Chapter 6 - Tanya

220 19 0
                                        

Halooo. Ketemu lagi sama Author. 🤗💛
Maaf telat update hehe semoga chapter ini membalas kerinduan kalian sama Nayfa, Geraldi, dan Rezaldi. Doakan semoga proses nulisnya lancar jayaaa 🥳🤗

Happy reading 2k kata lebih sis 🤩🤩
I hope you like it
Jangan lupa klik love, komen, dan share ke temen-temen kalian yaaa 😁🤗
With love,

Awan Teduh

Find me on Tiktok @your.awanteduh23
Instagram @awanteduh23

***

Malam itu, seluruh anggota geng Abisatya berkumpul sambil duduk di kursi bantal nan empuk di belakang rumah Pasya. Ada pula yang sedang membakar jagung dan marshmellow. Mereka asyik ngobrol perihal kegiatan yang telah dilakukan akhir-akhir ini, pekerjaan, atau sekadar bercerita tentang hal-hal receh.

"Eh, Re, lo nggak ada niatan mau summit apa?" tanya Jevian sambil membakar jagung bersama Keivan.

"Ada," balas Rezaldi sambil memetik senar gitar di pangkuannya.

"Kapan? Gue mau ikut summit," ucap Jevian sembari membalikkan jagung.

"Lah, gue juga pengen ikutan, bro," timpal Keivan. Pria itu terlihat sedang membakar mashmellow.

"Udah-udah, gaskeun Abisatya summit bareng. Lagian udah lama juga, kan, kita nggak muncak," kata Geraldi, sang ketua geng Abisatya.

"Gas kuyyy!" seru Alfi.

"Wah, boleh, tuh. Nanti gue sekalian ajakin juga anggota KMB, ya, biar ramean," kata Pasya, si Ketua Klub Muda Berbagi.

"Gue ngikut aja, deh. Entar gue kosongin jadwal photoshoot gue," tutur Arasya.

"Jadi, kapan, Re?" tanya Jevian sekali lagi.

"Yok minggu depan," jawab Rezaldi.

"Gaskeun," kata Alfi.

"Jangan lupa latihan fisik dulu, ya, Guys. Bisa jogging, nge-gym, atau olahraga apa aja, sih," tutur Pasya.

"Siap boskuuuh," kata Alfi dan Keivan kompak.

Lalu, mereka mulai fokus menonton film yang diputar di layar depan.

***

Di sudut lain, malam itu Nayfa sedang terbaring dengan gelisah. Ia tak kunjung terlelap dan bermimpi indah. Ia pun menyingkap selimut yang membalut tubuhnya, lalu beranjak dari kasur menuju meja di salah satu sudut kamarnya. Ia duduk di sana dan menatap ke luar jendela di hadapannya. Ia menatap langit malam nan gelap-gulita yang dihiasi gemintang dan sinar rembulan.

Ia mengambil sebuah kotak penyimpanan yang ada di kolong meja, lalu membukanya di atas meja. Gadis itu menatap isinya cukup lama, kemudian menyentuh barang-barang yang ada di dalamnya. Kotak itu berisi barang-barang kenangan masa lalu bersama Cakra, seseorang yang pertama kali mengenalkannya pada cinta sekaligus luka. Ada boneka panda berwarna hitam-putih, foto-foto lamanya dengan Cakra, buku diari, gelang couple, dan surat-surat. Nayfa mengambil dan mengamatinya satu per satu sambil tersenyum tipis. Kenangan lampau pun terputar otomatis di ruang ingatannya seperti sebuah film yang berdurasi singkat.

"Dear Cakra.... Dulu ternyata kau dan aku pernah sedekat nadi sebelum pada akhirnya sejauh bumi dan matahari. Dulu kau dan aku pernah sedekat jari telunjuk dan jari tengah sebelum pada akhirnya jadi seasing ini," batin Nayfa seraya tersenyum getir. Ia menyimpan kembali semua barang itu ke dalam kotak, mengambil buku catatan di atas meja, lalu membawanya ke balkon kamar. Di sana, ia menyalakan api di sebuah tong besi. Kobaran api tampak menyala di tengah kegelapan malam. Kemudian, ia membuka kotak tadi dan mulai membakar barang-barang kenangannya satu per satu. "Selamat tinggal, kenangan," ucapnya dalam hati sambil memandang bara api yang melahap habis barang-barang kenangan itu. Setelah semua barang dalam kotak itu habis tak tersisa, ia pun masuk lagi ke kamarnya karena udara malam semakin dingin menusuk kulitnya.

NAYRALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang