11

181 24 1
                                    

“Nah, sebagai bentuk terima kasihku, aku mau traktir kamu apa aja. Mumpung kita lagi ada di sini,” kata Solar kepada Hali.

Ditawarin kek gitu tentu saja Hali seneng. Ia berniat mau morotin duitnya Solar.

Hmm, jahanam memang. Jangan ditiru ya dek..

Namun sebelum itu Hali merasa bingung. Dia nanya, “Eh, itu si Juminten gimana njir?”

“Gimana apanya? Kan udah kelar.”

“Lah, begitu doang?”

“Iya. Mangnya kenapa?”

Hali mendengus. “Kupikir kita akan melakukan adegan kek sinetron-sinetron di channel ikan terbang. Ternyata cuma begitu doang. Huh, gak seru.”

“Ya mau gimana lagi. Udah jan bahas cewek itu deh... ” Abis itu Solar melanjutkan ucapan, “Jadi kau mau kubeliin apa?”

Hali diem dulu sambil mikir-mikir. Kira-kira ia mau ngabisin duitnya Solar dengan membeli apah.

Saat itulah pandangan Hali malah tertuju ke arah toko mainan yang berisi action figure.

..
.
.

“Ini gak bisa dibiarin. Aku harus tau cewek yang tadi bersama Solar, namanya Lili atau Lina?!” Taufan mengekori Solar dan Hali dari kejauhan.

Ochobot masih ngintil di belakang Taufan.

“Ini sabenarnya Lo jadi gak sih pergi lihat-lihat gundamnya?” tanya si Ocho mengingatkan tujuan mereka datang kemari.

“Iya, jadi. Setelah aku memastikan hubungan mereka berdua dulu,” balas Taufan memicingkan matanya kearah Solar dan cewek yang ia kenal sebagai Lili.

‘Tadi mereka rangkul-rangkulan, sekarang kok enggak? Hmm, bagus sih. Lagian apaan dah si bensin itu jalan bareng Lili!’ batin Taufan kepo banget. Lebih kearah cemburu sih.

Sedangkan Ocho cuma menghela napas ngikutin Taufan dengan sabar.
“Daripada main kucing-kucingan gini, kenapa kita tidak samperin mereka saja secara langsung. Kamu kalau mau nanya-nanya si Lili atau Lina itu kan lebih gampang.” Ochobot lama-lama kesel juga melihat tingkah absurd si angin yang malah jadi penguntit dadakan.

“Gak.. tunggu timing yang bagus.”

“Whatever.”

..
.

“Kita makan dulu aja sebelum beli action figure buat Taufan,” ucap Solar memilih mampir ke tempat makan dulu.

“Hmm, serah lu.”

“Bentar aku mo ke toilet dulu yak.” Solar berdiri dan pergi ke arah toilet.

Tinggallah Hali seorang diri di meja makan bersama dua mangkok mie ayam dan dua gelas ice tea.

Disaat itu kesempatan bagi Taufan tuk beraksi.

“Ochobot, aku minta bantuanmu. Tulung kamu samperin Solar di toilet dan ngajak ngobrol dia sampe lima belas menit. Aku mo ngobrol sama Lili bentar. Makasih, aku pergi dulu,” ucap Taufan langsung pergi setelah menepuk bahu Ochobot.

Ochobot yang diberi tugas mendadak dan ia bahkan belum menjawab mau nolak enggaknya, ini si Taufan main pergi aja. Ocho pun cuma bisa mendengus.
Meskipun begitu ia nurut-nurut aja apa kata Taufan.

..
.

“Akhm, hai,” sapa Taufan kepada Hali.

“Lah, kok kamu di sini?” tanya Hali tidak menyangka akan bertemu adeknya ntu.

“Hehe, kebetulan sekali ya.” Taufan langsung mendudukkan diri dengan seenaknya sendiri disebrang Hali.

“Hmm, sendirian?” tanya Taufan basa-basi.

Hali pun menjawab, “Gak. Tadi datang sama Solar.”

“Owh, pacar kamu?”

“Bukanlah anjr.” Hali menjawab ngegas. Tampaknya Hali lupa lagi jadi Lili. Makanya ia gak terima dibilangin pacaran dengan Solar.

“Owh kukira hehe.” Dalam hati Taufan bersorak. Mulai menduga kalau Solar dan Lili pura-pura pacaran di depan Juminten.
“Aku gpp kan duduk di sini bentar?”

“Y.”

Run To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang