Bab 21

737 115 68
                                    


🦋 S E L A M A T • M E M B A C A 🦋

"Rami," ujar Pharita sengaja memecah keheningan. Pikirannya tak pernah tenang tentang kejadian di malan itu, rasanya ia tak bisa menanggung beban ini seorang diri.

Mungkin inilah waktu yang tepat untuk memberitahu semua orang.

"Kenapa? Bosan? Mau kuganti film yang lain?" tawar Rami dengan sigap mengambil remot. Namun, tangannya di tahan oleh Pharita yang sedang memeluknya dengan manja.

Memang sudah 30 menit mereka menonton film bersama, dan selama itu juga Pharita benar-benar memanfaatkan momen berduaan bersama Rami. Ia semakin merasakan kalau Rami bisa lebih baik dari kisah cintanya bersama Ruka dulu.

Cara Rami memperlakukannya dan memperhatikannya sangat manis, selalu menjadi garda terdepan untuk membelanya. Pharita selalu berterima kasih untuk itu.

"Bukan itu," ucap gadis itu.

"Lalu apa? Mau pesan makanan yang lain?"

Pharita menggeleng sembari bergelut manja dilengan sang kekasih. Rami mendelik tak paham kalau begini caranya, bukannya memberitahu Pharita malah bersikap menggemaskan.

"Apa sih?" tanya Rami tertawa gemas. "Kamu kenapa coba?"

"Kalau mengantuk, kita akhiri saja dan kamu bisa istirahat. Kayaknya masalah Rora tadi sore membuat kamu kepikiran," kata Rami mengusap lembut surai rambut Pharita.

Di rasakannya sentuhan itu membuat Pharita semakin nyaman di sana. Tak ingin Rami berhenti, atau menjauh darinya. Bukan hanya masalah Rora yang mengganggu pikiran Pharita, tetapi masalah Ruka. Kebenaran tentang orang itu.

"Rora mungkin tertekan dengan pesan singkat dari Jian, aku jadi kasihan padanya. Sejak dia pulang dari agensi tidak keluar kamar sama sekali, dan Asa malah sibuk sendiri dan mengabaikannya," ucap Rami mendesah berat.

"Keadaan kita semua sedang tidak baik-baik saja. Kita semua renggang karena banyaknya permasalahan yang datang di waktu bersamaan," tambah gadis itu.

Pharita mengangguk setuju sambil meleraikan dekapan dari yang lebih muda darinya. Ia menatap Rami dengan intens.

"Aku sampai bingung harus membela yang mana, harus memahami yang mana dulu. Hal ini malah terjadi lagi di antara kita, dan aku tidak ingin berdebat lagi dengan Rora," ucap Rami.

"Kamu ingat sewaktu kita trainee permasalahan hal semacam ini selalu melibatkan aku dan Rora? Ah ... aku tidak mau itu terjadi lagi."

Pharita tertawa melihat wajahnya yang cemberut kesal. Perdebatannya dengan Rora selalu tidak berakhir dengan baik. Baik Rami ataupun Rora selalu berteriak dan tak ingin kalah satu sama lain. Permasalahan mereka selalu berujung serius.

"Itu tidak lucu sampai kamu harus tertawa," cetus Rami tak suka Pharita menertawakan keluhannya.

"Bertengkar dengan Rora sebaiknya di hindari saja. Aku capek sendiri."

Tawa Pharita semakin pecah mendengarnya. Padahal kalau di bandingkan dengan dirinya dan Ruka, merekalah yang paling menderita kalau menghadapi amukan Rora.

"Berhenti tertawa, apa sih yang lucu?!" kesal Rami benar-benar terlihat.

"Anak itu aneh dan sangat menyebalkan, semuanya saja dia marahi."

Pharita mengusap pipi dengan lembut, siapa sangka hal itu mampu membuat jantung Rami berdebar kencang. Apalagi Pharita yang sengaja mendekati wajahnya dengan senyuman aneh.

"Yak! Mundur, ngapain?" tegas Rami panik.

"Kamu membicarakan hal buruk tentang temanku," kata Pharita tetap mendekati wajah Rami.

Forever | Trainee Wala Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang