6. Gempa Bumi

33 4 1
                                    

Happy Reading semuanya:)
Typo is seni:)




5 tahun kemudian...

Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa sudah lima tahun Rafka berada di dunia ini. Ia bersyukur sekali karena bisa melewati salah satu plot penting di novel ini yang menjadi awal mula dari kehancuran hidup si pemilik tubuh. Plot dimana ia pindah ke kota dan tinggal bersama keluarga sang ayah. Plot itu harusnya terjadi satu tahun yang lalu, Rafka asli memutuskan untuk melanjutkan SMA nya di kota dan tinggal bersama dengan keluarga sang ayah.

Di sana ia akan bertemu dengan Valerie, anak adopsi Mareta, ibu dari Charles. Mareta meminta Wilona dan Charles untuk mengasuh Valerie. Valerie menjadi satu-satunya anggota keluarga perempuan dan menjadi kesayangan semua orang termasuk tokoh protagonis pria kedua yang menjadi sahabat dekat Dilan.

Di novel dijelaskan jika Rafka asli iri dengan kasih sayang yang keluarga ayahnya berikan pada Valerie, ia selalu berusaha mengganggu dan menghina Valerie. Puncaknya ia dengan tega mendorong gadis itu dari tangga dan membuatnya masuk rumah sakit. Semua orang marah padanya, sang ayah bahkan dengan tega menghukum cambuk dirinya dan mengurungnya dalam ruang bawah tanah. Bukannya sadar, Rafka asli malah semakin menjadi, ia terus saja menghina dan mengganggu Valerie.

Rafka bersumpah ia tidak akan membiarkan nasibnya sama dengan nasib si pemilik tubuh. Ia akan berusaha untuk memperbaiki semuanya. Ia akan menjauh dari alur novel. Toh ia hidup dengan nyaman di desa. Ia hanya harus belajar giat dan sukses di masa depan. Ia bermimpi menjadi dokter, persis seperti impiannya dulu.

"Woi Raf, ngelamun mulu kamu, ngelamunin apa sih?"tanya Edo menepuk pelan pundak Rafka. Mereka sekarang ada di kantin sekolah menikmati waktu istirahat.

Rafka menggeleng. "Bukan apa-apa. Pesanan aku mana?"

"Nih, bakso tanpa sayur dan sebotol air mineral."ucap Edo memberikan mangkok bakso milik Rafka dan sebotol air mineral.

"Makasih Edo." Rafka menerima pesanannya. Ia terlebih dahulu berdoa sebelum makan.

"Raf, dengar-dengar bentar lagi bakal kemah. Kamu ikut?"tanya Edo mencampur lima sendok sambal ke dalam bakso pesanannya.

"Kamu tahu darimana?" Rafka bertanya penasaran.

"Dari--"

"Wah, kejam banget kalian! Makan gak ajak-ajak." Seorang pemuda dengan seragam rapi duduk di samping Edo. Ia meletakkan sepiring batagor dan es teh manisnya.

"Berisik kamu Ri, gabung mah gabung aja. Gak usah kebanyakan drama."sewot Edo menatap kesal kedatangan temannya itu.

"Fajar mana Ri? Biasanya kalian bareng." Rafka bertanya saat tak melihat keberadaan kembaran dari teman barunya itu. Setelah masuk SMA Rafka memiliki dua teman baru, Fajar dan Fajri si kembar dari kampung sebelah yang sering menjadi lawan main sepak bola Edo.

"Lagi ngantri beli somay dia."jawab pemuda itu, Fajri.

"Oh iya kalian tahu gak? Tadi aku abis lewat ruang OSIS gak sengaja denger kalo bentar lagi bakal ada kemah." Fajri bercerita sembari memakan bagatornya.

"Udah tahu, asal kamu tahu ya tadi aku lagi bahas itu sama Rafka."jawab Edo sewot.

"Dih, sewot bener kamu Do." Fajri menatap sinis Edo.

"Udah heh, malah ribut kalian." Rafka melerai.

"Hai guys, kami gabung ya." Mereka bertiga mengalihkan pandangannya dan menatap kearah Fajar yang datang bersama dengan Dewi dan Laras.

Rafka mengangguk. "Duduk aja."

"Thank you Rafka." Dewi berucap senang. Ia langsung duduk di bangku kosong diikuti oleh Fajar dan Laras.

Rains In Heaven (Huang Renjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang