Mengubah perubahan

3 0 0
                                    

Lokan akhirnya bisa tidur nyenyak malam ini. Semua kekhawatirannya akan diselesaikan oleh Sabe. Sementara Sabe sendiri tidak bisa tidur. Setelah penampilan pertamanya didepan umum berjalan mulus. Ia ingin sebuah perdebatan yang lebih menegangkan lagi. Ia ingin dibantah lebih banyak, sebanyak kata-kata yang terus berputar tersusun di otaknya. Sebuah kesadaran yang membut orang-orang  bergidik akan kebenarannya yang nyata. Menguras otak dan nurani mereka , merubah kebenaran yang disalah artikan kebenaran buta kembali. Tentu Sabe sendiri merasa takut terbayang wajah-wajah penuh kemarahan dan cacian. Tapi apa boleh buat, adrenalin sudah menjadi darah dagingnya.
  Ia yang kini bertempat tinggal dalam sebuah tenda dibawah pohon beringin besar.  Tengah memikirkan tema selanjutnya. Potongan kejadian terlintas dibenaknya, tentang tragedi hidupnya juga kejadian miris yang menimpa sahabatnya karena tidak memahami dirinya sendiri. Ajaibnya dari sinilah idenya muncul!

  “Lokan adalah keberuntunganku!”ia berlari kencang ditngah derasnya hujan. Meninggalkan tenda bertambal serta kopernya tergenang, hanya membawa pergi buku terpenting dalam hidupnya tanpa terkena setetes percikanpun.

“Lokan. Lokan. Kau masih bangun?”panggilnya mengetuk-ngetuk jendela.
Pemilik rumah itu terbangun dengan mata tertutup “Apa kau tau pukul berapa sekarang... Bedebah”gerutunya menggaruk-garuk perut.
Sabe mengeluarkan bukunya dari balik baju dengan tergesa-gesa. Buku bersampul kulit dengan warna coklat itu adalah sejarah perjalanannya “Menurut mu apa masa depan manusia?”
“Sex?”jawab Lokan dengan kata pertama yang ada dibenaknya.

Sabe tetap antusias “Masa depan manusia adalah fikiran”lanjutnya.
“Ah, benar”masih dengan mata memejam.

“Manusia itu sempurna”sambungnya dengan penuh keyakinan.
Sontak mata Lokan melotot lebar “Omongan gila! Semua umat tau manusia tidak ada yang sempurna”sanggahnya.

Sabe juga tau akan hal itu, namun ada hal baru yang ia sadari “Malaikat hanya melakukan kebaikan, iblis hanya melakukan kejahatan. Sedangkan manusia  melakukan kesalahan dalam kebaikan dan kejahatan. Manusia bisa melakukan keduanya, sempurna bukan?”
Lokan selalu menjadi saksi pertama dari perjuangan yang Sabe lakukan dalam fikiran tidak terbatasnya. Rasa takutnya melebihi kekagumannya“Jangan bicara padaku tentang isi otak mu, aku tidak mau ikut gila!”

Sabe tidak menyerah, ia mencobanya lagi “Sanjungan dan pujian adalah sesuatu yang disukai manusia, benar?”
“Ya! Tentu”ia tetap mendengarkan meski gusar.
“Itu yang sedang ku lakukan. Manusia sempurna, bagaimana kedengarannya?”tersenyum lebar meminta persetujuan.

“Mengerikan”Lokan menyipitkan matanya.
Sabe berdecak “Buatlah kesalahan setidaknya sekali sehari”celetuknya.
“Hey gila. Untuk apa? Aku ingin hidup tenang tanpa masalah.”

“Tapi kau bilang tidak ada manusia sempurna. Ketenangan hanya bisa dirasakan oleh kesempurnaan. Fikirkan lagi, manusia tanpa kesalahan? Bukan kah itu mengerikan? Itu sebuah kecacatan”ia membalikkan perkataan Lokan.

Lokan mematung seperti akan mengerti namun gagal ditengah prosesnya “Enyah kau”lemahnya menutup pintu. Lagi-lagi Lokan akan terjaga karena si jenius gila itu!
Sabe melompat-lompat senang karena uji cobanya berhasil.

####

Keesokkannya mereka kembali akan menuju Universitas yang sama.

  “Kau... tidak kan?”dengan pertanyaan yang sama pula dari Lokan.

“Yeah, tentu”juga senyum Sabe yang masih tidak terpecahkan.

“Tidak, tidak. Jangan katakan tentang pemikiran gilamu ini didepan anak-anak universitas itu. Jangan lakukan Sabe! Kita akan menanggung malu bahkan diusir.”

“Kemarin juga kau bilang begitu, dan kita berhasil. Begitu juga hari ini!”tidak ada yang bisa mengubah fikiran pria ini kecuali dirinya sendiri. Lokan tau, dan ia berakhir menyerah kembali.

Berbeda dengan hari pertama mereka datang, dihari kedua ini mahasiswa itu yang menanti mereka. Dengan kerumunan yang dua kali lebih banyak dari sebelumnya. Sabe mengamati, tampaknya tuan bergelar telajh menyiapkan dirinya sebaik mungkin.

“Ku ingatkan sekali lagi. Pengangguran ini tangguh, jangan asal menjawab dan mempermalukan universitas kita”tuan bergelar berbisik dengan teman-temannya. Mereka menatap tajam seakan menghadapi musuh besar sepanjang masa.

“Aku merasa tersanjung dengan antusias kalian, tuan-tuan. Terutama tuan bergelar”singgung Sabe.

“Ck. Mari sedikit bertaruh hari ini. Kau berani?”tantangnya.

“Aku akan mendengarkan terlebih dahulu”jawab Sabe.

“Jika kau kalah dalam perdebatan ini, maka jangan pernah menginjakkan kaki mu disini lagi”ia sangat terganggu dengan ideologi Sabe. Jika mahasiswa lain selalu mendengarkan ocehannya, fikiran mereka akan tercemar.

“Lalu, bagaimana jika aku menang? Apa keuntungan yang akan ku dapatkan?”tutur Sabe.

“Kami akan mengajak lebih banyak orang menonton pertunjukanmu”paparnya.

“Orang-orang yang bergabung karena ajakannya hari ini. Keluar dari barisan, buat barisan baru disampingnya”bisakah kau menebak apa yang difikirkan Sabe? Tuan bergelar juga tidak bisa menebaknya.

Yang jelas mereka menurutinya. Dan hasilnya, hanya 8 orang dari 30 orang yang memisahkan diri “Kau lihat. Lebih banyak orang yang datang atas keinginannya sendiri dari pada karena ajakan mu. Aku memang tidak bisa mengubah  orang lain, aku tidak bisa mengubah dunia. Tapi aku bisa mengubah fikiran, mengubah perubahan”Sabe bahkan sudah menang sebelum memulai “Tentunya. Yang ini tidak dihitung. Mari, ku dengarkan kembali penawaran mu?”namun juga jumlah yang kurang dari sebelumnya. Tentu jika ada yang datang maka akan ada yang pergi.

Rasanya seperti Sabe baru saja melemparkan oli kewajahnya. Takjub dan malu, perasaan yang rumit membuatnya memucat “JIKA”teriaknya “Jika kau menang, aku akan mengikuti semua ideologimu!”lontarnya mengumumkan bahwa ia sedang mempertaruhkan harga diri dan prinsip hidupnya dibelakang punggung pria ini.

MANUSIA SEMPURNA {MANUSIA TIDAK PERNAH MATI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang