04. Hari Pernikahan

13 4 1
                                    

***

Dua jam lagi status Balqis akan berubah menjadi istri dari seorang Yusuf Muhammad Abraham.

Saat ini, menunggu waktu, Balqis sedang video call dengan kedua saudaranya yang sedang berasa di Mesir

"Gak nyangka Abang, Dek, adik kecil kami udah mau menikah aja."

"Abang, Balqis sedih kalian gak pulang di hari pernikahan Balqis," ujar Balqis, matanya mulai memerah karena saudaranya itu tidak bisa ikut menyaksikan pernikahannya.

"Kamu menikahnya mendadak, kami gak bisa ijin secepat itu. Tapi insyaallah kami akan selalu mendoakan kebahagiaan kalian," ujar Sulaiman. "Yusuf itu temanku semasa sekolah, ia baik, InsyaAllah bisa menjaga kamu, Dek, Abang percaya sama Yusuf." katanya lagi.

Balqis hanya mengangguk, ia takut jika banyak berbicara maka air matanya akan tumpah.

"Bang Uwais?"

"Dia gak mau ngomong, masi sedih katanya liat adeknya nikah dia gak bisa hadir," jawab Sulaiman.

Balqis mencebik, air matanya seketika runtuh begitu saja.

"Udah gak sayang Balqis lagi," katanya dengan sesegukan.

"Balqis." Suara Uwais menginterupsi.

"Abang udah gak sayang Balqis lagi, huaa."

"Bukan gitu, Dek, Abang sedih ngeliat kamu sendirian gak ada yang nemenin." Uwais berujar dengan menahan air matanya.

Balqis hanya menangis, matanya ternyata tidak bisa lagi menahan air itu.

"Udah jangan nangis lagi, masa catin menangis sih. Udah, kami selalu mendoakan yang terbaik. Bila waktu libur, kami akan mengunjungi kamu. Jadi istri yang baik ya, Dek. Jangan jadi istri yang durhaka, ridho seorang istri ada pada suaminya. Jangan membantah ucapan suami, sekarang surgaMu terletak pada suamimu." Uwais, abangnya itu menasehati adik perempuan satu-satunya itu.

"Benar kata Uwais, jadilah istri yang taat pada suami, dukung setiap langkahnya asalkan tidak melanggar syariat." Sambung Sulaiman.

"Balqis, jika kamu merasa pernikahan ini membebanimu, ingatlah ada Allah yang selalu bersamamu. Selama suamimu nanti tidak kasar, tidak selingkuh, tidak berjudi, maka maafkanlah kesalahannya." Kata Sulaiman lagi.

"Dan satu lagi. Masa lalunya adalah miliknya, masa depan kalian adalah milik kalian berdua, kalian yang menentukan. Jika memang nantinya dia memiliki masalalu yang sulit untuk Balqis terima, ingat ini, kau tidak berhak untuk menghakimi masa lalunya itu." Tambah Uwais. "Paham kan? Cermati lagi setiap perkataan kami, Balqis. Kami akan selalu mendukungmu."

Balqis hanya mengangguk mendengar nasehat dari kedua saudaranya itu. Ya, ia akan berusaha menjadi istri yang terbaik untuk suaminya. Mungkin ia tidak seperti istri para nabi yang mulia, tapi ia akan berusaha menjadi istri yang baik bagi Yusuf nanti.

***

Pernikahan akan diadakan di masjid terdekat di kampung mereka. Masjid yang lumayan besar, sebelumnya ada banyak juga yang melakukan akad pernikahan di sana, jadi Yusuf dan Balqis bukanlah orang pertama yang akan melangsungkan akad di masjid tersebut.

Beberapa jam sebelum melakukan akad.

"Deg degan, Kak."

Yusuf berkata pada kakaknya, Yunda, yang sedang merapikan pakaian adiknya ini.

"Biasa, dulu abangmu juga gitu, wajahnya pucat." Yunda teringat wajah suaminya sebelum melakukan akad itu. Wajah pucat pasinya pasti akan selalu Yunda ingat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Assalamu'alaikum, Surgaku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang