06. What's a Plan?

240 52 1
                                    

Dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan kebingungan, Dongjun hanya bisa menatap Dingzhi yang kini menguasai seluruh hidupnya, memegang kendali penuh atas nasibnya.



Dongjun dibawa ke istana Hóng Yún, yang kini telah menjadi milik Dingzhi. Setiap langkahnya diiringi oleh tatapan para pengawal yang penuh kewaspadaan, membuatnya semakin gugup. Ketika pintu kayu eboni berukir terbuka, Dongjun diseret masuk ke dalam kamar yang megah, seolah-olah itu miliknya. Namun, ia tahu betul bahwa ini adalah bekas kamar Lei Mengsha, raja yang baru saja dibunuh oleh Dingzhi.

Matanya menyapu ruangan, mengenali setiap detail kemewahan yang kontras dengan kehidupannya yang penuh kesederhanaan sebagai peramal keliling. Namun, sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, suara langkah halus terdengar di belakangnya. Dingzhi masuk, menutup pintu dengan perlahan. Dengan satu gerakan tangan, ia menyuruh semua pengawalnya keluar, meninggalkan mereka berdua dalam kesunyian kamar yang luas itu.

Dingzhi mendekat dengan senyum lembut di wajahnya, begitu berbeda dari sosok menyeramkan yang baru saja mengklaim kekuasaan atas Hóng Yún. Ia duduk di samping Dongjun, tatapannya lembut, seolah-olah tidak ada ketegangan yang baru saja terjadi di luar. Dongjun merasa semakin bingung dengan perbedaan perilaku Dingzhi.

Tanpa berkata apa-apa, Dingzhi meraih tangan Dongjun yang memar akibat diseret oleh para pengawal. Dengan lembut, ia mengusap pergelangan tangan itu, seolah-olah meminta maaf melalui sentuhannya. “Maafkan pengawalku yang kasar tadi,” ucapnya lembut. “Aku tidak bermaksud menyakitimu.”

Dongjun hanya mengangguk pelan. Meski kata-kata Dingzhi terdengar tulus, hatinya masih dipenuhi pertanyaan. Mengapa sikapnya berubah begitu cepat? Apa yang sebenarnya diinginkan orang ini?

“Kau pasti heran kenapa aku bersikap baik padamu,” Dingzhi melanjutkan, seolah bisa membaca pikiran Dongjun. “Tapi ada alasan untuk itu.”

Dongjun menatapnya dengan waspada. “Alasan apa?”

Dingzhi tersenyum tipis, kali ini tatapannya lebih dalam, penuh makna. “Kau bukan orang biasa bukan? Kau berasal dari garis keturunan bangsawan.”

Dongjun merasakan jantungnya berhenti sejenak. Kata-kata itu seperti hantaman besar yang mengembalikan ingatan masa lalunya yang selama ini ia pendam jauh di dalam dirinya. “Apa maksudmu?” gumamnya, berusaha mempertahankan ketenangannya.

Dingzhi tersenyum semakin lebar. “Kau adalah anak dari Raja Tiān Jiàn. Seorang pangeran yang dibuang oleh keluarganya, lalu memilih hidup sebagai peramal di kota ini, menyembunyikan jati dirimu yang sebenarnya. Benar, kan?”

Dunia Dongjun terasa terbalik seketika. Bagaimana mungkin Dingzhi tahu? pikirnya. Tidak ada satu orang pun yang tahu tentang masa lalunya, bahkan dirinya sendiri berusaha melupakan kenyataan pahit itu. Ia dibuang oleh keluarganya, disingkirkan dari takhta, dan sejak saat itu memilih hidup sebagai orang biasa. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa ia sebenarnya bermarga Baili, dan sekarang Dingzhi dengan mudahnya mengungkap rahasia yang telah lama ia pendam.

“Bagaimana kau tahu?” tanya Dongjun, suaranya gemetar.

Dingzhi tertawa pelan, namun tatapannya tetap penuh misteri. “Ada banyak hal yang aku ketahui, Dongjun. Aku sudah lama mengamati dirimu. Sejak kita pertama bertemu, aku tahu bahwa kau bukan sekadar orang biasa. Kau memiliki darah bangsawan, dan aku tidak akan membiarkan itu tersembunyi lebih lama lagi.”

Betrayed | YebaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang