"Maasyaa Allah, Pak Sultan. Niat baik Bapak dan Ibu Insya Allah kami terima. Namun alangkah lebih baik kita menanyakan Balqis, apa ia menerima khitbah dari keluarga kalian?"
Kini pandangan mereka mengarah ke Balqis. Gadis manis itu mencengkram gamisnya kuat, jantungnya serasa ingin lepas. Ia menatap umi dan abinya. Senyum teduh yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya itu.
"Sebelum menjawab, ijinkan Balqis mengajukan beberapa syarat," ucap gadis itu. Ia kembali menatap uminya, bak tau apa yang diinginkan putrinya, Maryam langsung menggenggam tangan Balqis yang dingin.
"Silahkan, kami akan mendengar syarat dari Balqis," ujar Sholimah.
Menghirup napasnya pelan lalu mengeluarkannya lagi, Balqis mulai berbicara. "Balqis ingin mengajukan 3 syarat. Yang pertama, jika Balqis menerima khitbahnya, Balqis ingin tetap melanjutkan pendidikan, hingga Balqis sendiri yang memutuskan kapan Balqis berhenti sekolah."
Balqis menjeda ucapannya, kemudian ia kembali melanjutkan syarat tersebut. "Yang kedua, Balqis ingin pernikahan ini dirahasiakan. Balqis tidak mau jika sampai ketahuan maka akan menjadi masalah bagi Balqis, seperti perundungan yang pernah Balqis alami." Balqis menatap abi dan uminya dengan tatapan sulit diartikan. "Maaf Abi, Umi, tapi ini keinginan Balqis. Balqis akan tetap menjalankan kewajiban Balqis sebagai istri, tapi Balqis ingin pernikahan ini disembunyikan sampai waktu yang tidak ditentukan. Hanya untuk di lingkungan jika nanti Balqis berkuliah saja," ucapnya.
Bukan tanpa sebab, Balqis tau kalau Yusuf ini adalah salah satu dosen muda berprestasi di universitas di mana ia masuk nanti. Sudah pasti akan banyak yang menyukai Yusuf, apalagi ditambah wajahnya yang lumayan tampan itu. Balqis tidak mau orang-orang mencela dirinya nanti, atau bahkan melakukan perundungan seperti yang pernah ia rasakan. Demi Allah, rasanya trauma itu masih melekat dalam diri Balqis.
"Tidak apa-apa Balqis, lanjutkanlah syarat yang lainnya," ujar Sultan.
Kembali Balqis menarik napasnya pelan lalu menghembuskannya. "Yang ketiga, Balqis mohon, jangan larang Balqis untuk ketemu Abi dan Umi. Selama ini Balqis hidup jauh dari mereka, jadi Balqis berharap siapapun nanti yang akan menjadi suami Balqis, tidak akan melarang Balqis untuk ketemu Abi dan Umi." Balqis menatap mata uminya yang berkaca-kaca, Balqis pun kini ingin menangis, tapi ia malu saja untuk mengeluarkan air matanya.
"Hanya itu saja syarat dari Balqis, mohon untuk bang Yusuf kembali memikirkan jawabannya. Balqis hanya ingin yang terbaik untuk kedepannya," ujar Balqis.
Kini giliran Yusuf untuk menjawab syarat yang mengandung pertanyaan dari Balqis.
"Bismillahirrahmanirrahim, saya akan menjawab sesuai apa kata hati saya," kata Yusuf. "Syarat pertama, pendidikan penting sekali untuk siapapun itu, saya senang jika Balqis memikirkan pendidikan untuk dirinya kelak, maka jika saya kelak menjadi suami Balqis maka akan saya dukung seratus persen."
"Untuk syarat yang kedua, menyembunyikan pernikahan kita. Sepertinya saya agak berat hati, tapi mengingat ada trauma yang Balqis rasakan maka saya tidak keberatan dengan syarat itu. Tapi saya memiliki syarat juga, meskipun pernikahan kita disembunyikan tapi saya mau hanya dengan siapa kita menikah yang disembunyikan tapi tidak dengan status. Demi Allah, saya tidak mau mengaku bujangan padahal saya sudah melakukan akad dengan ayah istri saya."
"Syarat yang terakhir, saya tidak keberatan. Saya bukan orang yang suka mengekang kebahagiaan orang lain, apalagi istri saya." Yusuf menjawab pertanyaan dari Balqis dengan lancar, yah meskipun gugup, ingatkan lagi kalo dia ini adalah dosen muda berbakat.
"Bagaimana, Nak Balqis, apa kamu bersedia menerima khitbah ini?" tanya Sultan.
Balqis kembali menatap abi dan uminya. Kedua orang tua Balqis mengangguk pelan lalu tersenyum teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Surgaku.
RomanceYusuf Muhammad Abraham Ia adalah seorang dosen di universitas terkenal di kotanya, ia juga merupakan dosen muda berbakat di sana. Cuti pulang kampungnya berujung pernikahan yang sama sekali tidak ada dalam list cuti-nya itu. Perjodohan itu melibatk...