hanya perkumpulan one shot story tentang tiga serangkai manusia
⚠️WARNING!!! [kalau ga suka skipp!! no hujatan]
B×B
ff (fanfiction)
harsh language/bahasa baku
18+(tidak disaran kn untuk bocil di bawah umur)
100% Typo
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perasaan sesak memenuhi hati Jaeyun saat ia melihat laki-laki bertubuh tinggi dengan kulit pucat, yang telah menjadi kekasihnya selama enam tahun, mencium pasangannya di depan pendeta. Keduanya kini telah sah menjadi sepasang suami istri. Raut wajah sang mantan begitu bahagia; Sunghoon yang gagah dan tampan serta pasangannya, Suno, laki-laki cantik nan imut dengan senyum cerah seperti matahari. Jaeyun, dengan setelan menawan, terpaku diam dari kejauhan. Ia masih tak sanggup untuk menyapa atau sekedar memberi selamat, meskipun ia kini sudah memiliki tunangan
Melihat tatapan mata Sunghoon yang begitu tulus dan dalam ke arah Suno, hati Jaeyun berdenyut sakit, mengingat kenangan manis saat masih menjadi kekasih Sunghoon. Saat Jaeyun hendak pulang, ia tak sengaja bertemu pandang dengan Sunghoon. Raut muka Sunghoon yang tadi bahagia berubah menjadi datar, namun tatapan matanya menjadi sendu. Jaeyun tersenyum kecil sebelum pergi
Seakan tahu Jaeyun akan pergi, Sunghoon segera mengejar namun tertahan oleh banyaknya tamu yang ingin memberi selamat. Sepertinya Jaeyun dan Sunghoon belum merelakan kandasnya hubungan mereka berdua. Hubungan mereka berakhir karena permintaan terakhir dari nenek Sunghoon yang meninggal tiga bulan lalu. Orang tua Sunghoon sebenarnya sudah sangat dekat dengan Jaeyun, bahkan menganggapnya seperti anak sendiri. Mereka lah yang pertama kali menyambut Jaeyun di gedung pernikahan
mamah Sunghoon memeluk Jaeyun dan menangis di dalam pelukannya, terus meminta maaf. Jaeyun menenangkan, mengatakan bahwa ia sudah merelakan dan tidak akan membenci Sunghoon. Jaeyun berjanji akan terus mengunjungi ibu dan ayah Sunghoon, menemani mamah bersantai di taman sambil menikmati teh atau ikut bermain golf dengan papah
Langkah Jaeyun terhenti. Di depannya, tunangannya, Heeseung, sudah menunggu di depan mobil. Heeseung merentangkan kedua tangan, memberikan isyarat siap memeluk Jaeyun. Tanpa berpikir panjang, Jaeyun berhambur ke pelukan Heeseung, menumpahkan semua rasa sakit yang terpendam di hatinya
Mereka berdiri di sana dalam keheningan, hanya ditemani oleh suara angin dan bisikan lembut Heeseung. Jaeyun merasa sedikit lega, meski hatinya masih sakit. Ia tahu bahwa Heeseung adalah tempat ia bersandar dan menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup
Meskipun awal kali bertemu canggung, dalam waktu tiga bulan Heeseung mampu meluluhkan sikap dingin Jaeyun. Kini, keduanya perlahan-lahan mulai nyaman satu sama lain. Jaeyun luluh ketika Heeseung terus memperlakukannya dengan tulus. Heeseung selalu memperhatikan dan menjaga Jaeyun, bahkan saat Jaeyun bersikap cuek
Ketika isakan tangis Jaeyun mulai mereda, Heeseung menangkup pipi gembil Jaeyun dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memeluk pinggang Jaeyun dengan penuh rasa sayang. "Udah nangisnya?" tanya Heeseung lembut. Jaeyun mengangguk pelan, matanya masih tampak sembab, hidungnya memerah, dan bibir tebalnya sedikit terbuka. Melihat kondisi Jaeyun yang lucu, Heeseung tak bisa menahan senyumnya
Heeseung memberikan kecupan lembut di kening Jaeyun, lalu berkata, "Ayo kita beli lego yang banyak." Jaeyun yang mendengar tentang mainan favoritnya langsung tersenyum, cahaya cerah kembali muncul di wajahnya
Tanpa berpikir panjang, Jaeyun bersiap dan melangkah ke dalam mobil. Heeseung membuka pintu mobil untuknya dan membantu Jaeyun masuk sebelum dirinya duduk di kursi pengemudi. Dalam perjalanan ke toko mainan, suasana di dalam mobil terasa hangat dan penuh kekuatan. Jaeyun merasakan ketenangan baru dan kebahagiaan kecil yang mengisi hatinya, berkat dukungan dan perhatian Heeseung
*akhinyaaa bisaa updateee🥺 udah lama pengen update tapi di rl banyakkk bangettt kerjaan 🙃