Part 2|Sera Adnan Husein

95 13 5
                                    

Seorang gadis sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Ia juga merapikan blazer yang ia pakai. Ia tersenyum manis melihat penampilannya di cermin.
Ia bersiap untuk bekerja. Pekerjaan pertamanya. Ia berharap ini akan menjadi hari yang menyenangkan.

Sera Adnan Husein. Gadis cantik yang memiliki mata dan rambut coklat panjangnya. Ia menyelesaikan S1 nya di Universitas Indonesia dengan predikat Cumlaude. Ia mampu berkuliah karena mendapat beasiswa. Ia merupakan mahasiswi yang aktif, mengikuti beberapa kegiatan di kampusnya. Ia juga bekerja paruh waktu untuk mengisi kekosongan waktunya. Ia juga pernah menjadi Assisten Dosen.

Namun di balik kecerdasannya, ia memiliki sifat ceroboh. Sering kali ia menjatuhkan benda yang ia pegang atau yang ada di sampingnya. Seperti pagi ini, ia hampir saja menabrak penjual es cendol dan hampir saja menjatuhkan handphone seseorang yang juga ingin naik angkot. Ia bercita-cita menjadi orang yang sukses agar mampu membantu pengobatan Ibunya. Ibunya divonis memiliki penyakit kanker hati dan usianya tidak akan lama lagi. Ia optimis untuk mampu membawa Ibunya operasi di luar negeri.

Ayahnya telah meninggal sejak ia masih SMA karena kecelakaan. Ibunya banting tulang untuk menyekolahkannya dan menghidupinya. Ia ingin membalas jasa Ibunya. Sera sudah tiba di depan sebuah perusahaan besar. Wijaya Corps. Ia segera menuju resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan Direktur. Sang resepsionis segera menghubungi Direktur Nathan dan menyuruh Sera untuk menunggu sebentar. Tak lama, seorang gadis memanggil namanya. Sera tersenyum lalu mengikuti gadis tersebut untuk menuju ke ruangan Direktur.

"Pak Nathan sudah menunggu di dalam. Silahkan masuk." ucap gadis muda tersebut. Sera mengangguk. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih.

Sera memutar knop pintu dengan perlahan. Ia sangat gugup. Bahkan untuk membuka pintu pun tangannya gemetaran.

"Permisi." ucap Sera.

Nathan yang melihat kedatangan Sera segera merapikan letak dasinya dan menegakkan posisi duduknya. Ia menyuruh Sera duduk di hadapannya.

"Sera Adnan Husein?" Ucap Nathan. Sera mengangguk kaku, ia begitu gugup.

"Lulusan Universitas Indonesia dengan predikat Cumlaude?" ucap Nathan begitu membaca biodata dan CV milik Sera. Sekilas ia melirik gadis itu lalu kembali membaca biodatanya.

"Pengalaman apa yang kamu miliki?" tanya Nathan. Sera meremas tangannya karena gugup.

"Pe-pengalaman?"

"Iya. Kamu pernah bekerja dimana sebelumnya?"

"Saya pernah bekerja di Cafe saat kuliah. Dan pernah menjadi Assisten Dosen."

"Apa kamu merasa senang jika saya menerima kamu bekerja disini?" tanya Nathan. Ia mencoba menggoda Sera.

"Tentu."

"Apa kamu masih gadis?" Sera jelas tampak terkejut mendengar pertanyaan Nathan. Ia membulatkan matanya.

"Saya masih gadis. Saya belum pernah menikah dan belum pernah berhubungan." Nathan tersenyum dalam diam. Ia tidak menampilkan senyumannya.

"Oh ya? Bagaimana cara saya membuktikannya?" Sera kembali membulatkan matanya. Ia tidak percaya Nathan akan bertanya seperti itu padanya. Ia hanya terdiam. Tidak mampu menjawab pertanyaan Nathan.

"Baiklah jika kamu tidak bisa menjawab. Saya terima kamu bekerja disini. Mulai hari ini juga kamu menjadi sekretaris saya. Meja kamu ada di sebelah sana." ucap Nathan. Ia menunjukkan meja khusus sekretaris yang berada di samping rak buku milik Nathan. Sera mengangguk. Ia mengucapkan terima kasih pada Nathan lalu menuju mejanya. Ia mulai merapikan barang-barangnya dan menatanya di meja.

Nathan mengikuti setiap gerakan tubuh Sera. Matanya tak henti-hentinya menatap Sera. Nathan berdehem singkat membuat Sera menghentikan gerakannya dalam menata barang-barangnya lalu menatap Nathan.

"Ada apa Pak? Apa ada yang bisa saya bantu?" Nathan menggeleng singkat. Ia berpura-pura menatap laptopnya. Sera kembali menata barang-barangnya dan duduk di kursinya.

'Mama kasih waktu kamu 2 minggu. Jika dalam 2 minggu kamu nggak bawa cewek kesini, terpaksa Bunda jodohin kamu sama Gina'

Ucapan mamanya beberapa hari lalu kembali terngiang di otak Nathan. Ia menatap Sera dengan tatapan kagum. Mungkinkah Sera yang akan ia kenalkan pada mamanya lalu melamar Sera untuk menjadi istrinya? Nathan menggeleng. Ia bahkan belum mengenal Sera dengan baik. Ia tidak boleh bertindak gila. Sera jelas bukan calon istri idamannya.

"Gue bisa gila." ucap Nathan.

Sera menatap Nathan yang tengah memijat keningnya. Ia mengambil minyak kayu putih di dalam tasnya. Ia melangkahkan kakinya menuju meja Nathan lalu memberikan minyak kayu putih tersebut kepada bosnya itu.

"Bapak kayaknya kurang sehat. Saya punya minyak kayu putih. Mungkin bisa sedikit meredakan pusing." ucap Sera. Nathan berdehem singkat. Ia tidak mengucapkan terima kasih karena nyatanya ia tidak pernah mengucapkan terima kasih kepada siapapun.

***

Jam makan siang tiba. Sera melangkahkan kakinya menuju kantin kantor. Ia berjalan sendirian karena ia belum memiliki teman. Ia memesan capuccino untuk meredakan kantuknya.

"Hai, boleh duduk sini?" Seorang gadis berpipi merona menghampiri Sera. Ia tersenyum manis pada Sera.

"Hai, silahkan." jawab Sera ramah.

"Kenalin gue Dara. Gue bagian keuangan di kantor ini." ucap gadis yang diketahui bernama Dara tersebut. Sera tersenyum seraya membalas uluran tangan Dara.

"Gue Sera. Sekretaris baru pak Nathan." Mendengar ucapan Sera membuat Dara tersedak. Ia segera meminum minumannya lalu menatap Sera dengan tidak percaya.

"Sekretaris baru pak Nathan? Astaga, gue harap lo betah ya. Kemarin sekretaris pak Nathan yang lama baru aja dipecat cuman karena telat kasih laporannya ke pak Nathan." ucap Dara. Sera mengerutkan keningnya.

"Asal lo tau ya, pak Nathan itu orang paling dingin yang pernah gue temui. Dia bahkan jarang banget ngobrol sama karyawannya. Nyapa aja gak pernah. Ya emang sih dia ganteng dan berwibawa. Tapi sikapnya yang dingin itu buat gue gak suka." ucap Dara menjelaskan. Sera mengerutkan keningnya. Nathan tidak pernah menyapa karyawannya? Sulit dipercaya.

"Permisi."

Dara tersentak saat melihat Nathan yang tiba-tiba sudah berada di belakang Sera. Sera menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang berbicara. Dara segera berdiri dari kursinya.

"Emmm Sera, makanan gue udah habis nih. Kita besok makan siang bareng lagi ya. Bye." ucap Dara gugup.

Sepeninggal Dara, Nathan uduk di kursi yang baru saja diduduki oleh gadis itu.

"Selamat siang pak Nathan." sapa Sera. Nathan berdehem.

"Apa yang dibicarakan Dara tadi?" tanya Nathan. Sera menatap Nathan.

"Dia hanya memperkenalkan diri."

"Aku dengar dia menyebut namaku." ucap Nathan. Sera terdiam.

"Dia cuman bilang kalo bapak orang yang berwibawa." jawab Sera berusaha melindungi Dara. Nathan mengangguk.

"Jangan pernah percaya gossip yang dibicarakan karyawan disini." Sera mengangguk. Ia memang tidak mudah percaya dengan orang lain.


Bersambung....

Wedding Agreement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang