CHAPTER 9

145 14 1
                                        

Saat ini seorang pria terlihat sedang melamun. Zero saat ini sudah berada di kantornya. Jam sudah menunjukkan hampir jam 9 pagi tapi dia masih terlihat sedang berpikir tentang sesuatu. Dia menyandarkan punggung lebarnya di kursi sambil menatap langit langit kantornya.

Seketika sekilas kejadian kemarin muncul di benaknya. Mengapa...mengapa dirinya berbuat begitu sama Newie. Menyentuhnya tiba tiba, dan memeluknya tanpa sadar diwaktu mereka tidur bareng. Dan perasaan yang dia tidak bisa ungkapkan di saat melihat Newie menangis, atau di saat senyuman manis itu terukir di wajah Newie.

'Memangnya aku kenapa sih...apa perasaan aneh ini...dan kenapa aku tidak bisa menyingkirkan perasaan ini dengan mudah'

Zero menggosok mukanya frustasi. Hal ini karna perasaan itu bermunculan hanya di saat dia bersama Newie. Dia masih lagi menyangkal faktanya kalau dia memang punya satu perasaan spesial untuk Newie.

'Apa karna aku menyukainya?'

Soalan itu tiba tiba muncul entah dari mana. Mungkin ini hatinya yang bilang namun berperang sama opini otaknya.

"Hahaha....gila....elu gila Zero...."

Zero tertawa sendiri kepada dirinya.

"Ayolah aku sudah punya kekasih wanita...masa aku suka sama bocah itu"

Lagi lagi Zero menyangkal pikirannya yang tadi. Padahal jauh di lubuk hatinya, dia pasti kalau dia itu sangat menyayangi Newie. Kan Zero tanpa sadar juga mau memeluk Newie. Seolah-olah tubuhnya terkendali sendiri saat bersama Newie. Tapi lagi lagi Zero memberikan alasan kalau itu bukan karna dia menyukai Newie.

' Yah....enggak, aku tidak menyukainya...aku punya kekasih dan mustahil untuk aku menyukai seorang pria...karna aku straight...dan aku berbuat begitu padanya karna saat itu ibuku berada di sana saja...yah aku hanya berakting saja...itu cuma akting'

Zero berpikir, kepalanya di halakan ke langit langit kantornya sambil matanya terpejam rapat.

"Sekedar akting...."

Perkataan itu lolos dari bibirnya sambil perlahan lahan Zero membuka matanya.

Sedang sedangnya Zero melamun sambil memutar mutarkan kursi kantornya, tiba tiba seseorang membuka pintu dengan luas. Zero mengalihkan pandangannya ke pintu. Dan di situ terpamer satu sosok familiar.

"Halo sayang~"

Pim kekasih Zero saat ini sedang berdiri di hadapan pintu kantornya yang sudah tertutup. Pim mengenakan mini skirtnya seperti selalu.

"Aku merindukanmu sayang..."

Pim perlahan lahan berjalan ke arah Zero lalu duduk di atas meja Zero.

"Sayang, ngapain baru baru ini kita jarang sekali ketemu..."

"Yah maafin aku yah...kalau kamu merindukan ku, kau bisa meneleponku saja"

Pim mengusap pelan wajah Zero sambil membalas perbicaraannya...

"Yah...tapi aku mau berbicara dengan mu secara langsung...kemarin aku datang lo...kenapa kamu gak kekantor kemarin?"

"Ibuku mengajakku berbelanja kemarin... makanya sekretaris ku saja yang menggantikan tempat ku"

"Lho....ibumu masih saja tinggal di tempatmu? Kenapa kamu gak suruh saja dia pulang kerumanya sendiri? Emang harus dia mengganggmu yang lagi sibuk kekantor"

Pim berkata sambil menyilangkan tangannya dan membuat muka cemberutnya.

"Soon ibuku bakal pulang sih...dia hanya datang mengunjungiku...tunggu sedikit saja lagi"

Rumah Singgah(Indo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang