Pemimpin sejati

15 7 1
                                    

     Nada, sebagai mahasiswa hukum yang kritis dan cerdas, tidak hanya berhenti pada kritikan lisan atau tulisan untuk mengungkap ketidakpuasannya terhadap Ketua DPR yang tidak pernah menunjukkan muka. Ia bertekad untuk bertindak lebih jauh, menggunakan keahliannya dalam hukum dan aktivisme sosial untuk mempengaruhi perubahan nyata.

Langkah pertama Nada adalah menggalang dukungan publik. Ia tahu bahwa perubahan tidak dapat dilakukan sendirian, sehingga dia mulai menyuarakan pendapatnya di berbagai forum, termasuk seminar kampus, media sosial, dan diskusi-diskusi publik. Dengan argumentasi tajam dan berlandaskan fakta, ia menggugah kesadaran orang banyak akan perlunya pemimpin yang transparan dan bertanggung jawab. Nada memahami bahwa sebagai mahasiswa, ia memiliki platform kuat untuk menyatukan suara-suara kaum muda yang juga tidak puas dengan situasi saat ini.

Selanjutnya, Nada memutuskan untuk mempelajari undang-undang yang mengatur tentang transparansi dan akuntabilitas pejabat publik. Dengan pengetahuan hukum yang dimilikinya, ia menyusun proposal reformasi yang ia ajukan kepada anggota DPR lainnya. Ia juga tidak segan-segan menulis opini di berbagai media massa, menuntut penjelasan mengapa seorang Ketua DPR memilih untuk tidak pernah muncul di hadapan publik, dan menyarankan pembentukan komisi investigasi internal untuk menilai integritas kepemimpinan di DPR.

—------------------------------------------------

Nada kemudian mengorganisir aksi demonstrasi yang damai dan beradab di depan gedung DPR. Bersama teman-teman aktivis dan mahasiswa lainnya, mereka membawa spanduk bertuliskan, "Pemimpin Sejati Tidak Bersembunyi!" serta "Wakil Rakyat Harus Ada Untuk Rakyat!". Demonstrasi ini menarik perhatian media, memaksa DPR dan bahkan publik lebih luas untuk mempertimbangkan pertanyaan penting yang diajukan oleh Nada: apakah seorang pemimpin yang bersembunyi masih layak memimpin?

Nada tidak menyangka bahwa tulisannya di media sosial bisa menjadi sebesar ini. Dengan cepat, kritik tajamnya mengenai pejabat-pejabat yang tidak bertanggung jawab, termasuk Ketua DPR yang tak pernah menampakkan wajah, menjadi viral. Nada menulis dengan gaya yang penuh energi dan keberanian, menyentuh hati rakyat yang merasa suara mereka sering diabaikan. "Pemimpin yang baik adalah mereka yang ada di depan untuk mendengarkan, bukan bersembunyi di belakang tirai kekuasaan," tulisnya dalam salah satu postingan yang disukai puluhan ribu orang.

Video-video Nada ketika berbicara di depan umum, dengan gaya bicara yang lugas namun elegan, menyebar luas. Dalam setiap kata-kata yang ia lontarkan, terdengar jelas ketulusan dan semangatnya. Alan Maheswara, yang kebetulan melihat video tersebut dari layar komputernya di kantornya yang sepi, terpana. Ada sesuatu dalam diri Nada keberaniannya, kecerdasannya, kepeduliannya terhadap keadilan yang menyentuh hati Alan. Dia bisa merasakan bahwa Nada bukan hanya seseorang yang bicara untuk mendapatkan perhatian. Tidak, Nada adalah orang yang ingin mengubah sistem dari dalam.

Namun, Alan juga merasakan kecemasan yang dalam. Bapak Gio, salah satu politisi berpengaruh dan penuh intrik, sedang menyusun rencana untuk menyingkirkan siapa pun yang berani menantang otoritasnya. Nada, dengan kritik-kritik tajamnya, berada dalam bahaya besar. Alan tahu terlalu banyak tentang apa yang terjadi di balik layar politik, dan yang ia tahu tidak memberinya kenyamanan. Gio tidak main-main dan Alan harus bergerak cepat untuk melindungi Nada.

Dengan penuh tekad, Alan mulai mencari tahu lebih banyak tentang gadis yang telah menggerakkan hatinya ini. Ia mulai mengunjungi akun Instagram Nada, mengamati setiap postingan, video, bahkan foto-foto kecil yang menunjukkan kehidupan sehari-hari gadis itu. Alan menyadari bahwa Nada tidak hanya berbahaya bagi musuh-musuhnya, tapi juga kunci untuk revolusi yang ia impikan revolusi yang menginginkan transparansi dan keadilan di negaranya.

Tapi Alan harus hati-hati. Rencananya untuk menyamar sebagai Ketua DPR yang tidak pernah muncul di depan publik adalah bagian dari strategi besarnya. Hanya dengan mengamati dari bayang-bayang, Alan bisa mengetahui siapa di antara anggotanya yang benar-benar bekerja untuk rakyat, dan siapa yang hanya peduli pada diri sendiri. Dan kini, dia tahu bahwa untuk mewujudkan revolusi ini, dia membutuhkan sekutu seperti Nada. Tapi dia juga sadar, melibatkan Nada berarti menempatkan gadis itu dalam bahaya lebih besar.

Apa yang harus ia lakukan? Alan merasa tertarik pada Nada bukan hanya sebagai sekutu, tapi juga sebagai seseorang yang mungkin bisa memahami ambisi besar dan kesepiannya sebagai pemimpin tersembunyi. Dia harus melindunginya, bahkan jika itu berarti mengungkapkan identitas aslinya. 

     Saat Alan terus meng-scroll Instagram Nada, matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah postingan menarik: sebuah toko kue kecil di tengah kota yang ternyata milik Nada. Toko itu tampak hangat dan penuh cinta, persis seperti kepribadian Nada yang ia lihat dari media sosial. Sebuah ide muncul di benaknya bagaimana jika ia menyamar sebagai asisten di toko kue Nada? Ini akan menjadi cara sempurna untuk mengenal gadis itu lebih dekat tanpa harus mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya.

Alan merasa ini adalah langkah terbaik untuk memahami Nada dan juga melindunginya dari ancaman-ancaman politik yang ada. Tanpa ragu, Alan pergi menemui ibunya. Ia tahu, apa pun keputusannya, ibunya selalu menjadi tempatnya berdiskusi.

"Ibu, sepertinya aku tak bisa terus diam," ucap Alan dengan suara mantap. "Aku harus turun ke lapangan, tapi masih dengan penyamaran yang sudah berjalan selama ini."

Ibunya menatap Alan dengan penuh perhatian. Ia tahu sifat anaknya yang selalu penuh perhitungan dan tidak pernah mengambil keputusan gegabah. Tapi, kali ini ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam sorot mata putranya—lebih dari sekadar ambisi politik, ada perasaan personal yang menggerakkan hatinya.

"Nak, ini tidak seperti biasanya," jawab sang ibu dengan lembut. "Apakah kamu sudah memikirkan ini dengan baik? Ibu tahu betul sifatmu yang selalu teliti dan waspada. Jika kamu merasa ini adalah keputusan terbaik, ibu akan mengizinkanmu. Tapi, tolong jaga dirimu dan jangan lupa kabari ibu setiap saat, oke?"

Alan tersenyum, merasakan dukungan tulus dari ibunya. Ia sadar, misinya untuk mengubah negara ini tidak bisa dilakukan sendirian, dan Nada dengan keberanian serta ketulusannya mungkin akan menjadi sekutu yang lebih penting daripada yang ia bayangkan sebelumnya. Namun, kali ini, Alan juga harus melindungi hatinya, karena semakin dekat ia dengan Nada, semakin sulit baginya untuk hanya melihat gadis itu sebagai sekadar alat dalam revolusi besar yang sedang ia rencanakan

Suara NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang