Sera duduk di hadapan Gina. Mereka kini berada di sebuah Cafe yang berada di dekat perusahaan Nathan. Gina tiba-tiba menghubunginya dan mengajaknya bertemu. Gina bilang ia akan membicarakan hal yang penting. Dengan terpaksa Sera menyanggupi permintaan Gina.
"Jadi apa yang mau lo omongin?" tanya Sera. Ia mengaduk minuman di hadapannya dengan santai. Gina menyenderkan punggungnya di sandaran kursi lalu bersidekap dada. Ia menatap Sera dengan senyuman sinisnya.
"Lo cinta sama Nathan?" tanya Gina dengan tenang. Seketika Sera menghentikan gerakan tangannya. Ia membeku. Ia menatap Gina dengan alis berkerut. Apa maksud Gina menanyakan hal tersebut?
"Tentu aja iya. Dia suami gue, udah sewajarnya kalo gue cinta sama dia." jawab Sera dengan tenang. Ia membohongi dirinya sendiri.
"Oh ya? Kalo gue gak percaya?" ucap Gina. Ia menaikkan sebelah alisnya. Wajahnya membuat Sera ingin menonjoknya.
"Maksud lo apa sih Gin? Lo gausah ikut campur dalam rumah tangga gue! Lo mau apa? Lo mau rusak rumah tangga gue?" tanya Sera dengan penuh emosi. Ia membanting sendok yang dipegangnya. Gina hanya tersenyum sinis.
"Gue ngerasa kalian berdua nikah bukan karena cinta. Pasti ada apa-apa antara kalian."
"Asal lo tau ya, gue gapernah rela Nathan jadi milik lo. Gue juga yakin Nathan pasti belum pernah nyentuh lo. Sebelum Nathan nyentuh lo, gue pastiin dia bakalan nyentuh gue lebih dulu. Gue akan cari tau ada apa di antara kalian berdua." Lanjut Gina.
Gina bangkit dari duduknya. Ia menenteng tasnya. Ia berjalan menghampiri kursi Sera lalu membisikkan sesuatu sebelum ia pergi dari Cafe tersebut.
"Jadi hati-hati sama gue, gue bakal bongkar apa yang terjadi di antara kalian. Dan gue pastiin Nathan bakal jadi milik gue.. selamanya." Gina menepuk pipi Sera pelan lalu melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari Cafe tersebut. Sedangkan Sera masih membeku di tempatnya. Gina benar-benar sangat berbahaya untuknya.
***
Sera menunggu Nathan pulang. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.30. Namun Nathan belum juga pulang. Biasanya Nathan pulang pukul 19.00 atau paling malam ia pulang pukul 22.00. Namun mengapa sampai sekarang Nathan belum juga pulang? Tak lama telinga Sera menangkap suara berisik di depan pintu apartemen. Sera segera membuka pintu dan melihat Nathan yang berjalan dengan terhuyung-huyung. Sera segera membopong tubuh Nathan. Ia melihat seorang pria berdiri di dekat Nathan.
"Nathan tadi mabuk. Gue juga heran tumben banget dia mabuk sampai kayak gini. Oh iya btw lo siapa ya?" ucap seorang pria yang tadi membawa Nathan pulang. Sera menatap pria tersebut.
"Aku istrinya Nathan."
"Oh jadi lo istrinya Nathan? Sorry ya gue biarin Nathan
mabuk sampai kayak gini. Biasanya dia kalo punya masalah pasti kayak gini. Oh iya gue pulang dulu ya." ucap pria tersebut."Iya makasih...."
Sera terdiam. Ia tidak tahu siapa nama pria tersebut. Seakan mengerti tatapan Sera, pria tersebut tersenyum lalu memperkenalkan dirinya.
"Gue Rafael. Temen kuliahnya Nathan."
"Oh. Makasih ya Raf."
"Oke. Gue pulang dulu."
Rafael pun pergi dari apartemen Nathan. Sera dengan susah payah membopong Nathan ke sofa. Tak lupa ia menutup pintu dan menguncinya. Sera meletakkan Nathan di sofa. Ia melepas sepatu dan jas milik Nathan. Karena sofanya terlalu kecil untuk tubuh besar Nathan, Sera pun segera membawa Nathan ke kamarnya. Dengan susah payah ia menaiki tangga menuju kamar Nathan.
Sera segera membaringkan tubuh Nathan di ranjang king size nya. Nathan sedari tadi meracau dengan tidak jelas. Sera hendak keluar dari kamar Nathan namun tak lama ia kembali karena Nathan memanggil namanya.
"Sera." ucap Nathan dengan lemah. Sera menghampiri Nathan lalu duduk di sampingnya.
"Iya Nath?"
"Jangan tinggalin aku." racau Nathan. Sera mengernyitkan alisnya.
"Aku ga bakalan ninggalin kamu, aku disini. Sekarang kamu istirahat ya." ucap Sera. Ia menarikkan selimut untuk Nathan.
"Jangan pergi." racau Nathan. Tak lama kemudian ia membuka matanya, ia menatap Sera dengan lembut. Ia duduk di samping Sera lalu mengelus rambut Sera.
"Aku sayang sama kamu." ucap Nathan tiba-tiba.
"Nath-"
"Sera, aku sayang sama kamu. Jangan tinggalin aku." ucap Nathan. Ia memeluk Sera dengan erat. Sera merasa kesulitan bernafas karena pelukan Nathan
"Nath sshh.. Sesak Nath." ucap Sera. Nathan melepaskan pelukannya. Ia menatap Sera dengan lembut. Tak lama kemudian ia mencium bibir Sera dengan ganas. Sera merasa terkejut dengan Nathan yang tiba-tiba menciumnya. Ia mendorong tubuh Nathan, namun tenaga Nathan jelas lebih besar darinya. Ciuman Nathan turun ke leher Sera. Sera memekik saat Nathan menciumi seluruh tubuhnya. Ia mencium bau alkohol dari mulut Nathan. Ia menangis dalam diam. Malam ini Nathan menyentuhnya dalam keadaan tidak sadar dan itu membuatnya sakit hati.
"Nath sshh.. lepasin."
Sera berusaha mendorong Nathan. Namun Nathan malah menindihnya dan merobek pakaiannya.
"Kamu milikku. Gaada yang boleh milikin kamu selain aku. Aku cinta sama kamu." ucap Nathan. Ia menciumi sekujur tubuh Sera dengan kasar. Sera terus menangis. Nathan menyakitinya. Malam ini Nathan merenggut kesuciannya dengan kasar. Sera sama sekali tidak merasakan kenikmatan, ia malah merasa kesakitan. Nathan bermain dengan kasar. Ia membuat sekujur tubuhnya terasa sakit. Ia terus menangis.
"Aku cinta sama kamu." racau Nathan. Sera terus menangis. Malam ini menjadi malam yang mengerikan baginya.
Sera menangis di dalam kamarnya. Ia merasa kecewa, kesuciannya direnggut oleh Nathan, meskipun Nathan suaminya, tetapi Nathan telah merenggutnya dengan keadaan tidak sadar. Nathan juga sudah melewati batas. Nathan telah melanggar perjanjian mereka.
Sera terdiam sesaat. Bagaimana jika dia hamil anak nantinya? Apa Nathan mau mengakuinya? Sedangkan Nathan melakukannya secara tidak sadar, Nathan pasti sudah lupa dengan apa yang diperbuatnya. Mengingatnya membuat Sera kembali menangis. Ia harus apa?
****
Nathan terbangun ketika merasakan sinar matahari menerpa wajah tampannya. Ia menggeliat diatas ranjangnya. Ia segera membuka kedua kelopak matanya, ia duduk di atas ranjangnya. Ia menatap sekelilingnya. Ranjangnya sangat berantakan, pakaiannya juga berserakan di lantai. Ia merasa terkejut saat mendapati tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun. Apa yang terjadi? Nathan segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Tubuhnya terasa lelah, ia memerlukan air hangat untuk merilekskan tubuhnya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Agreement
Fiksi PenggemarBagaimana jika kalian menjadi assisten baru dari seorang lelaki tampan namun memiliki sikap sedingin kulkas? Lalu bagaimana jika lelaki tersebut dengan tiba-tiba menawarkan sebuah kesepakatan gila padamu? Sebuah kesepakatan untuk menjalani pernikaha...