5. Eine schlechte Sache 🔞

126 76 79
                                    

NOTE: DOSA DITANGGUNG SENDIRI!!

HAPPY READING ROW!

Flashback on

"Karl, ayo sentuh tubuhku," goda Magetha Ajnaratta, perempuan cantik itu mendekati Karl dengan sentuhan sensual. Karl menatapnya tanpa bicara, lalu langsung meraup bibir Getha dengan gerakan tergesa-gesa. Getha tersenyum miring sebelum terbuai dalam permainan panas yang Karl mulai.

Tangan Karl bergerak cepat masuk ke dalam baju Getha, mencari pengait bra miliknya. Dengan mudah, dia menemukannya dan perlahan mulai membukanya. Namun, sebelum Karl melangkah lebih jauh, Getha tiba-tiba mendorong dada bidangnya dengan lembut, menghentikan Karl di tengah-tengah.

"Why?" tanya Karl dengan dahi berkerut, merasa permainannya baru berjalan seperempat jalan.

"Aku nggak bisa," ujar Getha pelan, tatapannya beralih ke bawah, tak berani menatap Karl. Ada ketegangan dalam suaranya, tapi dia tak bisa mengungkapkan alasannya dengan jelas.

Karl, tak terima dengan penolakan itu, merengkuh pinggang ramping Getha. "Kenapa? Tadi kamu yang mulai menggoda, kan?" Nadanya dingin dan penuh tuntutan. Getha hanya menggeleng, tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Rasa geram menyelimuti Karl.

Tanpa banyak bicara lagi, Karl berdiri, mengambil borgol dan sebuah alat dari laci-sebuah dildo-yang membuat mata Getha terbelalak penuh ketakutan. "Sayangnya, permainan kita nggak bisa berhenti di sini, Magetha" ujar Karl dengan suara dingin, mulai memborgol tangan mulus Getha dan melucuti pakaiannya.

Karl memasang borgol di pergelangan tangan Getha dengan gerakan cepat, tatapannya tajam dan tak terbaca. Getha terdiam, tubuhnya menegang, namun dia tetap bungkam. Dia tahu dia telah membangunkan sisi gelap Karl, dan sekarang tak ada jalan kembali.

"Kamu sendiri yang mulai," gumam Karl dengan nada rendah, meraih alat yang sudah disiapkannya, memainkan dildo itu seperti ancaman terselubung. Tatapan Karl penuh hasrat yang tak terbendung, membuat Getha semakin gemetar.

Karl mendekat, menariknya lebih dekat dengan paksa. "Jangan menolak, Getha. Kamu tahu ini akan menyenangkan," ujarnya dengan senyum sinis. Getha berusaha menghindari tatapannya, namun Karl tidak memberinya pilihan.

Karl terus melucuti pakaian Getha dengan perlahan, menikmati setiap detik dari ketegangan yang ada. Tangan Karl mulai menyentuh kulitnya, membuat Getha semakin terperangkap dalam permainan yang dia sendiri tidak lagi inginkan.

Namun, jauh di dalam hatinya, rasa takut perlahan muncul, tetapi terbungkam oleh situasi. Karl sudah terlalu jauh, dan Getha tidak berani melawan. Dia hanya bisa menunggu, berharap permainan ini segera berakhir.

Karl mulai memberikan pelumas pada dildo itu dan menaruhnya di atas laci.

Ia mulai menyentuh kaki Getha dan membukanya hingga kini terpampang jelas milik Getha.

Karl mulai memainkan lubang itu dan menyentuh titik g-spot, ditemani suara indah Getha tangannya semakin cepat mengocok milik Getha.

"Shh ah, pel-anh Karl," tangan Getha meremas seprai membuat seprai yang tadi rapih menjadi tidak beraturan.

Dirasa lubang milik Getha sudah basah, Karl mengambil dildo tadi dan memasukkan perlahan hingga mentok.

Perih, panas namun sensani enak dirasakan Getha saat dildo berukuran sedang itu memasuki vagina miliknya.

Karl membuka celananya dan menampilkan miliknya yang besar, tegap dan berurat.

Karl menyuruh Getha duduk tanpa mengeluarkan dildo itu, Gheta menahan desahannya susah payah.

Karl Norbert {DämonenmannTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang