publish : June 05, 24
repost : Oct 04, 24•••
Awalnya Sakha memang tidak bisa tidur. Namun saat fajar sudah terlihat dia malah mengantuk. Alhasil dia tertidur dengan posisi yang sama sejak semalam, memeluk Phoenix.
Saat pagi tiba Sakha tetap bangun lebih dulu dari Phoenix. Matahari telah muncul setinggi tombak. Suasana yang mulai benderang membuatnya dapat melihat wajah cantik Phoenix dengan lebih jelas. Gadis itu masih pulas tertidur berbantalkan lengannya. Dan jangan lupakan kedua tangannya berada di dada Sakha, seperti anak kucing yang meminta perlindungan.
Phoenix benar-benar sangat cantik meskipun dalam keadaan seperti sekarang. Wajahnya terlihat sangat mulus dan bersih, bahkan Sakha tidak melihat pori-pori dari jarak sedekat ini. Bulu matanya panjang dan lentik alami. Hidungnya mancung dengan pas. Pipinya kemerahan dan sedikit mengembang, Phoenix memang bukan tipe perempuan yang kurus langsing, tubuhnya berisi dan kelihatan sehat.
Sakha benar-benar tidak pernah sedekat ini dengan perempuan manapun, selain ibunya ketika beliau masih hidup tentu saja. Dan jujur dia tidak pernah berani menyukai seorang gadis meskipun secara diam-diam. Dan sekarang jantungnya tengah berdebar-debar, bahkan itu terjadi sejak semalam.
Saat kedua mata Phoenix terbuka jantung Sakha otomatis berdegup lebih kencang dan cepat daripada sebelumnya. Dia seperti tengah tertangkap basah sedang mencuri. Bahkan mungkin Phoenix akan bisa mendengar degupannya.
"Lo lucu." kata pertama yang keluar dari mulut Phoenix setelah bangun. Gadis itu tersenyum melihat Sakha kaget karena dirinya terbangun. "Lo liatin gue dari tadi? Gue cantik banget, ya?"
Tuduhan Phoenix membuat pipi Sakha memerah. Hal itu membuat Phoenix tidak dapat menahan diri untuk mencubit pipi lelaki di hadapannya.
"Lo lucu banget."
"Ah, tahi lalat lo banyak banget. Lucu banget jaraknya deketan."
Pujian pertama yang pernah di dengar Sakha selama hidupnya dari gadis secantik Phoenix membuatnya melupakan nasib malang yang selama ini selalu menghampirinya. Sakha tidak menyangka jika Phoenix seterbuka ini pada orang lain, terlebih pada orang sepertinya yang tidak level dengannya. Sakha tidak tahu jika Phoenix memang sehumble itu pada siapapun karena ayahnya memang mendidiknya dengan baik.
Dari jarak sedekat itu Phoenix dapat meneliti wajah Sakha. Wajah Sakha memang tidak setampan Fino dan Sadam yang menjadi favorit para perempuan di sekolah mereka, tapi dia cukup menarik. Wajahnya standar namun tidak mudah dilupakan dan tidak membosankan untuk dilihat. Matanya agak sipit dan sorotnya terlihat polos, hidungnya mancung sempurna, jangan lupakan juga beberapa tahi lalat yang menjadi poin penting di wajah Sakha. Di pipi kirinya ada empat tahi lalat yang saling berdekatan, dan satu lainnya ada di bawah mata kanannya.
Phoenix bangun setelah membuat wajah Sakha merah padam. Dia dapat melihat matahari muncul di kejauhan dari balik lautan, indah sekali. Namun rasa ingin buang air kecil membuatnya meringis.
"Sakha, gue mau pipis."
Sakha bingung dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Anterin gue cari tempat, gue gak mau pipis di pantai itu."
"Ah, i-iya."
Akhirnya keduanya beranjak dari tempat itu. Berjalan mencari tempat yang sesuai daripada di pantai. Tidak lupa Sakha membawa serta ransel bermerk jansport coklat yang tentu saja kw miliknya.
Mereka berjalan sekitar dua puluh menit dan menemukan keindahan yang tersembunyi di dalam pulau itu. Ada air terjun setinggi lima meter yang airnya membentuk sungai berdiameter sekitar dua meter yang kemudian mengalir menuju lautan. Keadaannya benar-benar masih terjaga dan sangat asri.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHAPHOENIX ABC
Cerita PendekSakha dan Phoenix bukan teman yang akrab pada awalnya, namun sebuah kecelakaan mengharuskan mereka bertahan hidup hanya berdua di sebuah pulau aneh. Dalam kurun waktu yang singkat dalam kesusahan yang dilalui bersama keduanya saling jatuh hati dan m...