Kana menghela napas lelah untuk kesekian kali. Novel dengan judul "Bad Ending" yang pernah Kana baca setahun lalu, tak disangka-sangka Kana sekarang berada di dalamnya dan menempati tokoh figuran tak penting, bahkan namanya hanya disebutkan sekali dan itu tidak berguna sama sekali.
"Bad Ending" adalah novel bergenre family yang saat itu tengah ramai dibicarakan. Novel ini bercerita tentang harmonisnya hubungan keluarga sang pemeran utama, Hazel Kalandra. Putra bungsu dari empat bersaudara yang dijaga ketat oleh keluarganya.
Tetapi sesuai dengan judul novelnya, cerita ini benar-benar memiliki ending yang buruk dan membuat pembacanya tidak menyangka. Alur yang berjalan mulus tanpa hambatan berat, cerita yang ringan dan penuh aura kebahagiaan dipatahkan begitu saja dengan ending di mana sang tokoh utama meninggal karena terjatuh dari atap sekolah akibat dorongan dari salah satu orang yang tak menyukainya.
Kana masuk ke dalam novel saat alur novel ini hampir menyentuh klimaks, itu artinya kematian Hazel Kalandra akan terjadi dalam waktu dekat.
Kana sangat menyayangkan kematian Hazel. Hazel adalah anak yang baik, dia adalah segalanya bagi keluarganya. Kana tahu benar bagaimana terpuruknya Kalandra setelah kehilangan Hazel.
Kana mengerjab, haruskah dia menggagalkan kematian Hazel? Apakah itu perlu? Bagaimana dengan alurnya? Apakah tak apa jika Kana ikut campur? Tetapi Hazel anak yang baik. Bukankah sangat sayang jika dia mati begitu saja padahal tidak melakukan kesalahan apa-apa? Haruskah Kana menolongnya?
Kana menggeleng. Tidak! Dia tidak boleh ikut campur!
Ngomong-ngomong tentang Kana, tokoh figuran ini terlahir dari keluarga kaya raya. Sayang sekali kedua orangtuanya sudah meninggal ketika Kana masih kecil. Bisnis keluarga ini diurus oleh Edward, asisten kepercayaan ayahnya hingga Kana siap menggantikannya kelak.
Kana juga tak punya saudara, di rumah besar ini dia hidup bersama puluhan pekerja sejak kecil.
Kana sendiri tidak masalah, di kehidupannya dulu pun dia juga terbiasa hidup sendiri karena orangtuanya adalah tipe orangtua yang cuek. Mereka lebih suka menenggelamkan diri dengan pekerjaan.
Kana memiliki figur wajah yang manis, wajahnya tak berubah banyak dari wajahnya dulu, hanya kulitnya sekarang lebih putih cenderung pucat. Tubuhnya cukup pendek untuk ukuran anak usia 15 tahun. Tetapi tak apa, Kana hidup sehat.
Meski awal-awal sempat dia roasting karena tubuhnya dulu itu tinggi.
Melirik jam dinding yang tergantung, Kana memilih untuk tidur. Sudah larut malam dan besok dia harus sekolah.
Kedua netranya perlahan terpejam damai dengan napas yang berhembus teratur. Kana tidur nyenyak malam ini dibalik balutan selimut hangat.
•
•
•Kana turun dari mobil yang mengantarnya dengan wajah tanpa ekspresi. Sesuai ekspektasi, sekolah tempat tokoh utama berada sangatlah megah dan modern. Anak-anak yang bersekolah di sini tentu saja dari kalangan menengah ke atas, kecuali beberapa anak beasiswa.
Kana melirik sekumpulan pemuda yang berkumpul di parkiran. Itu Hazel Kalandra dan teman-temannya. Namanya juga tokoh utama sebuah novel, Hazel benar-benar terlihat bersinar. Begitupun tokoh-tokoh penting di sekitarnya yang memiliki warna tersendiri.
Puas menatap wajah-wajah yang sudah Kana putuskan tidak akan dia jumpai sebisa mungkin-yang agak sialnya salah satu dari mereka ternyata berada satu kelas dengannya, Kana berbalik pergi. Berjalan ke arah sayap kiri sekolah menuju bangunan bertingkat paling depan, itu bangunan kelas sebelas. Bersyukur kelas IPS berada di lantai bawah, Kana tidak perlu capek-capek menaiki tangga.
Kana duduk di kursinya dengan tenang, mengambil novel dari dalam tasnya dan fokus membaca. Hingga bel tanda dimulainya pelajaran berdentang kencang, Kana menyimpan novelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Just Call My Name
Teen FictionKana Elzatta tidak menyangka jika dirinya masuk ke dalam sebuah novel dengan genre family dan menempati tubuh figuran yang memilih nama serupa dengannya. Kana yang tidak tahu harus berbuat apa dibuat semakin kebingungan ketika kakak dari karakter ut...