Part 6|Pernikahan

72 11 3
                                    

Satu Minggu lagi adalah hari pernikahan Sera dan Nathan. Sera sudah mempersiapkan mental dan fisiknya. Ia menghela nafasnya. Ia akan meninggalkan rumahnya dan mulai tinggal di rumah Nathan. Nathan memintanya tinggal di rumahnya sebelum pernikahan agar Melinda lebih yakin tentang hubungan mereka.

Sera sudah siap dengan 2 koper yang ia genggam. Ia juga membawa beberapa make-up, sepatu, tas dan berkas-berkas kantor.

"Sera, lo mau kemana?"

Hito baru saja turun dari mobilnya dan tampak terkejut melihat Sera yang membawa beberapa koper. Hito terdiam. Apakah Sera diusir? Tapi siapa yang mengusirnya? Bukankah rumah ini sudah menjadi hak milik Sera dan Ibunya?

"Gue mau pindah To."

"Hah? Apa maksud lo? Lo mau kemana?"

"Gue nggak bisa ngasih tau lo." ucap Sera, ia menundukkan kepalanya.

"Tapi kenapa?"

"Ya karena lo gak boleh tau. Maaf To, gue gabisa kasih tau lo sekarang. Di saat yang tepat nanti, gue bakal ceritain semua sama lo."

Tin..Tin

Sebuah mobil berhenti di pekarangan rumah Sera. Lalu seorang pria tampan dengan setelan jas keluar dari mobil. Ia berjalan menghampiri Sera dan Hito.

"Udah siap?"

"Udah Nath." jawab Sera

Nathan tersenyum tipis. Ia membantu Sera memasukkan kopernya ke bagasi. Sera menatap Hito lalu memeluknya dengan deraian air mata.

"Hito, gue janji suatu saat nanti gue bakal cerita sama lo. Tapi untuk saat ini gue gak bisa cerita. Kalo lo butuh gue, telpon gue ya. Gue pasti bakalan selalu ada buat lo." Sera melepaskan pelukannya. Hito menghapus air mata Sera lalu mencium keningnya.

"Gue tunggu sampai lo mau cerita sama gue. Dimanapun lo tinggal, jaga diri lo baik-baik. Gue bakalan kangen banget sama bawelan lo." ucap Hito, Sera mengangguk.

Ia memasuki mobil Nathan. Sebelum mobil Nathan meninggalkan pekarangan rumahnya, Sera menyempatkan diri untuk melambaikan tangannya pada Hito.

"Maafin gue To." gumam Sera.

Sera mengalihkan pandangannya pada Nathan yang duduk di kursi kemudi. Ia terus memikirkan nasibnya. Haruskah ia menikah dengan orang yang bahkan baru saja ia kenal?

***

Sera telah tiba di rumah Nathan. Ia segera turun dari mobil dan disambut pembantu Nathan yang membantunya membawa koper dan tasnya. Melinda yang mengetahui kedatangan Sera segera keluar dari dalam rumah lalu menyambut Sera dengan ramah. Ia sangat menyayangi calon menantunya ini.

"Masuk yuk sayang. Mama udah siapin kamar spesial buat kamu." ucap Melinda dengan riang. Sera berhenti sejenak ketika mendengar ucapan Melinda.

"Mama?" tanya Sera.

"Iya, mulai sekarang kamu panggil harus panggil mama ya. Kan bentar lagi kamu jadi mantu mama, jadi anak mama. Yaudah yuk masuk." Melinda  menyuruh Sera masuk ke dalam rumah lalu menunjukkan letak kamar Sera.

"Ini kamar sementara kamu, nanti kalo kalian udah nikah kamu baru bisa pindah ke kamar Nathan." Ucap Melinda. Sera hanya mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya. Tak lama Melinda keluar dari kamar Sera, ia membiarkan Sera merapikan bajunya dan beristirahat.

Sera segera menata pakaiannya di dalam lemari. Sejenak ia terduduk di pinggir kasur. Apakah keputusannya sudah benar? Akankah dia sanggup menjalani pernikahan palsu ini? Sera  menghela nafasnya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Nathan datang dan memasuki kamar Sera dengan wajah datarnya. Sera mengabaikan kehadiran Nathan dan memilih kembali merapikan pakaiannya.

"Satu Minggu lagi kita nikah." ucap Nathan tiba-tiba. Sera menghembuskan nafasnya lalu duduk di pinggir kasur.

"Aku tau. Apa kamu yakin sama pernikahan ini? Aku.. Aku sedikit ragu." ucap Sera. Ia menundukkan kepalanya. Nathan menghela nafasnya. Ia duduk di samping Sera.

"Aku gatau harus apa. Ini semua demi kebaikan kita. Bukan hanya buat kamu atau aku. Berdo'a aja semoga nantinya kita nggak akan saling jatuh cinta."

Belum sempat Sera menjawab ucapan Nathan, Nathan sudah lebih dulu keluar dari kamar Sera tanpa mengucapkan kata lain. Sera kembali menghela nafasnya. Ini akan menjadi awal kehidupan kelamnya.

****

Pernikahan yang diselenggarakan di gedung mewah ini didatangi banyak tamu undangan. Mulai dari pengusaha, teman kantor Nathan hingga kerabat dari kedua orangtua Nathan. Mereka tampak terkesan dengan konsep pernikahan Nathan dan Sera yang sederhana tetapi tetap terlihat glamour.

"Pengantin wanitanya cantik banget ya. Cocok sama Nathan." ucap salah seorang tamu undangan. Ia begitu takjub melihat Sera yang tampak anggun dengan balutan gaun berwarna putih tulang yang menjuntai dengan indah. Gaun tersebut memiliki ekor dengan panjang 3 meter yang membuatnya sedikit kesulitan berjalan.

"Nath, sshh susah jalan." bisik Sera pada Nathan. Sesekali ia tersenyum melihat para tamu undangan yang menatapnya.

"Pelan-pelan aja jalannya." jawab Nathan. Nathan  tersenyum tipis menyambut para tamu undangan. Sesekali ia melirik Sera yang mulai terlihat kelelahan.

"Malam Tante."

Seorang gadis dengan gaun berwarna hitam menghampiri Melinda. Ia terlihat begitu sexy dan mencolok dengan gaun hitamnya. Rambutnya yang ia cepol membuat leher putihnya terlihat menggoda. Ia berdiri di samping Melinda yang sedang menyalami para tamu.

"Eh Gina Mama Papa kamu mana?" Gadis yang bernama Gina tersebut tersenyum tipis.

"Mama sama Papa ada urusan di luar kota, mereka nggak bisa dateng. Mereka cuman titip salam buat Nathan, Om dan Tante. Katanya semoga Nathan langgeng sama Istrinya." ucap Gina dengan nada sedikit malas di akhir kalimatnya. Ia menatap Nathan yang tengah menggandeng mesra tangan Sera. Gina memutar bola matanya melihat kemesraan mereka berdua.

"Tante, kok aku nggak lihat keluarga mempelai wanita? Keluarganya kemana Tan? Kok nggak ada ya?" tanya Gina. Melinda yang baru saja menyambut para tamu segera menatap Gina.

"Orang tuanya sudah meninggal. Dan keluarga Sera tinggal jauh di kampung, jadi nggak bisa hadir. Nathan kemarin cerita kayak gitu sama Tante. Kasihan dia. Dia cuman hidup sendiri selama ini disini."

Gina tersenyum tipis mendengar ucapan Melinda. Namun, ia merasa ada kejanggalan di pernikahan Nathan dan Sera ini.

"Aku mau salaman sama Nathan dulu ya Tante." ucap Gina. Ia cipika-cipiki dengan Melinda. Melinda mengangguk. Gina segera berjalan menghampiri Nathan dan Sera.

"Congrats ya Nath. Semoga pernikahan kalian langgeng. Cepet dapet momongan ya." ucap Gina sembari mencium pipi kanan Nathan. Aksi Gina itu sontak membuat Sera membulatkan matanya.

Gina menghampiri Sera lalu mengucapkan selamat. Ia juga cipika-cipiki dengan Sera. Sebelum ia mengakhiri cipika-cipikinya, ia membisikkan sesuatu yang membuat Sera mengernyitkan alisnya.

"Jangan harap lo bisa sembunyiin semuanya. Gue bakal ungkap semuanya. Jadi, berhati-hatilah dear." Bisik Gina. Ia tersenyum licik pada Sera  lalu mulai berjalan menuju tamu yang lainnya.

Terungkap? Apa yang akan Gina ungkap?







Bersambung....

Wedding Agreement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang