01. Dijodohkan

19 3 3
                                    

Sebelum baca, ayokk vote dan komentarnyaa🥰🥰 happy reading, lovee🥰🥰

***
.

.

.

.

"Cup, kamu gak ada gitu yang deket?"

"Maksudnya, Mak?"

Sholimah, ibu dari laki-laki yang dipanggil 'Cup' itu berdehem sebentar.

"Ehm, maksudnya pacar gitu, atau orang yang disuka atau apalah gitu."

"Belum, Mak. Gak sempat nyari," jawabnya.

"Kan banyak mahasiswa mu, masa satupun gak ada yang suka? Gak cantik ya?"

Lelaki itu hanya menyeruput kopi buatan ibunya sebagai respon.

Yusuf Muhammad Abraham, adalah dosen muda berbakat di salah satu universitas islam terkenal di kotanya. Usianya sudah 29 tahun, usia yang sangat matang untuk menikah apalagi Yusuf berasal dari kampung yang mana umur segitu orang-orang di kampung sudah memiliki anak yang sudah masuk SMP.

"Bingung Emak, Cup, kamu itu ganteng, pintar, gak kere, tapi kok gak ada yang mau. Apa ada yang mau tapi kamunya yang nolak? Atau kamu ini gak suka perempuan? Astaghfirullah haladzim!" Sholimah mengelus dadanya. Wanita yang sudah berumur itu tidak habis pikir, apa yang kurang dari putranya ini? Ia memiliki segalanya, hanya saja ya mungkin agak pemalu dikit.

"Astaghfirullah haladzim, Mak. Aku normal, tapi memang belum ketemu aja jodohnya," jawab Yusuf.

"Emak khawatir, Cup, umur Emak dan bapak mu udah makin tua. Nanti siapa yang urus kamu?" katanya, "Masa gak ada sih, Cup, satuu aja yang deket gitu?"

Yusuf membuka handphone nya, lalu memberikan ke ibunya. "Cek aja Mak, ada gak?"

"Gak papa nih?" tanya Sholimah memastikan.

Yusuf mengacungkan jempolnya.

Setelah melihatnya, memang benar tidak ada chat dari orang spesial. Yang ada hanyalah banyak chat grup dari kampusnya, serta nomor-nomor yang belum disimpan Yusuf, sepertinya itu adalah nomor mahasiswa bimbingannya terbukti dengan beberapa soft file berbentuk docx. yang mereka kirimkan.

"Bener-bener ya, Cup, kamu ini. Tuh ada chat mahasiswa mu, kenapa gak dibuka?" tanya Sholimah, ia mengembalikan handphone Yusuf lalu melanjutkan aktivitasnya memotong sayuran.

"Nanti malem, Mak. Aku juga udah bilang, kalau saya pulang kampung jangan ada yang kirim laporan. Bandel, Mak, mereka tetep aja kirim."

"Serah kamu lah, Cup," ujar emaknya. "Kamu kapan pensiun jadi dosen? Gak kasian kamu liat bapakmu kerja sendirian?"

"Belum lah, Mak. Lagian bapak juga gak sendiri, anak buahnya kan banyak. Suami kak Yunda juga bantu," ucap Yusuf.

Yusuf ini anak kedua dari empat bersaudara. Kakak pertamanya, Ayunda, sudah menikah dan ikut suaminya ke Kalimantan mengurus kebun sawit keluarga mereka di sana.

"Ya tapi kan bapakmu berharap kamu juga ikut mengelola kebunnya di sana, bapakmu lho udah tua, kapan lagi kami menghabiskan masa tua kami, Cup. Bapakmu kerja terus, uang juga sebenarnya kita ini berkecukupan, maksud emak tu yaudahlah biar anak-anaknya aja yang urus." Sholimah udah lama merayu Yusuf buat ikut membantu ayahnya, tetapi Yusuf masih senang mengajar, tidak apa-apa lah yang penting ada Irfan menantunya yang bantu suaminya itu.

"Nanti aku pikirin, Mak. Saat ini aku masih senang jadi dosen."

"Terserah kamu lah, Cup, asal jangan gak nikah-nikah aja," ujar Sholimah.

Assalamu'alaikum, Surgaku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang