"Sano Shinichirou, dia ditemukan meninggal dibengkelnya dengan luka parah di kepalanya!!".
"Eh?". Ucap Yuki.
Gelap.
Adalah kata yang cocok untuk menggambar perasaan Yuki saat ini.
Dunianya seakan terhenti.
Padahal Ayahnya dan pelayan itu sedang berbincang dengan wajah yang panik.
Tapi anehnya, Yuki hanya terdiam tanpa melakukan apa apa.
Ayah Yuki berkali kali bertanya pada pelayannya apakah hal yang dikatakannya adalah kebenaran, dan pelayan itu tetap mengatakan kalau dia jujur.
Wakamatsu membawa Yuki pergi bersamanya menuju tempat kejadian.
Diperjalanan, Yuki masih terdiam dengan tatapan kosong.
Malam itu terasa sangat sunyi, padahal banyak sirine mobil polisi yang terdengar, dan orang orang berkumpul.
Turun dari mobil, Wakamatsu terus memegangi tangan Yuki yang masih belum mengatakan apapun.
Wakamatsu punya beberapa kenalan diantara polisi yang ada disana, ia pun menanyakan apa yang terjadi.
Tak lama Yuki melihat Mikey yang juga berdiri sendiri dengan wajah panik.
Yuki juga melihat, Baji dan Kazutora yang dibawa masuk ke mobil polisi.
Baji yang melihat wajah Mikey dan Yuki mulai memasang wajah bersalah dan menangis.
"Maaf... Maafkan aku, Mikey... Yuki...". Ucap Baji dengan suara lirih.
Kazutora menolak untuk menatap, Mikey, tapi ia terkejut dengan sosok Yuki yang ada diantara keramaian.
Berbeda dengan Baji yang menangis dan meminta maaf, Kazutora hanya memalingkan wajahnya.
Mereka pun dibawa masuk kedalam mobil polisi dan pergi.
Semuanya masih terlihat samar bagi Yuki, sampai ia melihat sebuah kantung mayat yang dibawa oleh polisi masuk kedalam mobil ambulance.
Yuki masih dengan tatapan kosongnya.
Aneh, Yuki sama sekali tidak bisa menangis, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Mungkin Yuki sedang bermimpi.
Tapi semuanya terasa nyata Dimata Yuki.
Mikey berlari mendekati Yuki dan memegangi kedua tangan Yuki.
"YUKI!".
Yuki terbangun dari lamunannya ketika Mikey berteriak didepannya.
"Yuki... Kau baik baik saja?". Tanyanya.
Kenapa Mikey bertanya tentang keadaan Yuki, padahal kakaknya kehilangan nyawanya?
Kenapa yang ia khawatirkan adalah orang lain, kenapa ia tidak bertanya pada dirinya sendiri?
"Mikey... Shin-chan...".
Yuki mulai menangis sambil memegangi tangan Mikey.
"Aku... Hiks... Padahal aku mau melihat kembang api bersamanya... Padahal dia berjanji... Hiks... 6 tahun lagi aku bisa menjadi kekasihnya... Hiks... Mikey... Aku harus bagaimana?".
Perasaan Mikey bercampur antara sedih dan marah, hatinya hancur ketika ia mendengar saudaranya meninggal, dadanya juga terasa sakit ketika melihat Yuki yang biasanya ceria, menjadi putus asa.
Semuanya menjadi abu abu.
Yuki masih menangis sambil memegangi tangan Mikey.
"Aku akan menjagamu, Yuki!". Ucap Mikey sambil memeluk erat tubuh Yuki.
----
Besoknya Shinichirou dimakamkan.
Semua tamu memakai setelan Hitam, tanda berkabung.
Mikey dan Yuki berpegangan tangan sambil membawa bingkai foto Shinichirou.
Emma, Draken, Pah-chin, dan Mitsuya duduk agak berjauhan dari Mikey dan Yuki.
Mata Emma terlihat bengkak akibat semalaman menangis, Draken mencoba membuat Emma tenang.
Sedangkan yang lainnya masih terdiam sambil menundukkan kepala.
Wakamatsu mengatakan Baji tidak ikut serta dalam pembunuhan Shinichirou, dan dia hanya mendapat hukuman 2 bulan di penjara anak, sedangkan Kazutora akan menjalani hukuman selama 2 tahun dalam penjara anak.
"Mikey... Aku... Ke kamar mandi sebentar". Ucap Yuki.
"Aku akan mengantarmu...".
Yuki menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu, aku hanya ingin buang air kecil sebentar, jangan khawatir ".
Sejak pergi dari tempat kejadian, Yuki tidak pernah terlihat menangis lagi, ia justru terlihat lebih tenang walau suaranya masih belum bisa kembali terdengar ceria.
Yuki pun pergi sendirian menuju kamar mandi.
"Ojou-sama sangat kuat, dia bahkan tidak menangis diacara ini". Ucap salah satu pelayan keluarga Shiraishi yang melihat Yuki berjalan menuju toilet.
Mikey yang mendengar kata kata pelayan itu, memutuskan untuk ikut pergi mengikuti Yuki diam diam.
Mikey menunggu Yuki di lorong, tapi Yuki tidak kunjung keluar dari toilet, Mikey pun memutuskan untuk mencoba mendekati pintu toilet dan mendengar isakan tangis seseorang.
Suara itu berasal dari Yuki.
Mikey tahu Yuki tidak menangis karena tidak ingin membuat Mikey khawatir, terlebih yang meninggal adalah keluarga Mikey.
Mikey pun pergi meninggalkan Yuki yang masih menangis, kembali ke bangku yang sebelumnya ia duduki.
"Sano-kun...".
Wakamatsu, ayah Yuki mendekati Mikey.
"Boleh aku duduk disebelah mu?".
Mikey mengangguk.
"Aku turut berduka cita, Shinichirou-kun adalah orang yang baik".
Mikey terdiam.
"Selama ini, ia selalu menjaga anakku, aku berhutang banyak padanya".
"Terima kasih paman".
----
Setelahnya, semua orang kembali menjalani kehidupannya masing, masing, Yuki sudah mulai tenang dan menerima kenyataan.
Hingga 2 tahun sudah dilewati, dan sekarang Yuki sudah masuk SMP.
----
Yuki memutuskan untuk bersekolah di SMP yang berbeda dari Mikey dan Emma, ia memilih sekolah yang sedikit lebih jauh dari rumahnya untuk mencari suasana baru, yang lainnya tidak keberatan dengan keputusan Yuki, hanya saja Mikey merasa sedikit khawatir.
Untungnya dihari pertama masuk, Yuki satu kelas dengan Tachibana Hinata, seorang gadis yang cukup ceria dan bersemangat, orang yang cocok untuk dijadikan teman oleh Yuki.
Siang itu jam istirahat sedang berlangsung, Yuki memutuskan untuk pergi ke kantin sekolah untuk membeli beberapa makanan.
Sampai ia terhenti disebuah ruangan kelas.
"Apa kalian kenal Shiraishi Yuki?!". Seru seorang anak laki laki dengan tampilan yang cukup menarik perhatian.
Selain anak laki laki itu, ada beberapa orang juga yang sepertinya sedang membicarakan hal hal yang berkaitan dengan geng.
Mendengar namanya disebut, Yuki memasuki kelas itu dan berdiri dibelakang anak yang menyebut namanya.
"Apa kalian mencariku?". Tanya Yuki.
Sontak orang orang yang berkumpul terkejut dengan kedatangan Yuki.
"Ah! Hanagaki-kun!". Seru Hinata sambil menunjuk orang yang menyebut namaku.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Revenger : King of Tokyo (Revisi Ver.)
Fanfic"Kenapa?". ucap gadis itu yang memperhatikan mayat pria yang ia sayangi sedang dibawa menuju ambulance. Ketiga pria terdiam dibawah terangnya sirine mobil polisi yang sudah mengelilingi tempat nya. Pandangannya gelap, bahkan lebih gelap dari malam d...