02. Khitbah

11 4 1
                                    

Nama Balqis terngiang-ngiang di kepalanya. Gadis yang belum pernah ia jumpai itu sukses merasuki pikiran bujangan satu itu. Namanya terngiang-ngiang bak sedang jatuh cinta, entah jatuh cinta pada siapa.

Setelah percakapan tadi, Yusuf tidak kuasa lagi untuk melanjutkan mengoreksi laporan mahasiswanya. Biarlah, dia juga bilang jika ia pulang kampung maka jangan kirim laporan, salah sendiri.

Yusuf membuka room chat grup khusus bimbingannya, lalu mengetikkan pesan.


BIMBINGAN DOSEN PAK YUSUF😇

Sy sudah bilang, jangan kirim laporan. Knp kalian kirim? Kalian atau sy yang dosen? Jangan harap sy acc ya.

@Nadhea @Fauzan @Rahma @Dicky

Silahkan kirim ulang laporan kalian 2 bulan lg. Yng lain boleh kirim setelah sy kembali ke kampus.

Setelah mengetikkan kalimat itu, Yusuf langsung membisukan grup tersebut. Banyak pesan masuk, tapi satupun tidak Yusuf perdulikan. Salah sendiri, kenapa tidak mengikuti arahan dosen.

Yusuf memandang langit-langit kamarnya, percakapan ibunya sungguh diluar nalar tapi lumayan masuk akal.

Beberapa jam yang lalu.

"Kamu kenal kan dengan pak Bilal?"

Ya, Yusuf kenal dengan pak Bilal, dia bukan asli kampung sini, ia aslinya orang Aceh. Sudah lama juga menetap di kampung ini, mungkin sudah dari Yusuf SMP.

Siapa yang tidak kenal pak Bilal dan keluarganya, ia adalah orang yang menghidupkan masjid dengan serangkaian acara yang dibuatnya itu. Pak Bilal dan istri juga terkenal  dengan ketaatannya dalam beribadah, ketekunannya dalam bekerja, kejujurannya dalam berdagang, serta manusia yang dermawan tak lupa pula setiap hari Jum'at selalu mengadakan Jum'at berkah. Melihat wajahnya saja sudah bisa dipastikan pak Bilal dan istri adalah orang yang baik-baik, wajahnya adem seperti ubin masjid yang sejuk.

"Tapi aku gak kenal sama anak perempuannya," jawab Yusuf.

Memang benar, ia hanya mengenal anak laki-lakinya yaitu Sulaiman dan Uwais. Sulaiman seangkatan dengannya, sedangkan Uwais lima tahun dibawahnya itupun anak-anaknya berada di Mesir. Selama Yusuf pulang kampung, ia tidak pernah melihat anak perempuan berada di rumah itu.

"Balqis waktu kecil sering sakit-sakitan, makanya ia jarang dibawa uminya keluar. Lagipula kamu juga SMA -nya sudah di kota, wajar saja gak ketemu."

Oh begitu. Benar saja, Yusuf SMA dan kuliahnya di kota, ia sudah merantau sejak SMA, pulang hanya liburan semester saja.

"Tapi tetap aja, usianya masih kecil waktu aku SMA Kuliah, paling-paling masih SD, tapi aku gak pernah liat," keukeuh Yusuf. Ia penasaran, masa tetanggaan tapi tidak pernah melihat rupanya.

"Dia pulang ke Aceh, diasuh neneknya di sana, mondok juga."

Yusuf menghela napasnya. "Aku belum bisa ngasi jawaban, Mak."

Waktu sekarang.

Yusuf kembali melamun, ia memang tidak mau ta'aruf jika tidak mengenal orangnya, tapi bagaimana jika ia mengenal keluarganya yang lain? Abangnya, Sulaiman itu merupakan teman baik Yusuf di kampung, sampai sekarang ia juga masih berhubungan dengannya. Melihat dari wataknya Yusuf dan Uwais, mereka ini sangat berhati-hati dalam berbicara, lalu tentang ibadah jangan tanya lagi, dimanapun waktunya sholat ia akan sholat.

Assalamu'alaikum, Surgaku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang