Chapter 11

125 21 1
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
Jangan lupa di votee!!
.
.
.
.
.

~~~~~~

"Kau memberiku tugas dengan batasan waktu yang tak masuk akal, kau pikir aku bisa sihir?" sinis Sakura menatap Itachi.

"Kalau kau mengharapkan sihir, cari saja dalam buku dongeng anak anak".

"Kalau begitu, setidaknya jangan biarkan aku melihatmu tertidur seperti ini kan? sikapmu yang seperti ini saja sudah salah" sahut Itachi tak kalah dingin.

Sakura meremas telapak tangan nya, dia tak bisa menampik perkataan Itachi barusan, dia memang benar. Padahal dia sudah sekuat tenaga menahan kantuk, tapi akhirnya Sakura tetap ketiduran.

Sakura membenci dirinya saat ini, bisa bisanya disaat seperti ini ia berjalan ke kasur dan tidur dengan nyaman diatasnya?, dan kenapa Itachi harus melihatnya saat itu?!.

"Kalau kau mau membunuhku, lakukan saja sekarang!, tak usah pura pura memberiku waktu!" teriak Sakura, dia semakin menekan kepalanya kearah depan pada ujung pistol.

Itachi tersenyum tipis, ternyata Sakura bisa mengatakan hal hal buruk ya?.

"Soal itu bersabarlah sebentar" jawab Itachi.

"Setelah aku memanfaatkan dirimu sesukaku, dan kau tak berguna lagi, maka akan ku pertimbangkan permintaanmu itu" lanjutnya.

"Da-dasar brengsek!".

Berani beraninya!!.

"Sebelumnya kau bilang tak percaya padaku kan?" tanya Itachi.

Tentu saja.

"Karena aku sudah memanfaatkanmu, mengkhianatimu, menghabisimu, dan merebut semua yang seharusnya menjadi milikmu" Itachi menatap pada Sakura yang tak bergeming.

"Kalau begitu, cobalah untuk memanfaatkanku juga".

"Apa?" ulang Sakura.

Ini terasa aneh, dia mengobrol atau lebih tepatnya berdebat dengan Itachi dengan pistol yang menjadi ancaman, seakan akan setiap kalimat yang akan Sakura katakan bisa saja menjadi bumerang baginya.

"Tentukan juga kapan saatnya kau mengkhianatiku, siapkan dirimu untuk menghabisiku dan merebut semuanya dariku".

"Dengan begitu situasi kita menjadi sama kan?" tutur Itachi.

Sakura menatap Itachi dengan pandangan tak percaya, begitu mudahnya dia mengatakan hal itu?.

"Mari kita pertaruhkan nyawa satu sama lain, bergerak menuju tujuan kita masing masing, dan pada saat kita telah diakhir, kau bisa mengacungkan pistolmu".

"Jika pada saat itu kau berbalik dan menembakku lebih dulu, aku rela mati ditanganmu tanpa penyesalan".

Tik tik tik.

Suara detikan jam dinding terdengar jelas pada sunyinya ruangan, memecah keheningan diantara dua manusia yang tengah pada emosi masing masing.

SereiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang