Sesampainya di rumah, ternyata mobil mereka bebarengan dengan datangnya Shani dan Gracia. Chika yang bersemangat langsung berlari menghampiri cicinya, Shani, dan tanpa ragu memeluknya erat."cici!!!" teriak Chika dengan penuh keceriaan
Shani yang kaget sejenak, lalu tersenyum hangat sambil mengelus kepala adiknya.
"adek jangan teriak-teriak sayang, nanti tenggorokan kamu sakit" peringat Shani sambil terkekeh
Gracia yang berdiri di samping mereka ikut tersenyum melihat keakraban itu.
"dasar, udah kayak enggak ketemu berapa tahun aja" katanya setengah bercanda.
"yeu, bilang aja pengen dipeluk juga kan? Wleee..." ejek Chika pada Gracia
Gracia mendengus pelan, tapi kemudian balas dengan senyum nakal
"dasar bokem. Kamu kira aku segampang itu? Udah gede juga masih aja kayak anak kecil"
"wleee, ayok cici kita masuk" ajaknya pada Shani
Chika dan Shani memasuki rumah dengan Chika yang masih menempel pada Shani. Sesekali Shani mengecup pucuk kepala adiknya sambil mengelus punggung Chika. Bagi Chika, pelukan kakaknya adalah tempat teraman di dunia.
Tinggallah Gracia dan Jinan yang ditinggal oleh cici dan adik mereka. Namun, perhatian Gracia beralih ketika matanya menangkap Jinan yang tampak tersenyum-senyum sendiri di dekat pintu mobil. Gracia mengangkat alisnya dengan pandangan penuh selidik.
"eh, ni bocah juga ngapa ni senyum-senyum sendiri?" tanyanya sambil melirik Jinan dengan tatapan menggoda.
Jinan yang tadinya tenggelam dalam pikirannya langsung tersadar. Wajahnya seketika memerah, dan ia mencoba menghindari tatapan Gracia dengan tersenyum kaku.
"ah, nggak ada apa-apa, cuma lagi seneng aja" elak Jinan cepat sambil mencoba mengalihkan pembicaraan.
"yaudah deh aku mau cerita sama cici, ayok!" ucap Jinan kemudian menarik tangan Gracia untuk mengikutinya masuk ke rumah.
Sesampainya di dalam rumah, suasana berubah sedikit lebih tenang. Shani masih sibuk dengan Chika, yang mulai terlihat mengantuk meskipun hari masih sore.
"Adek mandi dulu, ya? Ganti baju, terus tidur deh" kata Shani lembut, mencoba membujuk Chika agar mengikuti rutinitas sore mereka.
Namun, Chika yang sudah mulai merasa malas hanya menggeliat di pelukan cicinya.
"ah, apasih cici, kok disuruh tidur? Ini kan masih sore, bukan malam" tolak Chika dengan wajah cemberut.
Shani menghela napas panjang, tapi senyum tak pernah hilang dari wajahnya. Ia tahu adiknya yang satu ini kadang memang sulit diatur, terutama jika sudah merasa nyaman.
"nurut nggak sama cici? Ayo deh, mandi biar segar. Salah siapa kemarin tidur tengah malem" ancamnya sambil tersenyum.
Chika memandang Shani dengan mata setengah terpejam, tapi akhirnya menyerah juga.
"iya-iya ci, tapi nanti aku enggak mau tidur ya titik!!" ucap Chika pasrah, meski ia tahu pada akhirnya pasti akan tertidur juga setelah mandi.
Shani hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian membimbing adiknya menuju kamarnya.
Sementara itu, Jinan dan Gracia sudah masuk ke ruang keluarga. Gracia duduk santai di sofa, menyilangkan kaki dan melipat tangan di dadanya, matanya menatap tajam adiknya yang tampak gelisah. Jinan terlihat seperti menimbang-nimbang sesuatu, seolah-olah ada hal besar yang sedang ia pikirkan, namun sulit untuk diungkapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SISTER'S
FanfictionCerita tentang 4 kaka beradik yang saling menyayangi dan menjaga satu sama lain. Dimana yang anak sulung harus menggantikan peran kedua orang tuanya, walaupun sebenarnya orang tua mereka masih ada. "ci, buat apa Chika hidup kalo papa mama enggak say...