chapter 3

8 0 0
                                    

sesuai permintaan zaid, sekarang mereka berkumpul di rumah zaid. dengan exited semalam zaid menelpon ke grup dan menyuruh mereka berdua untuk pergi ke rumah zaid, ternyata di minta membantu tugas kuliahnya

mia dan haura mendengus kesal, bukannya menyelesaikan masalah,sepertinya ke datangan mereka berdua malah membuat tugas zabir tidak selesai. habisnya zaid mengajak berantem, menyuruh mereka membantu tugas kuliah zabir membuat bangunan dari stik karna zaid adalah mahasiswa dkv

''zaid ganteng dengerin mia yahh.. otak mia gak nyampe buat beginian,mending mia bantu doa aja yah?"

"sama haura juga bang zaidd. mending haura pesenin makanan aja dah. jadi nanti kamu buat tugas kami nemenin sambil makan, kan enak ya?"

''huh dasar percuma gue ngajakin kalian kesini. ya udah deh asal pesenin makan ya hau hehe''

''dengan senang hati babang zaid ganteng''

haura segera mengambil ponselnya, lalu memesan makanan lewat gofood. memang dari dulu, jika menyangkut makanan, haura lah bagiannya ditambah lagi, selalu gratis. pas ditanya, ternyata alasanya ayah adison memberinya uang saku yang harus haura habiskan satu hari lima ratus ribu,yang mana selalu ada sisa di setiap harinya, jadi haura menyimpanya di bank

''tapi nanti temen gue mau kesini. jaga sikap kalian dia anak pesantren"

''santri id?" tanya mia

''bukan dia anak yang punya pesantren, tapi ikut ngaji di sana juga sih. berarti santri juga ya?"

zaid menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal,sambil tertawa mesem mesem pada haura dan mia

'' ganteng gak bang zaid?"

"ganteng.banyak cewe yang naksir sama dia. apa lo? nama tuh muka jadi semangat gitu?"

''babang zaid kaya gak tau aja. haura kan emang suka liat orang ganteng makannya haura temenan sama bang zaid dari kecil''

''bukannya kamu yang gak mau pisah sama zaid? zaid keluar dikit di tanyain''

''itu beda konsep miaa. kan haura takut kalo babang zaid di culik''

''gak akan hau, yang ada mereka pergi duluan di tatap sama dia'' mia menunjuk zaid menggunakan sudut matanya, yang langsung di berikan delikan tajam mematikan oleh zaid

"Bang zaid? Dia sama sejurusan sama abang gak? "

"Enggak hau, dia udah lulus jurusan sastra arab kalo gak salah"

" Sekarang ngajar dipesantren abinya"lanjut zaid

"Assalamualaikum"

Suara itu berasal dari pintu depan rumah zaid, haura mendelik kesal karna salam itu memotong percakapannya

"Nah,, yuk hau kita ke dapur"

"Kenapa mi? " Haura mengangkat sebelah alisnya karna penasaran

"Kata zaid dia ganteng, kamu pasti gak bisa diem"

Haura terdiam tidak bisa menjawab apa apa, karna memang itu fakta. Dulu, saat mereka sedang bermain di rumah mia, teman mia datang untuk meminjam buku pelajaran karna memang mia adalah siswi teladan dan tidak pernah tertidur didalam kelas

Kebetulan yang membuka pintu adalah haura karna mia sedang pergi ke wc, melihat teman mia yang tampan, haura terus saja menatapnya sampai menjadi stalker teman mia.semua platfrom media  yang ia punya, haura ikuti.

"Ih malesin kan sayang kalo gak liat"

"Gak, gak ada udah ah lu ke kamar gue dulu gih sama mia"

Haura memajukan bibirnya mau tak mau, ia harus mengikuti mia yang sudah menyeretnya

***

Sekarang mia dan haura bak rapunzel yang dikurung di menara, tidak bisa kemana mana selain diam diatas kasur zaid. sesekali melihat lihat pada lemari zaid yang di penuhi barang aesthetic dan buku buku yang hampir segala genre ada

"Mia sekarang kerjanya gimana? "

Haura melihat mia dengan tatapan serius, mia menatap haura balik yang membuat mereka kini berhadapan satu sama lain

"Alhamdulillah hau, kerja di Gramedia nyaman banget untuk orang kaya mia. Kalo kamu gimana, udah ada keputusan? "
Haura terdiam lalu membaringkan badanya diatas kasur zaid dengan tangan yang sebelah kanan ia jadikan sebagai bantal

Mia ikut membaringkan tubuhnya di pinggir haura.

"Haura masih bingung mia, kuliah haura pengen,apalagi mia tau kan haura orangnya kayak gimana? "

Mia tau, sangat tau. Mia langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Kalau urusan belajar haura paling semangat, bahkan sejak menduduki sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, haura tak pernah luput mengikuti lomba olimpiade yang hampir semuanya haura menangkan juara satu

Kemarin pihak sekolah menawarkan haura beasiswa untuk kuliah di luar negeri, alasannya simple karna hatinya tidak memberi haura keyakinan untuk menimba ilmu di luar negeri

"Sholat istikharah aja hau"

"Iya, ya? Kenapa haura gak kepikiran ya? Kamu kasih rekomendasi gak, mia? "

Mia terdiam sambil mengetuk ngetukkan  jari telunjuknya pada dagu

"Pesantren aja hau"

"Hah? Pesantren?! Kenapa kamu jauh jauh amet beri haura rekomendasinya? "

"Ya enggak sih lewat aja tadi dikepala, soalnya kalo kata mia, ya. Kamu ngajinya  bagus, agar lebih bagus gitukan dan mendalami ilmu agama. Tapi ya gak tau sih hehe"

"Bisa dibicarakan sih. Tapi bang zaid sama ayah bakal ngasih izin gak ya, kalo seandainya gitu kan haura jadi pesantren? "

"Coba aja dulu, hau"

****

Sedangkan zaid, kini sedang berbagi kabar dengan teman yang telah lama tidak berjumpa.

"Bang zabir gimana sekarang kabarnya?"

"Alhamdulillah id"

Zaid kembali terdiam lalu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Karna bingung harus memberikan pertanyaan apa lagi pada zabir. Setiap zaid bertanya, pasti tidak lebih dari lima kata

"Kamu gimana? "

"Zaid, alhamdulillah udah mau masuk semester tiga bang"

Zabir memberikan senyuman yang hampir tidak terlihat seperti senyuman karna saking tipisnya ia melengkungkan bibir merah mudanya

"Kalo ab,,,,, "

"Aaaaaa bang zaiddd tolong bang abanggggg"

Teriakan haura yang berasal dari kamar zaid membuat zaid mendelik tajam. Sampai zabir pun melihat ke asal suara yang memekakkan telinganya

Zaid tersenyum kikuk pada zabir, lalu berdiri hendak menghampiri dua sahabatnya dan menegur mereka, namun gagal karna mia dan haura keluar terlebih dahulu sambil menghempas hempaskan pakaian yang masih  dipakai

"Zaidd ihh ada kecoa zaiddd"

" Bang za,,, eh? "

Haura yang sedang memeluk zaid dan mia yang masih menghempas hempas pakaiannya tiba tiba berhenti, saat melihat zabir yang sedang menatap bingung ke arah mereka berdua

Mia mendadak berhenti dan haura turun dari badan zaid yang tadi ia naiki

Haura terdiam seribu bahasa begitupun dengan mia yang wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus karna menahan malu

Jika mia langsung kembali ke kamar, haura  terdiam mematung sambil terus menatap zabir tanpa berkedip, sedangkan zabir, ia mengerutkan keningnya bingung saat melihat haura yang seolah olah sedang mengintimidasinya lewat tatapan mata

"Ganteng banget" Ucap haura tanpa sadar sambil membulatkan bibirnya
































Haura love missionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang