Escape

10 1 0
                                    

Peter dapat merasakan tatapan Wade terbang tepat ke arahnya, namun dia tidak sanggup untuk membalas tatapan itu. Ketegangan dari percakapan mereka sebelumnya masih menggantung di udara, pekat dan menyesakkan. Aku tidak bisa menghadapi ini sekarang

Dia melirik Ned, yang menyeringai seolah dunia tak punya beban, dan MJ, yang sudah sibuk dengan ponselnya—mungkin sedang memeriksa Instagram atau mengirim pesan pada seseorang. Seharusnya ini yang sedang aku hadapi. Bersama teman-temannya. Dimana semuanya masuk akal. Tanpa adanya perasaan yang membingungkan atau pengakuan yang tidak terduga dari seseorang seperti Wade.

Peter berdiri tiba-tiba, terlalu cepat, sehingga kursinya berderit membuat MJ mendongak dari ponselnya. Dia berdehem, mengumpulkan kata-kata. "Eh, ya... aku sebaiknya pergi. Aku baru ingat kalau aku sudah berjanji pada Ned dan MJ untuk jalan-jalan," katanya buru-buru, menghindari tatapan Wade. "Kami, uh... kami selalu melakukan ini setelah sekolah selesai. Semacam tradisi kecil kita."

Ned menatap Peter dengan kebingungan, "Tunggu, kita nongkrong sekarang? Kupikir maksudmu kita mau ketemu akhir pekan ini—"

"Ya, benar. Tapi, kau tahu... rencana berubah dan semacamnya," Peter menyela cepat, tak memberi kesempatan pada Ned untuk melanjutkan protes. Dia  menjauh dari meja, tangannya meraih ranselnya di lantai. Pergi saja. Jangan berlama-lama. Jangan membuat semuanya lebih canggung dari yang sudah ada.

Suara Wade tiba-tiba memecah keheningan. "Peter, kau nggak perlu kabur, tahu?" kata Wade, membuat jantung Peter hampir berhenti sejenak.

Peter akhirnya memberanikan diri untuk menatap Wade. Sesaat, dia berpikir melihat ekspresi rasa kecewa di wajah Wade—Namun, ekspresi itu lenyap secepat kemunculannya. Wade hanya tersenyum, seolah-olah dia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang dan tak peduli. 

"Aku nggak... kabur," Peter berkata dengan sedikit terbata-bata, mencoba terdengar meyakinkan tapi gagal. Kebohongan itu keluar dari mulutnya lebih cepat dan lebih lemah dari yang dia maksudkan. Nadanya tidak stabil, dan dia menyadari betapa jelasnya kegugupan yang dia coba sembunyikan. "Aku cuma... aku butuh waktu untuk berpikir."

"Berpikir?" Wade mengulangi dengan nada yang lebih rendah, senyumnya perlahan memudar, digantikan oleh ekspresi yang lebih serius, hampir sedih. Peter bisa merasakan ada pertanyaan yang belum terucapkan di sana, seolah Wade menunggu penjelasan lebih lanjut. Namun, sebelum Peter sempat menjawab atau memberikan alasan, Ned tiba-tiba ikut campur, memecah suasana tegang.

"Hei, tenang aja, Wade! Sampai jumpa nanti, kawan. Kita semua pasti ketemu lagi," kata Ned dengan santainya, benar-benar tak menyadari ketegangan yang menggantung di udara di antara mereka.

MJ hanya mengangguk singkat, matanya tetap fokus pada Peter, meskipun ekspresinya sulit diartikan.

Peter mencoba tersenyum, meski lemah dan kaku, lalu mengangguk ke arah Wade. "Ya, nanti."

Tanpa menunggu jawaban atau reaksi, Peter segera berbalik dan berjalan menuju pintu, jantungnya berdegup semakin kencang seiring langkah-langkahnya. Dia bisa merasakan tatapan Wade yang tertuju di punggungnya, seperti beban yang menekan, tapi dia tidak berhenti. Keluar saja dari sini. Ini terlalu berat.

Begitu Peter melangkah keluar ke udara malam yang sejuk, dia menarik napas dalam-dalam, berusaha keras untuk menenangkan detak jantungnya yang liar dan menyingkirkan segala emosi yang berputar di dalam dirinya. Udara dingin menusuk wajahnya, tapi tidak cukup untuk menyejukkan gejolak yang terasa di dadanya. Apa barusan itu? pikirnya. Tatapan Wade, kata-katanya, semuanya bergema di kepalanya, membuat pikirannya terus berputar. Tanpa sadar, langkah kakinya semakin cepat, seolah-olah mencoba melarikan diri dari perasaan yang tak ingin dia hadapi.

Ned dan MJ mengikuti dari belakang, keduanya tampak asyik dengan pikiran mereka sendiri, tak menyadari badai emosi yang berkecamuk di dalam benak Peter. Kecanggungan yang sempat melingkupi mereka tampaknya menguap seiring dengan jarak yang semakin jauh dari tempat itu, tapi bagi Peter, bayangan percakapan tadi masih menghantui.

Setelah beberapa saat berjalan dalam keheningan, MJ akhirnya angkat bicara, suaranya pelan namun jelas terdengar di antara langkah kaki mereka. "Kau baik-baik saja, Peter?" tanyanya, dengan nada yang lebih lembut dari biasanya. Dia melirik ke arah Peter, ekspresinya serius.

Peter tidak langsung menanggapi, dan dia juga tidak sanggup menatap MJ. Pandangannya tertuju lurus ke depan, menatap jalanan yang kosong dan dingin. "Ya... aku baik-baik saja," jawabnya akhirnya, meski suaranya terdengar sedikit tertahan. "Cuma... banyak yang ada di pikiranku."

Ned, yang benar-benar tidak menyadari apa pun, tersenyum seperti biasa. "Wah, Wade lucu juga, ya? Kalian tadi ngobrol dengan cara yang... aneh. Apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian?"

Peter menelan ludah, mencoba menahan rasa gugup yang mulai muncul lagi. Dia menoleh sejenak ke arah kedai kopi, dan melalui jendela, dia melihat Wade masih duduk di tempat yang sama, menatap ponselnya seolah semuanya baik-baik saja. Tapi Peter tahu lebih baik. Di balik sikap tenang Wade, pasti ada sesuatu yang lebih dari sekadar basa-basi.

"Tidak ada apa-apa," gumam Peter pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri. "Tidak ada apa-apa."

Mereka bertiga terus berjalan menjauh dari kedai, tetapi di setiap langkahnya, Peter merasakan sebuah kegelisahan yang tak bisa dia hilangkan. Seolah-olah dia bukan hanya menjauh dari Wade, tetapi juga melarikan diri dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang bersembunyi jauh di dalam dirinya—sesuatu yang dia belum siap untuk hadapi, atau bahkan pahami sepenuhnya.

heartpuller - bxb - spideypoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang