Pengasahan diri

4 0 0
                                    

   Sabe Bashito yang berumur 10 tahun saat itu sepantaran dengan Lokan Solio, mereka masing-masing berasal dari keluarga yang hancur. Ayah Lokan yang selalu memukuli ibunya juga merampas biaya hidup mereka karena kecanduan judi, membuatnya begitu terpaku pada uang. Sedangkan keluarga Sabe sudah terpecah belah, ayahnya yang merupakan orang Jerman dan ibunya yang berkebangsaan Indonesia sama-sama pulang ke tanah air mereka. Sabe tidak bisa memilih satu diantara keduanya dan berakhir berpisah ketiganya. Ia menumpang di pondok belakang rumah Lokan. Kehidupan nya yang kacau tidak membuat Sabe kecil berputusasa. Dua pria kecil ini hidup dengan saling mengandalkan.

Tok! Tok! Tok!

  “Sabe! Sabe buka pintunya! Sabe, tolong ibu ku!”isak Lokan yang terus menggedor pintu ditengah malam “Sabe... Ibu ku..!”

“Ada apa, Lokan?”begitu bangun ia langsung cemas.

“Ibu ku bisa mati Sabe!”raungnya.

 Tidak perlu bertanya apa yang terjadi, Sabe langsung paham dan mempersingkat waktu yang terbuang “Ayo!”genggamnya tangan Lokan yang begitu dingin, hampir sama seperti mayat. Lokan terus menangis tanpa henti.

Perasaan Sabe campur aduk. Mereka bersembunyi untuk menilai situasinya terlebih dahulu.

“Dasar perempuan hina! Karena mu hidup ku hancur. Kau menipu ku dan melahirkan anak orang lain, jalang licik! Bawa anak haram mu itu dan tinggalkan rumah ku!”cecarnya membentak. Sebuah rahasia besar terkuak begitu saja didepan matanya.

Meski terlambat, Sabe menutup telinga Lokan “Ayahmu sedang sinting”ujarnya.

Saat Lokan berhenti menangis ia tetap sesegukan dan menahan raungannya. Semua ketidakadilan ada dihidup anak ini.

Ayahnya menginjak-injak kepala ibunya seperti menginjak kotoran, begitu entengnya. Samar-samar Sabe dapat melihat wajah ibu Lokan sudah membengkak penuh lebam. Ini bukan sesuatu yang pantas disaksikan oleh anak manapun di dunia.

   “I-ibu ku bisa mati”bisik Lokan berurai kepedihan.

Sabe menyiapkan dirinya, ia tidak kuasa lagi melihat dua penolong hidupnya menderita “Tunggu disini. Dan jangan memikirkan hal bodoh!”tegasnya.

Lokan mengangguk “Baiklah.”

Sabe berputar, dan mengetuk pintu dari depan.

“Siapa!”teriak ayah Lokan.

Sabe tidak menjawab dan terus mengetuk disertai oleh debaran jantungnya. Bagaimana caranya melerai orang dewasa? Setelah pintu ini terbuka, lalu apa?

“Bajingan! Siapa itu?!”ayah Lokan beranjak membuka pintu “Apa yang dilakuan anak gelandangan ini di rumah ku?! Jalang sialan. Kau masih belum mengusirnya?”ia kembali menangkap wanita malang itu. Dengan cepat Sabe berdiri didepan, melindungi ibunya Lokan.

“Sa-sabe? Apa yang kau lakukan, pergilah!”ibu Lokan menarik ujung celana pria kecil itu.

“Jangan lakukan ini paman. Jika paman menyentuh ku atau ibu Lokan lagi, aku akan berteriak keliling kota menyebarkan kejahatan mu hingga sampai ketelinga orang-orang yang meminjami paman uang”ancamnya, memberanikan diri.

Ayah Lokan tertawa keras “Apa katamu? Bajingan kecil ini mengancamku. Aku hanya perlu membunuh dan menyingkirkan mayatmu malam ini”seringainya.

Meski menggigil ketakutan, Sabe bisa melihat dia sedikit ragu dengan ucapannya. Sabe menegarkan dirinya “Paman fikir bisa? Suatu hari mayatku akan ditemukan dan paman akan masuk penjara. Siapa yang akan meminjamkan uang dan membiarkan paman bergabung dimeja judia lagi setelah semua itu? Paman kira orang cukup gila untuk membiarkan dirinya satu ruangan dengan pembunuh?”gertaknya, jika pria didepannya ini mengamuk rencana Sabe justru akan berhasil. Dan benar saja, pria itu memukunya cukup keras, Sabe sengaja terjatuh disamping lentera yang membuat tangan kanannya terbakar.

“Sial!”ayah Lokan terngiang semua ucapan Sabe tadi, kemudian melarikan diri dengan paniknya.

“Nak, nak! Ya Tuhan!”jerit ibu Lokan.

“Sabeee!”Lokan berlari dengan seember air.

Byur!

Ia menyiram satu badan Sabe.

“Tenanglah, kau mau membuat aku mati tenggelam?”suaranya bergetar.

“Bodoh! Sabe bodoh!”isaknya lepas.

Sementara Sabe berbaring penuh kelegaan bahwa semua rencananya berjalan lancar. Semua yang terjadi begitu cepat, bahkan sebelum ia bisa mencerna situasinya. Namun bakat tetaplah bakat! Sejak hari ini, bakat Sabe adalah bertahan hidup.

MANUSIA SEMPURNA {MANUSIA TIDAK PERNAH MATI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang