02.

17 2 0
                                    

Happy reading.

Malam yang terasa dingin dan mendung itu. Sosok gadis yang selesai bekerja sedang menunggu angkot di halte. Setelah seharian bekerja Amara tampak sangat lelah dan ingin segera pulang untuk istirahat karena capek setelah seharian bekerja, apalagi kafe tadi sedang ramai ramai nya.

" Ini angkotnya mana lagi? Aku capek banget ingin segera istirahat" ucapnya sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Sudah hampir 1 jam Amara menunggu angkotan umum namun tidak ada satupun angkot yang datang mna sebentar lagi hujan dan jam sudah menunjukkan jam 9 malam.

Suara rintihan hujan sudah memenuhi jalan itu membuat Amara panik dan menjatuhkan air matanya.

" Yah kan hujan, gimana kalau hujannya deras dan gak berhenti henti aku pulangnya gimana" ucap Amara sambil mengusap air matanya yang menetes.

Tampak pemuda yang bersembunyi di belakang pohon itu yang melihat Amara menangis pun menghampiri Amara.

Mikko tampak mengulurkan sapu tangannya di depan muka Amara.

" Ambil buat ngusap Air mata elo" ucapnya sambil duduk di sebelah Amara.

Amara yang malu ketahuan menangis pun menerima dan mengusap air matanya dengan sapu tangan itu.

" Makasih" ucapnya sambil menatap jalanan.

Mikko Hanya berdehem.

Karena tidak ada obrolan dari tadi Mikko pun membuka suara.

" Lagi nunggu angkot Tan umum mba mar?" Tanyanya.

Amara hanya mengangguk.

" Kayaknya hampir susah deh mbak , apalagi hujan gini.

Amara yang kepalang panik pun menangis kejer.

" Terus aku pulangnya gimana? Hujannya makin deras, aku capek seharian bekerja huhu" ucapnya sesenggukan.

Mikko yang melihat Amara menangis pun bingung antara mau ikutan sedih apa tertawa, karena lucu banget nangisnya hidung dan pipi bakpau nya tampak merah.

" Mbak kok nangis sih udah gede juga nangis" ledeknya sambil menatap gugup Amara.

Amara yang malu pun tampak menatap tajam Mikko.

" Emang kenapa kalau aku nangis? Masalah buat kamu apa kalau ngak mau lihat aku nangis yaudah sana pergi" ucapnya ngegas.

" Terserah gue dong halte ini kan Umum emang ini halte punya nenek moyang elo." Ucap Mikko sambil terkekeh pelan.

Sedangkan Amara tampak menatap sengit Mikko.

" Gak sopan banget sama orang yang di atas kamu umurnya. Lagian ngapain jam segini belum pulang udah malam harusnya anak seusia kamu di rumah belajar minum susu terus tidur" ledek Amara.

Sedangkan Mikko pun tampak berdesis pelan.

" Mending gue baru bocah masih kuliah tapi gak cengeng! Timbang situ udah tua tapi masih aja nangis!!wlee

" Nyebelin" ucapnya sambil mau menepuk pelan kepala Mikko namun segera di hentikan Mikko.

" Eh gak kena, tangan yang halus kayak gini tuh harusnya di genggam bukan di buat nepuk kepala" ucapnya sambil menggenggam tangan Amara dan mengelusnya.

" Lepasin tangan aku " ucapnya ngegas.

Mikko yang terkekeh pun melepaskan genggaman tangannya.

Setelah itu tidak ada lagi obrolan mereka berdua larut dalam pikiran masing masing.

Mikko & Amara ( Ketika Aku Dan Kamu Menikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang