violet hyacinth blossom (2)

235 19 1
                                    

Happy Reading

Pernikahan Jaeyun dan Heeseung sudah semakin dekat, tinggal beberapa hari lagi Namun, Heeseung kini disibukkan oleh pekerjaan dan juga persiapan pernikahannya Pagi ini, Jaeyun merasa tubuhnya semakin sensitif Setelah memuntahkan isi perutnya, ia t...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernikahan Jaeyun dan Heeseung sudah semakin dekat, tinggal beberapa hari lagi Namun, Heeseung kini disibukkan oleh pekerjaan dan juga persiapan pernikahannya Pagi ini, Jaeyun merasa tubuhnya semakin sensitif Setelah memuntahkan isi perutnya, ia terjatuh lemas di lantai Sudah tiga kali ia bolak-balik ke kamar mandi, namun hanya bisa memuntahkan cairan bening

Jaeyun mengusap tengkuk lehernya, mencoba menenangkan tubuhnya yang lemas. Ketika ia memejamkan mata, ingatan tentang malam minggu lalu kembali hadir Malam itu, Heeseung pulang ke apartemennya dalam keadaan mabuk berat. Ia menjadi lebih clingy dan mesum dari biasanya, bahkan sampai memaksa untuk berhubungan badan

"Jaeyun" suara kakaknya Jay, menyadarkan Jaeyun dari lamunannya

"Loh, Kak, kenapa nggak ngomong kalau sudah sampai?" Jaeyun mencoba bangkit meski tubuhnya masih lemas, tapi kakinya kembali goyah. Dengan cepat Jay menolongnya

"Aku sudah panggil kamu beberapa kali, tapi kamu malah di kamar mandi. Terus ini kenapa kamu sakit begini? Sebentar lagi kan hari H pernikahanmu Kakak buatin susu hangat ya?" Jay mengomel dengan nada cemas, tapi tetap penuh perhatian

Jaeyun tertawa kecil mendengar omelan kakaknya Ia hanya bisa mengamati bagaimana Jay dengan cekatan menyiapkan susu hangat, menuangkan air panas dengan hati-hati, dan mengaduknya

"Hyung, tidak apa-apa kan kalau Jaeyun melangkahi Hyung dulu?" tanya Jaeyun dengan nada penuh kekhawatiran

Jay yang sudah selesai membuat susu, duduk di sebelah Jaeyun dan menaruh cangkir susu di nakas dekat kasur "Hyung akan senang jika Jaeyun senang, Hyung tidak mempermasalahkan kalau Jaeyun melangkahi dulu, asalkan itu membuatmu bahagia, Hyung juga akan bahagia"

Kata-kata Jay membuat Jaeyun terharu. Ia langsung memeluk kakak kesayangannya. Jay membalas pelukan itu dengan hangat. Di tengah keharuan itu, mereka tidak menyadari bahwa Heeseung telah mendengar percakapan mereka sejak tadi

"Aku tak diajak?" tanya Heeseung tiba-tiba, membuat keduanya terkejut

Heeseung tertawa melihat ekspresi lucu Jaeyun "Ish, dasar Hee, mengejutkan saja kenapa tak bilang kalau sudah sampai?" Jaeyun mengomel, tapi wajahnya tetap ceria

Heeseung menghampiri kekasih cantiknya dan menyerahkan tote bag berisikan cookies kesukaan
Jaeyun tersenyum lebar saat menerima tote bag dari Heeseung. "Hee, kamu benar-benar tahu bagaimana membuatku bahagia" katanya dengan suara lembut

Heeseung menatap Jaeyun dengan penuh kasih sayang "Tentu saja, aku selalu ingin membuatmu tersenyum Tapi, kamu harus lebih berhati-hati dengan kesehatanmu, sayang. Sebentar lagi kita akan menikah, dan aku ingin kamu dalam kondisi terbaik"

Jaeyun mengangguk sambil meraih tangan Heeseung "Aku tahu, Hee Aku hanya terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini, Rasanya semua persiapan pernikahan ini membuatku sedikit stres"

heeseung tidak membalas perkataan jaeyun tapi ia sigap langsung memeluk kekasih nya yang akan menjadi calon pasangan seumur hidup nya, ia usap pelan kepala jaeyun menyalurkan betapa sayang dan cinta kepada jaeyun

jay yang berada di situ tentu menjadi nyamuk, ia segera berdeham "jaeyun, hyung pulang dulu ya hati hati dengan kesehatan mu itu, besok hyung akan kesini"



jay yang berada di situ tentu menjadi nyamuk, ia segera berdeham "jaeyun, hyung pulang dulu ya hati hati dengan kesehatan mu itu, besok hyung akan kesini"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aroma cookies cokelat memenuhi seluruh dapur, menambah kehangatan di dalam apartemen Jaeyun. Dengan senyum bangga, Jaeyun melihat hasil cookies yang telah ia buat dengan susah payah. Esok hari adalah hari besar—hari di mana ia akan resmi menjadi pasangan hidup Heeseung, pria yang telah ia cintai selama ini. Jaeyun telah menyiapkan hadiah istimewa untuk Heeseung hadiah yang ia yakin akan membuat kekasihnya tersenyum bahagia

Setelah mencuci tangan, Jaeyun bergegas saat mendengar bel berbunyi. Dengan cepat, ia melepaskan celemek bergambar beruang cokelat kecil dan menaruhnya di atas bangku. Namun, ketika membuka pintu, Jaeyun terkejut mendapati ayahnya berdiri di sana. Ini adalah kejutan besar karena ayahnya jarang sekali mampir ke apartemennya, bahkan sejak kematian ibunya, ayahnya lebih banyak tenggelam dalam pekerjaan dan jarang memperhatikan Jaeyun dan kakaknya, Jay

Namun, di ruang tamu, suasana yang Jaeyun rasakan bukanlah kebahagiaan. Ia melihat Jay menangis tersedu-sedu dan Heeseung berada di sana, padahal seharusnya Heeseung sedang mengurus persiapan gedung pernikahan mereka. Ada yang tidak beres. Ayahnya menghela napas berat sebelum mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan "Jaeyun, kakakmu hamil"

Dunia Jaeyun terasa runtuh saat mendengar kata-kata itu. Ia mengalihkan pandangannya ke Jay yang masih terisak "Usia kandungannya sudah hampir empat bulan lebih," lanjut ayahnya "dia membutuhkan seorang suami yang bisa menjaganya dan anaknya. Ayah sudah berbicara dengan Heeseung dan... dia akan menikah dengan Jay"

Jaeyun merasa dadanya sesak, tangannya mengepal kuat, dan emosinya bercampur aduk antara marah, sedih, dan hancur. Ia berusaha menahan air matanya, mencoba tetap tenang di tengah-tengah kekacauan batin yang ia rasakan. Ketika Heeseung mendekatinya, Jaeyun mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Heeseung berhenti

"Jaeyun, maaf... tapi ini satu-satunya pilihan," suara Heeseung terdengar lirih, penuh penyesalan. Hati Jaeyun semakin hancur. Semua harapan, semua impian yang ia bangun bersama Heeseung dalam sekejap lenyap

Dengan napas yang berat dan suara yang bergetar, Jaeyun akhirnya berkata "Aku izinkan kakak menikah dengan Heeseung"

Saat itu, Jay menangis semakin keras, ingin memeluk adiknya, namun Jaeyun menahan, tak ingin disentuh siapa pun "Tolong, tinggalkan aku sendiri" ucapnya dengan suara serak

Ayahnya mengangguk, dan bersama Jay serta Heeseung, mereka meninggalkan apartemen Jaeyun. Saat pintu tertutup, Jaeyun merasakan kesepian yang mendalam. Sakit yang ia rasakan tak terkatakan, dan air mata yang selama ini ia tahan akhirnya mengalir deras. Hati Jaeyun benar-benar hancur, dan ia bertanya dalam hatinya, apakah ia tak pantas untuk bahagia?































*anj nyesek bangettt cokk, ga kebayang gimana kalau kita di posisi jaeyun 🥲

A Short Piece of Fiction [HeejakeHoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang