Problem

8 7 0
                                    

Setelah dokter memberikan izin kepada Nada untuk pulang, Alan berdiri di samping tempat tidur, menatapnya dengan lembut namun cemas. "Oke, Nad, dokter bilang lo bisa pulang. Gue anterin, ya," ucap Alan seraya membantu Nada bangun perlahan dari tempat tidur. Nada tersenyum kecil, menatap Alan dengan tatapan penuh rasa terima kasih.

Di perjalanan pulang, Alan terlihat lebih pendiam dari biasanya, memikirkan sesuatu yang tidak dia ungkapkan. Mobilnya melaju pelan, mengikuti jalan yang sudah biasa mereka lewati. Saat tiba di depan rumah Nada, Alan berhenti dan menghela napas dalam-dalam.

"Nad, gue minta maaf ya, gue gabisa nemenin lo buat masa pemulihan," ucap Alan tiba-tiba, suaranya terdengar berat. "Soalnya ibu nelpon tadi, katanya ada masalah di rumah." Dia mencoba tersenyum, namun jelas sekali ada sesuatu yang disembunyikannya.

Nada mengangguk, meskipun rasa kecewa sempat menyelinap. "Iya, gapapa, Alan. Gue sehat-sehat aja, kok. Lagian, makasih banget, loh, udah anterin gue pulang. Cepetan ke rumah ibu lo, kasian."

Mereka saling menatap sejenak, tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan yang terpendam di antara mereka. Alan mendekat, jemarinya menyusuri rambut Nada dengan lembut, membiarkannya tergerai di pundaknya. "Jangan lupa makan ya, Nad. Gue beneran khawatir," ucap Alan sambil tersenyum tipis.

Nada tertawa kecil, meski masih lemah, "Iya, Alan. Gue bakal makan lebih rajin. Lo juga jaga diri di sana."

Sebelum beranjak, Alan menatapnya seolah tak ingin berpisah terlalu cepat. "See you soon, Nad." Dengan satu tatapan terakhir yang dalam, dia melangkah pergi, namun perasaannya seolah tertinggal bersama Nada.

Alan pergi bukan ke rumah seperti yang dia katakan, tapi untuk menghadapi masalah yang lebih besar — pekerjaannya sebagai ketua DPR yang tak bisa diabaikan. Di balik perannya yang tangguh, hanya Nada yang membuatnya merasa rentan, dan rasa khawatir itu menggumpal lebih dalam seiring setiap langkah menjauh.

Nada menatap punggung Alan yang semakin jauh, jantungnya berdebar dengan perasaan yang sulit dijelaskan.


Suara NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang