedang jatuh cinta, menunggu bisa jadi cobaan berat. Rindu yang tak terobati, meskipun hanya sehari terasa seperti beban yang tak tertahankan

Amsel, seorang laki-laki manis yang selalu ceria kini tengah berada dalam fase rindu yang mendalam. Kekasihnya, Lousi, seorang pria yang sedang mengabdi pada negara, terpaksa meninggalkan Amsel selama kurang lebih dua tahun.

Meski mereka masih sering bertukar kabar rasa rindu Amsel tak pernah benar-benar hilang Rindu itu hanya berkurang separuh, karena apa yang Amsel inginkan lebih dari sekadar kata-kata: ia ingin kehadiran fisik Lousi di sisinya

Setiap malam, Amsel terbaring dengan pikiran yang dipenuhi bayangan Lousi. Ia merindukan sentuhan hangat dan pelukan erat yang bisa meredakan rindunya. Sikap manja dan posesif Lousi yang dulu membuatnya merasa terlindungi kini justru menjadi alasan utama mengapa Amsel merasa kosong. Di dalam hatinya, ia ingin sekali memeluk tubuh Lousi, menyalurkan semua rlasa cinta dan rindunya yang telah menumpuk

Hari demi hari amsel terus menunggu dengan sabar, meski rindu semakin menyesakkan. Hingga pagi hari tadi ia mendapatkan kabar baik datang dari sepupunya yang bertugas bersama Lousi Sepupunya memberitahu bahwa hanya tinggal tiga hari lagi masa tugas Lousi akan selesai, dan ia segera pulang

Senyuman manis langsung merekah di wajah cantik Amsel. Rasa bahagia membuncah dalam dadanya, membayangkan momen saat ia akhirnya bisa melihat Lousi lagi. Namun, ia punya rencana: Amsel tidak akan memberi tahu Lousi tentang kepulangannya. Ia ingin memberi kejutan dengan menjemput Lousi langsung di pelabuhan

Bayangan ekspresi terkejut Lousi ketika melihatnya di sana membuat Amsel tak sabar. Ia membayangkan wajah Lousi yang semula serius berubah ceria, dan betapa hangatnya pelukan mereka nanti setelah sekian lama berpisah Namun, lamunan indah Amsel mendadak terbuyar ketika terdengar suara keras di hadapannya

"Amsel! Kau ini tak mendengar yaa saat aku berbicara!" sahut seorang pemuda dengan nada kesal. Amsel tersadar dari lamunannya, sedikit kikuk sambil menggaruk lehernya yang tak gatal "Maaf..." jawabnya pelan Pemuda di depanya, Leo mendengus malas

"Huft, sudahlah. Percuma bicara denganmu, kau takkan paham" kata Leo sambil menggelengkan kepala. Ia tampak jengkel karena Amsel sudah terlalu lama melamun dan tak mendengar apa yang ia katakan. Amsel hanya tersenyum canggung, lalu segera meraih sebuket bunga tulip merah dari meja

"Terima kasih sudah membeli di sini. Jangan lupa kembali lagi, ya!" sedikit berteriak Amsel saat melihat Leo sudah berjalan keluar dari toko bunga kecil miliknya. Leo melambaikan tangan tanpa menoleh, tanda ia mendengar, meski ungkin masih merasa kesal

Pagi hari ini terasa lebih sejuk dari biasanya, seolah alam ikut merayakan kebahagiaan yang menyelimuti hati Amsel. Ia telah terbangun sejak dini hari, terlalu bersemangat untuk kembali terlelap. Sudah berhari-hari ia menantikan momen ini—hari di mana ia akhirnya bisa bertemu dengan Lousi setelah dua tahun lamanya

Amsel berdiri di depan cermin, sibuk memilih pakaian terbaik. Ia ingin tampil sempurna untuk kejutan yang sudah direncanakannya. "Apa ini kekasih? Atau mungkin tunangan?" gumamnya sendiri sambil tersenyum geli. Hubungan mereka memang belum diberi label formal, namun di hati Amsel, Lousi sudah lebih dari sekadar kekasih. Ia yakin cinta mereka jauh melampaui apa yng bisa didefinisikan dengan kata-kata

Hampir tiga jam Amsel berkutat dengan berbagai pilihan baju di lemari, memadukan warna, dan mencoba berbagai gaya. Akhirnya, ia menemukan satu setelan yang sangat cocok—sederhana, namun memancarkan kesan manis yang begitu menawan. Dengan senyum lebar, Amsel menatap pantulan dirinya di cermin. Penampilannya kali ini sempurna, begitu manis hingga ia sendiri merasa puas dengan hasilnya

Sambil bersenandung, ia terus mempersiapkan diri. Buket bunga aster sudah siap di meja, wangi khas dari kelopak-kelopaknya memenuhi ruangan. Semua persiapan sudah lengkap, tinggal satu hal lagi—menunggu kereta kudanya tiba

Kereta itu akan membawanya ke pelabuhan, tempat Lousi akan tiba setelah bertugas begitu lama. Amsel sudah bisa membayangkan ekspresi Lousi saat melihatnya berdiri di sana, membawa bunga dan senyum yang ia tahu akan langsung menghangatkan hati kekasihnya



































amsel a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

amsel a.k.a jake











*😇

A Short Piece of Fiction [HeejakeHoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang