Part 18|Pengakuan

66 13 2
                                    

Sera pulang dari restoran dengan menggunakan taxi. Hito dengan baik hati menawarinya tumpangan, namun dengan halus ia menolaknya karena takut nantinya Nathan akan berfikir yang tidak-tidak. Meskipun ia merasa marah dengan Nathan namun ia harus tetap menghargai Nathan sebagai suaminya.

"Makasih neng." ucap sopir taxi saat Sera memberikan uangnya. Sera mengangguk sambil tersenyum. Dengan sedikit kesusahan ia membawa belanjaannya menuju Apartemennya.

"Berat banget astaga." keluh Sera.

Dengan sedikit perjuangan, akhirnya ia sampai di apartemennya. Ia meletakkan belanjaannya di lantai lalu merogoh kunci apartemen yang berada di dalam tasnya.

Clekk..

Pintu terbuka. Ia segera memasuki apartemen dan menyalakan lampu. Nathan belum pulang. Mungkin pria itu lembur. Sera mulai menata buah-buahan dan bahan lainnya ke dalam kulkas. Sejenak ia termenung. Dimana ia akan meletakkan susunya? Jika ia menaruhnya di rak dapur, Nathan pasti curiga. Ia pun memutuskan untuk menaruhnya di kamarnya.

Sera membuka salah satu kardus susu hamilnya. Ia segera menyendok beberapa sendok bubuk susunya lalu menuangkannya ke dalam gelas, ia menambahkan air hangat dan mulai menikmati susunya. Rasanya berbeda dengan susu biasanya. Ia meminumnya sembari meraba perutnya yang masih datar.

"Kalo kamu udah lahir, kamu harus jadi kebanggaan mama sama papa ya. Meskipun papa kamu belum tau kehadiran kamu, kamu harus sehat dan bisa lahir ke dunia ini. Mama sayang sama kamu." Sera mengelus perut datarnya sembari tersenyum. Ia membayangkan anaknya akan lahir dan menjadi anak yang baik dan mampu membuatnya bangga.

Sera menghentikan gerakan tangannya diatas perutnya. Ia terdiam. Bagaimana mengatakannya kepada Nathan? Apakah Nathan akan mempercayainya? Nathan tidak sadar ketika mereka melakukan hubungan tersebut, lalu bagaimana Nathan akan percaya?

Saat sedang memikirkan Nathan tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Nathan masuk sambil melepaskan jasnya. Ia juga menggulung lengan kemejanya serta membuka beberapa kancing kemeja atasnya. Nathan terlihat begitu sexy dengan rambutnya yang acak-acakan. Sejenak Sera terkesima. Kenapa ia baru menyadari bahwa Nathan begitu sempurna? Mungkin Tuhan sedang berbahagia ketika menciptakannya. Nathan begitu sempurna. Ia bagaikan Dewa Yunani dengan segala kesempurnaannya. Mata coklat terang, badan tegapnya, punggungnya yang lebar. Semuanya. Dan kenapa Sera baru menyadarinya sekarang setelah Nathan merenggut kesuciannya? Mengingat hal tersebut, seketika tatapan Sera berubah menjadi penuh kekecewaan dan amarah. Andai Nathan tidak menyentuhnya malam itu, ia tidak akan menderita seperti ini. Tapi dengan segala kesempurnaannya, Sera merasa kekecewaannya sedikit demi sedikit meluntur.

Ia benci mengatakannya. Tapi entah mengapa setiap melihat Nathan ia merasa jantungnya berdetak dengan kencang. Ia tidak mungkin jatuh cinta dengan Nathan. Namun siapa wanita yang tidak akan luluh dengan segala kesempurnaan yang Nathan miliki? Hanya wanita bodoh yang menolak pesona seorang Nathan Emanuel Wijaya.

"Sera."

Sera tersentak. Nathan kini sudah ada di hadapannya. Dan entah mengapa jantungnya seketika berhenti dan ia merasa sesak nafas karena pesona Nathan yang terlalu kuat. Ia segera bernafas sebelum ia mati dengan alasan konyol.

"Y-ya?" jawab Sera gugup.

Nathan terdiam. Matanya tertuju pada kardus susu yang berada di dekat Sera. Susu ibu hamil? Siapa yang hamil? Kenapa Sera membukanya? Apakah Sera meminum susu ibu hamil? Segala pertanyaan tersebut berkecamuk dalam otak Nathan. Ia ingin sekali menanyakannya, namun ia rasa ia tidak perlu menanyakan semuanya. Pandangannya ia alihkan kembali pada Sera. Seketika jantung Nathan berdetak dengan kencang. Entah hanya perasaan Nathan atau memang benar, aura Sera begitu terpancar dari dalam tubuhnya. Ia terlihat semakin cantik dan semakin berisi.

Wedding Agreement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang