23

152 26 6
                                    

Preman-preman kamvret itu masih saja ngegodain Hali. Mereka sudah ngelilingin Hali supaya Hali gak bisa kabur.

“Rambut kamu halus banget, cantik. Wangy,” ucapan salah satu preman yang punya kepala plontos. Preman tersebut mengatakan hal itu sambil mengusap-usap sebagian rambut panjangnya.

Hali langsung menepis tangan preman itu dari rambutnya dengan sadis. “Jijik gw denger nya bgst!”

“Wiih, mulutnya kok kasar sih?!”

“Bct.” Hali melangkah maju berniat melanjutkan perjalanan pulangnya.

Namun tidak semudah itu. Beberapa di antara para preman itu menghalangi.

“Minggir!” geram Hali memelototi mereka satu persatu. Jumlah preman-preman tersebut kurang lebih ada sepuluh orang. Hali merasa jumlah segitu mah masih bisa ia hadapi.

“Kita beri pelajaran aja sama nih cewek. Lama-lama bikin kesel!”

“Iya tuh betul!”

“Dahlah, perkaos aja langsung!”

“Gaas!”

Dan mereka sudah mulai main kasar pada Hali. Tentunya Hali gak mau tinggal diam. Dimulai dari salah satu tangan preman ntu yg berniat mencekal lengan Hali, tanpa ba-bi-bu Hali tonjok pake tenaganya yg gak main-main.

Satu persatu dari mereka mulai waspada begitu melihat Hali melayangkan pukulan keduanya.

“Busyeet, dia beneran cewek?” Bisik preman berambut gondrong kepada temannya.

Beberapa preman mulai meneguk ludahnya melihat cewek yang mereka godain ternyata bisa bela diri. Ngeri coyy…

“Jangan kalah sama cewek! Kita keroyok bareng-bareng!” Komando si ketua di antara mereka.

“Ayoo!”
Preman-preman itu bersama melawan Hali.

Awalnya Hali masih bisa nangkis atau memberikan pukulan pada mereka, tapi berhubung ia lagi jadi cewek, tenaganya cepat sekali melemah. Pada akhirnya Hali beberapa kali kena pukulan dan hampir tumbang.

‘Gawat. Kenapa aku jadi lemah gini?’ batin Hali mulai panik. Preman-preman ntu berseringai senang melihat mangsa mereka melemah meskipun keadaan mereka juga tampak babak belur.

Saat itu pandangan Hali tertuju pada seseorang. Meskipun jaraknya lumayan jauh, tapi Hali mengenali orang itu yang tidak lain adalah Gempa. Adiknya yang tengah berjalan sambil mainin hapenya.

“Gempaaa!!” Seru Hali memanggil adeknya tersebut. Hali butuh bantuan Gempa. Karena Hali tau Gempa juga bisa beladiri seperti dirinya.

Untuk beberapa saat para preman yang ngelilingin Hali pada saling pandang. Mereka sempat mengira ada bencana gempa. Akan tetapi tidak ada goncangan apapun di sekitar mereka. Sebab itulah kemudian mereka tertawa. Mengira mangsa mereka berniat menipu mereka gituh.

..
Gempa menoleh ke arah suara yang tadi memanggilnya. Dan yang ia lihat adalah gerombolan para preman yang sedang menyudutkan seorang perempuan. Perempuan itu lah yang memanggil-manggil namanya seolah sedang membutuhkan pertolongan.

“Rasanya aku tidak asing dengan cewek itu,” gumam Gempa memicingkan matanya. Setelah ingatan tentang perempuan yang pernah nginep di rumahnya berputar kembali, barulah Gempa tau.

“Dia itu kan.. Lili?!”

Sekedar info Gempa belum tau kalau Lili itu Hali. Taufan belum cerita soal itu. Hali apalagi.

Meskipun Gempa tidak begitu mengenal Lili, tapi ia mau menolong cewek tersebut dari para preman ituh.

Run To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang