4. Pertemuan Pertama

57 6 0
                                    

Happy reading semuanya:)
Typo is seni:v

Detik demi detik berlalu. Tak terasa sudah hampir tiga tahun Rafka berada di tubuh ini. Siang ini suasana sedikit mendung. Awan hitam menghiasi langit siang menyembunyikan sang mentari. Rafka duduk lesehan bersandar di dinding teras depan rumahnya. Di tangannya terdapat sebuah buku bersampul coklat yang ia pinjam dari perpustakaan tadi pagi. Di sampingnya ada sebuah boneka karakter rubah lucu berukuran sedang.

Netra mata rubah serupa langit malam bertabur bintang itu tampak bergerak mengikuti barisan kata yang tersusun apik di buku miliknya. Ia terhanyut dalam rangkaian kata indah. Suasana senja yang tenang membuatnya semakin hanyut dalam bacaannya itu.

Namun ketenangannya tak bertahan lama, sosok anak laki-laki seusia dirinya berlari masuk ke halaman rumahnya dengan wajah yang dipenuhi oleh air mata. Anak laki-laki itu tampak mendekati Rafka.

"Rafka!"

Rafka mendongakkan kepalanya dan menatap anak laki-laki itu. Ia sedikit terkejut saat melihat raut wajah kacau anak itu.

"Gala? Kenapa kok nangis?"tanyanya menatap anak laki-laki yang kini duduk di depannya.

"Rafka aku gak mau pisah dari kamu."jawab Gala membuat Rafka menyerngit bingung.

"Maksud kamu?"

"Hiks, tadi kakek bilang sama aku kalo aku bakal pindah ke kota. Aku harus tinggal lagi sama orang tua aku."

Mendengar itu Rafka tersenyum. "Terus kenapa? Harusnya kamu senang karena bisa kumpul lagi sama keluarga kamu. Kamu bilang kalo kamu punya adik kan? Pasti adik kamu senang karena bisa bareng kamu lagi."

Gala terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Tapi kamu gimana? Aku gak mau ninggalin kamu."

"Kita masih bisa ketemu kok, nanti kalo kamu liburan kamu bisa kesini."jawab Rafka membuat Gala menghela napas pasrah.

Rafka terkekeh kecil. Ia mengambil boneka rubah yang ada di sampingnya dan memberikannya pada Gala. "Ini buat kamu, anggap aja ini kenangan-kenangan. Hadiah perpisahan."ujarnya.

Gala menerima boneka itu dan mengelusnya. "Makasih aku bakal jaga boneka ini."

"Sama-sama."


✿✿✿


"Kepala aku pusing banget! Masa iya kita disuruh ngitungin mobil jalan." Edo mendengus kelas. Ia merebahkan kepalanya di atas meja menatap ke arah Rafka yang tengah sibuk dengan soal-soal matematika yang diberikan oleh gurunya sebagai PR.

Setelah kepindahan Gala, Edo menjadi teman sebangku Rafka yang baru. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, mereka kini berada di bangku kelas enam, dua bulan lagi mereka akan lulus SD.

Rafka terkekeh kecil. Ia menutup bukunya dan menatap Edo yang juga menatapnya. "Namanya juga mikir, wajar kalo pusing. Kalo pusing gak mikir namanya."

Mendengar perkataan Rafka, Edo kembali mendengus. Ia kemudian menegakkan tubuhnya. "Ya tapi apa faedahnya coba ngitung jalannya mobil. Bikin pusing."

Rafka menggeleng. "Udah gak usah ngeluh terus. Kamu mau gak?"tanya Rafka sembari mengeluarkan bekal dari dalam laci mejanya. Ia membuka tutup bekalnya memperlihatkan kue bolu dengan selai strawberry yang dibuat oleh dirinya. Kemarin ia iseng membuat kue bolu kesukaannya saat di kehidupan pertamanya. Beruntung ia masih mengingat dengan jelas langkah-langkah dan bahan-bahan yang dibutuhkan.

"Wah, aku mau." Edo menatap penuh binar kue bolu yang dibawa Rafka itu.

"Ambil aja."ujar Rafka mempersilahkan Edo untuk mengambilnya.

Rains In Heaven (Huang Renjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang