02. Forecast

589 78 5
                                        

Namun, saat ia kembali merebahkan diri, rasa sepi dan kerinduan menghantuinya. Meskipun ia mencoba tampak acuh tak acuh, ada bagian dari dirinya yang menginginkan lebih dari sekadar pelarian. Dengan matanya yang terpejam, ia bertanya-tanya, adakah harapan baru yang menanti di balik pertemuan yang tak terduga ini?

Pagi tiba, membawa sinar mentari yang hangat. Dongjun merasakan nyeri di kepalanya akibat semalam terlalu banyak meminum arak. Ia membuka matanya perlahan, menyadari betapa lusuhnya pakaian yang ia kenakan.

Dengan susah payah, ia bangkit dan membuka jendela kamarnya, menghirup udara pagi yang segar. Hiruk-pikuk kota mulai terasa; suara dagangan, tawar-menawar, dan aroma makanan menggugah selera memenuhi udara. Meski tidak seramai malam sebelumnya, suasana penuh kehidupan itu menyegarkan hatinya.

Setelah merapikan diri, ia mandi cepat, membasuh wajahnya untuk menghilangkan sisa-sisa malam. Kali ini, ia mengenakan hanfu berwarna hijau polos, lebih cerah dari sebelumnya, dengan ikatan rambutnya yang berwarna putih rapi. Suasana hatinya terasa lebih baik, mungkin karena harapan kecil yang baru saja tumbuh.

Dengan langkah mantap, ia keluar dari gubuk tua itu, menikmati sinar matahari yang hangat. Ia menuju pasar, tertarik dengan keramaian di sekitarnya. Aroma makanan menggoda perutnya, dan ia melirik berbagai barang yang dijajakan.

Di tengah jalan, ia mendengar suara pemuda di dekatnya, berbicara dengan semangat. “Kau dengar? Pangeran dari Kerajaan Yīn Léi akan datang ke sini! Mereka berencana bekerja sama dengan Kerajaan Hóng Yún! Ini berita besar!”

Dongjun menghentikan langkahnya, tertarik dengan obrolan tersebut. Ia mendekat, berusaha mendengarkan lebih jelas. “Pangeran dari Yīn Léi Guó? Bukankah itu pangeran yang sangat dihormati?” tanya seorang wanita di samping pemuda itu.

“Betul! Dia terkenal dengan kepiawaiannya dalam memimpin dan kebijaksanaannya,” jawab pemuda itu. “Kedatangannya bisa membawa perubahan besar bagi kita!”

Saat mendengar nama pangeran itu, Dongjun teringat akan malam sebelumnya—saat ia bertabrakan dengan pria berpakaian mewah yang memiliki aura yang sama. Kenangan itu kembali mengusiknya. "Apakah itu pangeran yang sama?" pikirnya, merasa takjub dan bingung.

Dengan rasa penasaran yang mendalam, ia mendekatkan diri lebih jauh, mencoba menyimak setiap detail percakapan itu. Gairah dan harapan masyarakat seakan menular padanya.

“Jika pangeran itu memang hadir, mungkin aku bisa mendapatkan sesuatu.” gumamnya dalam hati.

Setelah puas mendengarkan, Dongjun memutuskan untuk melanjutkan langkahnya di pasar, membawa harapan baru dalam setiap langkahnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia merasakan dorongan untuk menjelajahi lebih jauh, mungkin bertemu kembali dengan sosok misterius itu, pangeran yang kini menjadi bagian dari pikirannya.

Saat Dongjun beranjak untuk kembali ke gubuk tuanya setelah membeli sekilo daging sapi, suara keras memecah kebisingan pasar. Ia mendengar teriakan seorang pengawal, “Semuanya! Sang Raja dari Hóng Yún, Lei Mengsha, akan mengadakan perjamuan besar malam ini! Seluruh rakyat diperbolehkan masuk ke istana dan berpesta di dalamnya! Ini karena akan ada ikatan bisnis dan perjanjian antara Yín Léi dan Hóng Yún pada hari ini!”

Dongjun terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja dia dengar. Perjamuan besar di istana? Kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. Dengan bersemangat, ia memikirkan kemungkinan menghadiri pesta tersebut. Di wilayah selatan ini, tidak ada yang mengenal keluarga Baili. Ini bisa menjadi kesempatan baginya untuk memulai sesuatu yang baru, jauh dari bayang-bayang masa lalunya.

Dengan mantap, ia berjalan menuju gubuknya. Rasa ingin tahunya semakin menggebu, berkeinginan untuk melihat lebih dekat bagaimana perjamuan itu akan berlangsung. Namun, sebelum itu, ia harus bersiap-siap. Dongjun merapikan diri sekali lagi, memastikan bahwa penampilannya cukup baik untuk masuk ke dalam istana.

Malam telah tiba, dan Dongjun bersiap dengan penampilan yang lebih ekstra dari sebelumnya. Ia mengenakan hanfu berwarna merah hitam, yang membalut tubuhnya dengan anggun dan menawan. Hanfu itu ia beli pagi tadi di pasar, terinspirasi oleh berita perjamuan besar yang akan diadakan. Ia merasa bahwa malam ini adalah kesempatan emas untuk mencari pria yang dapat ia tiduri.

Saat gerbang Kerajaan Hóng Yún dibuka, ratusan rakyat masuk dengan tertib dan rapi, tak ada desak-desakan. Hal ini berkat Raja Lei Mengsha, yang dikenal dengan kepemimpinannya yang bijaksana dan kemanusiaannya. Rakyatnya menghormati raja mereka, merasakan keamanan dan keadilan yang selama ini dijunjungnya.

Setibanya di dalam, suasana pesta sudah terasa meriah. Lampu-lampu berkelap-kelip, suara musik mengalun lembut, dan aroma hidangan yang menggugah selera memenuhi udara.

Ia melangkah pelan, mengamati wajah-wajah yang bersemangat di sekelilingnya. “Di mana dia?” pikirnya. Dalam keramaian ini, ia merasa terasing dan sekaligus bersemangat. Keberanian yang ia kumpulkan mendorongnya untuk terus mencari.

Setelah beberapa saat berkeliling, akhirnya ia melihat pangeran itu berdiri di sudut aula, berbincang dengan beberapa pejabat. Sosoknya tampak menonjol di antara kerumunan, dengan aura yang memancarkan kekuatan dan karisma. Dongjun menarik napas dalam-dalam, apakah benar dia merupakan pria yang tidak sengaja ia tabrak semalam?

Belum sempat Dongjun menghampiri pria itu, tiba-tiba ia merasa ditarik oleh seseorang. Ia menoleh dan melihat seorang wanita tua, wajahnya keriput dengan mata tajam penuh kebijaksanaan. Wanita itu menatapnya dengan serius, seolah mengenali sesuatu yang tak terlihat.

“Anak muda,” wanita itu berkata, suaranya bergetar. “Hati-hati, akan ada malapetaka jika kau menjalin hubungan dengan sang pangeran.”

Dongjun mengerutkan dahinya, bingung dan sedikit jengkel. “Apa maksudmu, Nyonya? Aku tidak mengerti.”

Wanita itu melirik ke arah perutnya, membuat Dongjun merasa aneh. “Kau akan melahirkan seorang putra dan putri nantinya.” katanya.

Dongjun tertawa kecil, menepis perkataan wanita tua itu. “Kau gila! Bagaimana mungkin diriku bisa mengandung? Aku seorang laki-laki dan aku bahkan tidak percaya dengan ramalan seperti ini,” jawabnya, suaranya terdengar penuh skeptis. Ia mengingat bagaimana ia selalu menipu orang-orang yang mudah terpedaya dengan ramalan-ramalan bodoh.

Wanita tua itu menahan lengannya sekali lagi saat Dongjun berusaha pergi. “Dengarkan baik-baik, anak muda. Jika itu terjadi, kau tidak boleh meninggalkan pangeran dalam keadaan apapun, bahkan ketika yang terburuk terjadi. Karena setelah rasa sakit yang mendalam, kau akan menemukan kebahagiaan.”

Dongjun merasa frustrasi. Ia ingin menepis perkataan wanita itu dan pergi, tetapi kata-kata terakhirnya terngiang di pikirannya. Ia menggelengkan kepala, mencoba mengabaikannya. “Aku tidak memiliki waktu untuk mendengarkan omong kosong ini,” ujarnya, lalu melangkah pergi.

Namun, saat ia beranjak, ia menyadari bahwa sosok yang ia kagumi sebelumnya sudah tidak berada di tempatnya. Kesal, ia mendecak, merasakan kemarahan dan kekecewaan bercampur aduk. “Sia-sia saja. Aku masih ingin melihat ketampanannya.” pikirnya, enggan melanjutkan pencarian.

Merasa butuh untuk menyendiri, Dongjun menuju pinggir istana dan duduk di gazebo. Ia menatap kerumunan orang-orang yang bersenang-senang, menikmati pesta yang meriah. Malam ini, ia tidak ingin minum arak; ia hanya ingin menikmati kesendiriannya, merenungkan apa yang baru saja terjadi.

Suasana di sekitar gazebo terasa tenang, tetapi pikirannya masih dipenuhi keraguan. Apa arti dari perkataan wanita tua itu? Kenapa ia merasa terusik? Dalam diam, ia memandangi bulan yang bersinar lembut, berharap bisa menemukan jawaban atas semua pertanyaannya.

Ia merasa seolah nasibnya sedang menunggu untuk ditentukan, dan mungkin, hanya mungkin, malam ini adalah titik balik dalam hidupnya. Namun, entah kenapa, ketidakpastian yang menyelubungi hatinya membuatnya tidak bisa sepenuhnya menikmati momen tersebut.

To be continue

Betrayed | YebaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang