"Kau siap?"
Suara ber pitch tinggi itu terdengar di kantor Zero.
"Siap? Memang selama ini aku sentiasa siap untukmu sayang"
Lalu suara bariton itu terdengar menjawab. Dan senyuman lebar terukir di wajah keduanya saat tangan wanita yang bernama Pim itu, melingkar pada leher Zero. Dan sedetik setelahnya bibir mereka bertemu.
12 malam
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tapi mata seorang pria tinggi yang saat ini sedang berbaring di kasur yang asing masih saja terbuka luas. Setelah membereskan kerjanya di kantor, seperti yang ia janjikan pada kekasihnya, Zero Sun Panich kini berada di apartemennya. Menghabiskan beberapa jam malamnya bergelut panas dengan aktivitas dewasa bersama kekasihnya.
Namun itu sudah berlalu 1 jam yang lalu, bahkan Pim saat ini juga sudah tertidur lelap. Menyisakan Zero yang masih saja berperang dengan isi otaknya. Zero menatap lekat pada langit-langit kamar... berpikir... bertanya-tanya... mengapa...
Mengapa wajah itu singgah di benaknya?
'Bagaimana bisa wajah itu yang aku bayangkan saat melakukan itu? Ini biasanya tidak terjadi...apa aku sudah gila yah? Atau benar Newie menyihir ku?'
Hati Zero berbicara. Benar, sepanjang aktivitasnya yang tadi bersama Pim, entah kenapa malah wajah Newie terus menerus bermunculan di kepalanya. Bahkan aktivitas ini yang biasanya bisa berlangsung selama 5 jam tergantung hanya sampai 2 jam, dan setelahnya Zero beralasan kalau dia lelah.
Padahal itu karna wajah tenang itu yang tak kunjung hilang dari pikirannya. Senyuman itu...tatapan itu... Entah kenapa itu sangat mengganggunya untuk alasan tertentu. Dan Zero merasa muak dengan hal itu.
'Kau cuma lelah Zero... makanya pikiranmu kacau. Yah...hanya karena itu. Aku harus tidur sekarang'
Zero lagi lagi berbicara pada dirinya sendiri. Zero membawa lengannya untuk menutupi matanya. Sekilas Zero menghela nafasnya berat.
Tapi sungguh...dia malah merasa satu kegelisahan di hatinya. Dan untuk kesekian kalinya... Suara halus itu terdengar di telinganya. Seolah-olah perkataan itu selalu diucapkan untuknya...
Sebelum tidur.
'Selamat malam hia'
Suara lembut yang selalu mengatakan itu untuknya. Siapa lagi pemilik suara itu kalau bukan Newie... Dan dengan singgap Zero membuka matanya lebar, hanya untuk menemukan dirinya yang masih saja berada di kamar apartemen nya sendiri. Dengusan kecil lolos darinya setelah itu.
Zero kemudian bangun dari posisinya yang berbaring lalu duduk di atas kasur, mengacak-acak kan rambut sebelum berakhir dengan kepalanya yang menengadah ke langit-langit kamar.
'Apa yang salah denganmu Zero? Kenapa si bocah itu malah berada di pikiran mu terus... Kekasih mu hanya berada di sampingmu sekarang brengsek'
Zero lagi lagi merutuki dirinya.
"Haha..ha.."
Suara tawanya yang kecil terdengar.
"Pria gila..."
Zero berkata pelan sebari tersenyum melihat luar kaca jendela balkon.
"Kau memang sudah gila Zero"
Dan setelah mengatakan itu, Zero mencapai kunci mobilnya. Mengambil setelan bajunya yang terlentang di lantai lalu berjalan menuju pintu apartemen.
Meninggalkan sang kekasih yang masih saja tertidur pulas, terbuai dengan mimpi malam.
'kenapa aku merasa seolah ingin melihatnya sekarang?'

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Singgah(Indo)
RomanceRumah singgah. Apa yang terlintas di benak kalian saat pertama kali mendengar perkataan ini. Cinta yang tak terbalas? Atau cuma di jadikan tempat perlampiasan? Cuma singgah sebentar...saat semuanya reda terus orang itu hilang begitu saja... Penasara...