Kana duduk di tepi ranjangnya dengan pandangan lurus ke depan menatap pintu balkon kamarnya yang tertutup rapat. Edward menguncinya dan menyimpan kuncinya, tidak mengizinkan Kana menginjak balkon kamarnya lagi. Meski Kana bertanya kenapa, Edward memilih tidak menjawabnya dan membiarkan Kana kebingungan sendiri meski pada akhirnya memilih menurut.
Di sudut kamarnya, beberapa kotak berisi barang-barangnya yang siap dikirim besok ke kediaman Kalandra. Kana tidak tahu berapa lama dirinya akan tinggal di sana.
Sejujurnya Kana ingin bertanya kenapa dia dan Edward harus tinggal di sana. Tetapi setiap kali Kana membahas tentangnya, Edward terlihat murung dan berusaha menghindari topik itu. Sama seperti ketika Kana menanyakan alasan mengapa dirinya masuk ke rumah sakit juga tentang balkon kamarnya yang terkunci.
Kana menunduk menatap kedua tangannya, kepalanya miring menatap jemarinya yang lecet. Kana tanpa sadar memainkan kukunya terlalu keras hingga melukai jemarinya.
"Tuan muda, sudah waktunya makan malam." Kaivan masuk ke dalam kamarnya yang memang pintunya tidak ditutup. Pria itu membungkuk kecil.
Kana mendekat, berdiri di samping Kaivan yang berdiri menjulang dengan wajah datar.
"Apakah kamu ikut aku dan uncle Edward?" Tanya Kana kemudian.
"Tidak, tuan muda. Hanya anda dan tuan Edward. Saya akan menjaga kediaman ini dengan baik." Balas Kaivan sedikit menunduk agar bisa menatap wajah Kana.
Kana menganggukkan kepalanya mengerti. Setelah itu dia berjalan di depan dengan Kaivan yang mengikuti di belakang.
Kurang lebihnya, Kana sudah terbiasa dengan kehidupan barunya yang jelas sangat berbeda dengan kehidupannya dulu. Kana tersenyum tipis, mana tahu jika dirinya merasa lumayan betah di sini meski kadang perasaan ingin pulang itu tetap ada.
Tetapi bagaimana dia bisa pulang jika tubuhnya saja sudah tidak bernyawa?
Tiba di ruang makan, ternyata Edward tengah menunggu di sana. Pria itu terlihat fokus pada tabletnya, sesekali mengecek ponselnya dengan kening berkerut. Sibuk sekali ya?
"Uncle." Panggil Kana begitu dia duduk di kursi yang berada di depan Edward.
Edward mendongak, "Ah? Sudah sampai? Mau mulai makan sekarang?" Tanyanya.
Kana mengangguk saja, kemudian Edward menyimpan gawainya ke samping. Pria itu menyatukan kedua tangannya dan memejamkan matanya, Edward sedang berdoa. Kana hanya melihatnya dalam diam, menunggu Edward selesai.
"Mari makan." Ucap Edward begitu selesai dengan doanya.
Kana mengangguk, dia mengambil sedikit nasi dan sayuran. Kana lebih suka memakan protein seperti daging atau telur ketimbang nasi. Kana sebenarnya tidak pilih-pilih soal makanan, dia juga tidak punya pantangan.
Acara makan malam dilalui dalam hening, keduanya fokus dengan piring masing-masing. Begitu selesai, pelayan mengambil bekas makanan dan membawanya ke belakang. Tak lama mereka mengantarkan makanan penutup.
Puding, makanan favorit Kana.
Kana memakannya dengan senyum lebar yang terpatri. Menikmati bagaimana lumernya puding itu dalam mulutnya.
Edward melihatnya dengan senyum lega. Dia berdoa semoga tuan mudanya bahagia selalu dan dijauhkan dari segala bahaya. Edward sudah bersumpah untuk menjaga satu-satunya harta berharga mendiang tuannya. Tidak akan dia biarkan Kana melalui kesusahan di luar sana ataupun menerima perlakuan tak mengenakkan.
Begitu mereka selesai, Kana mengikuti langkah Edward ke ruang keluarga. Kana duduk bersandar pada pundak Edward yang kembali fokus mengerjakan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran : Just Call My Name
Teen FictionKana Elzatta tidak menyangka jika dirinya masuk ke dalam sebuah novel dengan genre family dan menempati tubuh figuran yang memilih nama serupa dengannya. Kana yang tidak tahu harus berbuat apa dibuat semakin kebingungan ketika kakak dari karakter ut...