8. PANTAI.
K.I.S.A.H.D.I.B.A.L.I.K.P.I.N.T.U.
Jangan lupa vote dan spam komen.
.
.HAPPY READING!!
♡'・ᴗ・'♡
Pagi setelah kejadian semalam, suasana rumah terasa agak sepi meski mereka semua sudah pulang dengan selamat. Marka, yang paling tua, bangun lebih awal dari yang lain. Dia langsung keluar kamar dan menuju dapur dengan wajah sedikit mengantuk. Kebiasaannya yang tidak bisa bikin telur ceplok membuatnya hanya bisa menyiapkan roti panggang sambil berharap ada yang turun untuk membantunya masak.
Renzi bangun tak lama setelah itu, dengan wajah yang tetap terjaga meski sedikit lelah dari kejadian semalam. Dia melihat Marka di dapur dan langsung mengambil alih memasak."Abang, please, roti itu bakal gosong kalau lo terusin." kata Renzi sambil menarik spatula dari tangan Marka. Marka tertawa kecil, tahu dirinya memang buruk dalam urusan dapur.
Sementara itu, Jevano masih meringkuk di tempat tidur. Dia memang playboy yang selalu tampil percaya diri, tapi setelah semalam, dia lebih memilih beristirahat lebih lama. Baru setelah mendengar suara berisik dari dapur, dia perlahan bangun dan dengan malas turun untuk sarapan.
Haikal, yang biasanya penuh energi, pagi ini agak lebih lambat dari biasanya. Mungkin karena malam sebelumnya dia terlalu menikmati adrenalin balapan. Tapi saat melihat Jevano yang baru bangun, dia langsung bersemangat lagi, mulai menggoda Renzi yang sibuk di dapur.
Nakala, seperti biasa, bangun dengan tenang dan langsung mengecek kondisi adik-adiknya sebelum menuju dapur. Dia satu-satunya yang terlihat paling bugar meskipun habis melewati kejadian semalam. Melihat Renzi masak, Nakala membantu dengan menyiapkan teh untuk semuanya.
Chiko dan Jian, yang paling muda, masih terlelap. Chiko baru terbangun setelah mencium aroma masakan. Jian, yang lebih cuek, masih nyaman di kasur, menutup wajahnya dengan bantal untuk menghindari suara gaduh dari bawah. Chiko akhirnya turun duluan, memakai celana aladinnya, dan menyapa semua orang dengan senyum lebar."Sarapan apa hari ini? Jangan bilang telur ceplok gagal lagi, ya!" candanya, sambil melirik Marka.
Ketika Jian akhirnya turun, dia duduk tanpa sepatah kata, masih setengah tertidur, dan langsung menyambar roti yang disiapkan Renzi. Semua saling bercanda, mengingat-ngingat momen seru dari balapan semalam sambil sarapan.
Meski ada rasa lelah, mereka tetap seperti biasa, saling mendukung dan menjaga satu sama lain.
Setelah sarapan, suasana di rumah mulai kembali hidup. Marka mengusulkan agar mereka punya waktu santai seharian, mengingat semalam sudah cukup menguras energi.
"Kayaknya kita semua butuh rehat, bro." kata Marka sambil meregangkan tubuhnya di sofa. Tapi seperti biasa, Haikal punya ide lain. Dia langsung mengambil kunci motornya dan menggoda yang lain."Santai-santai? Serius? Ayolah, kapan lagi kita bisa ngelakuin hal seru kayak kemarin?"
Jevano yang mendengar itu tersenyum licik."Gue sih nggak nolak, tapi lihat aja, pada capek semua."
Renzi, yang masih sibuk di dapur beresin sisa sarapan, menggeleng sambil mendengar obrolan itu."Haikal, istirahat bentar aja nggak bakal bikin lo mati, kok. Lagian, kemarin udah gila-gilaan."
Namun, Nakala yang biasanya kalem angkat bicara dengan sedikit nada serius."Gimana kalau kita ngelakuin sesuatu yang nggak terlalu ekstrem? Mungkin bisa pergi makan di luar atau nonton film? Kalau balapan lagi terus capek, kita malah nggak produktif."
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH DI BALIK PINTU || NCT DREAM
Fiksi RemajaDi balik pintu rumah hidup tujuh pemuda dengan kepribadian unik yang tidak pernah mereka bayangkan akan tinggal bersama. Marka, Renzi, Jevano, Haikal, Nakala, Chiko, dan Jian dipertemukan oleh kejadian masa lalu yang memaksa mereka menjadi satu kelu...