Chapter 8 - Nayfa dan Kesukaannya

113 11 2
                                    

Chapter 8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 8

Kesukaan Nayfa

Halooo. I’m back. Sorry for late update yaaa

Happy reading 2700 kata lebih. Semoga bisa mengobati kerinduan kalian sama Nayfa, Geraldi, dan Rezaldi.

Jangan lupa vote dan komen yaaa sis

Komen tembus 50, baru aku update yaaa…

🌻🌻🌻

“By the way, makasih banyak, ya, Gee,” ucap Nayfa.

“Yaps, sama-sama, Nayfa,” tutur pria pemilik senyum sehangat mentari itu. Tak hanya senyumannya, namun kepribadiannya pun sehangat sinar sang surya. “Eh, kamu udah cek grup KMB belum, Fa?”

“Belum sempat, deh. Emangnya ada info apa, Gee?”

“Anak-anak KMB mau naik gunung, Fa. Ikut, yuk!"

“Seriusan, Gee?” tanya Nayfa dengan mata yang berbinar-binar. Ia tampak antusias begitu mendengar kabar itu.

“Dua rius, Fa. Coba aja kamu cek.”

Nayfa pun mengambil ponsel dari dalam tas selempangnya lalu mulai mengotak-atik benda pipih itu. Ia membuka grup WhatsApp Klub Muda Berbagi yang tampak ramai dengan puluhan balasan pesan anggotanya. “Eh, iya, Gee. Aku pengin ikut, sih. Insyaallah kalo udah diizinin Ayah-Ibu, aku bakalan ikut, kok,” kata Nayfa. “Kamu ikut juga, Gee?”

Pria berbrewok itu mengangguk sambil tersenyum simpul. “Iya, saya ikut, Fa. Kabarin kalo udah dapat izin, ya.”

Nayfa tersenyum seraya mengacungkan satu jempolnya. “Siap, Gee.”

“Geraldi!” seru seorang wanita dari beranda kafe itu. Ia melambai-lambaikan tangannya pada Geraldi. Geraldi menoleh ke sumber suara dan membalasnya dengan mengangkat sebelah tangannya sejenak diiringi senyuman.

“Siapa perempuan itu?” tanya Nayfa dalam hati. “Ya udah, kalo gitu aku pamit pulang dulu, ya. Kamu udah dipanggilin, tuh, sama---,” kata Nayfa terpotong.

“Itu teman kerja saya, Fa. Biasalah mau makan-makan dulu sama anak-anak kantor yang lain,” jelas Geraldi.

“Oh, gituuu. Ya udah have fun, ya, Gee. Wassalamu’alaikum?”

“Wa’alaikumsalam. Hati-hati, Fa.”

Setelah itu, Nayfa pun undur diri dan masuk ke dalam mobilnya lalu meninggalkan tempat itu.

Geraldi memandangi kepergian Nayfa sampai kendaraannya tak terlihat lagi. Saat baru saja selangkah untuk berbalik arah menuju kafe, ia merasa seperti menginjak sesuatu yang sedikit tebal. Pria itu pun melihat ke bawah. Ternyata sebuah buku bersampul warna pink. “Buku siapa ini?” Lalu ia pun meraihnya, membolak-baliknya, kemudian memasukkannya ke tas ranselnya. “Oh, mungkin punya Nayfa. Nanti, deh, saya kembalikan,” gumamnya lalu melenggang menuju kafe.

NAYRALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang